Ikuti Webinar Subsidi Kuota Rp 9 Triliun, Senin 7 September 2020

Webinar Subsidi Kuota Rp 9 Triliun dapat diakses melalui Zoom pada tautan bit.ly/WebinarTagar atau Meeting ID: 851 8378 7870 dan Passcode: 195663.
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 17 Maret 2020. (Foto: Antara/Muhammad Iqbal)

Jakarta - Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang berencana untuk mengalokasikan dana senilai kurang lebih Rp 9 triliun sebagai tunjangan pulsa dan paket kuota bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang terdampak pandemi Covid-19, mendapat sejumlah respon dari masyarakat.

Sejumlah pihak mengapresiasi langkah Kemendikbud yang terus melakukan inovasi dalam optimalisasi kegiatan belajar mengajar selama masa pandemi virus corona. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai distribusi dana besar tersebut yang dinilai rawan disalahgunakan yang berpotensi tidak tepat sasaran.

Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Prof.Dr.Ir. Asep Saefuddin, M.Sc, menilai bahwa penyaluran bantuan kuota yang diberikan oleh Kemendikbud seyogyanya disertai pula dengan pertimbangan dalam hal infrastruktur internet, terutama di kawasan yang berada di luar wilayah perkotaan.

Menurutnya, hal itu menjadi penting agar bantuan kuota yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para penerimanya, sehingga program bantuan kuota tersebut tidak semata menguntungkan masyarakat atau peserta didik yang berada di perkotaan.

"Tentunya kami sebagai akademisi memberikan apresiasi atas kepedulian Kemendikbud dalam bentuk pemberian bantuan pulsa sekitar Rp 9 triliun itu. Tentu itu suatu hal yang positif," ujar Asep Saefuddin dalam interview bersama Pemimpin Redaksi Tagar, Fetra Tumanggor, Jumat, 4 September 2020.

"Tetapi kami melihat bahwa pemberian pulsa itu masih bersifat city bias atau bias ke kota. Artinya, jangan sampai yang akan mendapatkan keuntungan bantuan pulsa itu adalah mereka yang mempunyai gadgetnya dan tidak mempunyai persoalan mengenai akses terhadap infratruktur internet," kata dia.

Asep SaefuddinRektor Universitas Al Azhar Indonesia, Prof.Dr.Ir. Asep Saefuddin, M.Sc. (Foto: Tagar/Istimewa)

Sementara itu, sejumlah orang tua murid dan kepala sekolah dari berbagai daerah di Indonesia, menyambut baik langkah Mendikbud Nadiem Makarim dalam hal alokasi dana Rp 9 triliun sebagai tunjangan pulsa dan paket kuota bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang terdampak pandemi Covid-19.

Dihubungi Tagar TV melalui layanan panggilan video Zoom, Kepala SMA Negeri 4 Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Rudolf Barmen Manurung, M.Pd, mengatakan bahwa pihaknya amat mendukung program bantuan subsidi kuota dari pemerintah melalui Kemendikbud.

Pasalnya, keterbatasan paket kuota internet yang dimiliki para murid menjadi salah satu permasalahan yang dikeluhkan peserta didik selama menjalani proses belajar daring akibat pandemi virus corona. Saat ini, Rudolf menuturkan jika pihaknya juga telah melakukan pendataan peserta didik penerima bantuan kuota sesuai arahan dari Kementerian Pendidikan.

"Salah satu permasalahan yang kita hadapi selama proses belajar daring ini adalah paket kuota. Walaupun kita tetap batasi kepada guru, agar saat melakukan proses belajar tatap muka melalui Zoom atau aplikasi lain, maksimum 30 menit. Supaya tidak terlalu berat biaya kuota internet kepada guru, terutama kepada siswa," kata Rudolf kepada Tagar, Kamis, 4 September 2020.

Terkait kualitas jaringan komunikasi melalui internet, Rudolf Barmen Manurung mengatakan jika di wilayahnya hampir 100 persen masyarakat menggunakan layanan yang disediakan Telkomsel. Bahkan saat pihak SMA Negeri 4 Pematangsiantar menggelontorkan bantuan kuota melalui dana BOS, siswa dan wali murid meminta untuk diberikan bantuan paket kuota dari Telkomsel.

"Hampir 100 persen pakai Telkomsel. Karena hampir menyeluruh (area jangkauan) Telkomsel, sehingga paket bantuan kepada siswa yang tidak mampu, hampir 200 orang, kita berikan paket Telkomsel sebagai providernya," ujar Rudolf Barmen Manurung.

Hal senada juga dituturkan oleh Kepala Sekolah SMA 14 Makassar, Nurhidayah Masri. Pihaknya yang telah mulai melakukan pendataan terhadap siswa-siswa penerima bantuan, menyambut baik penggunaan provider Telkomsel dalam program subsidi kuota lantaran memiliki cangkupan jaringan yang luas dan kekuatan sinyal terbaik di daerahnya.

"Kementerian melalui dinas pendidikan telah meminta kepada kami, kepala sekolah semua, untuk mendata siswa yang berhak menerima kuota itu. Alhamdulillah tadi provider juga sudah menyampaikan ke sekolah kami mengenai kartu-kartu itu dan Insya Allah kami telah siap mendistribusikan kepada siswa-siswa semua," kata Nurhidayah Masri.

"Alhamdulillah, di mana-mana jaringan Telkomsel baik, anak-anak siswa kami juga sudah banyak yang pakai. Semoga jaringan-jaringan itu bisa kita gunakan untuk Pembelajaran Jarak Jauh, melalui program daring ini," ujar dia.

Nurhidayah MasriKepala Sekolah SMA 14 Makassar, Nurhidayah Masri. (Foto: Tagar/Dok. Pribadi)

Dihubungi secara terpisah, Muhammad Idris, seorang bapak dengan dua orang anak yang masih dalam usia sekolah di Makassar, Sulawesi Selatan, mengaku menyambut baik kabar mengenai pembagian subsidi kuota kepada siswa sekolah yang masih menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Meski hingga kini belum ada informasi resmi dari pihak sekolah tempat anak-anaknya mengenyam pendidikan, Idris berharap dua orang anaknya yang duduk di bangku kelas 3 SMA dan kelas 3 Sekolah Dasar di Makassar, terdata sebagai penerima bantuan subsidi kuota yang digelontorkan pemerintah melalui Kemendikbud.

"Saya sudah pernah membaca beritanya dan sudah mengetahui kabar itu. Saya sih selaku orang tua, kalau itu (subdsidi kuota) memang benar-benar ada, tentu selaku orang tua saya senang. Karena kalau yang saya dengar sih tidak semua mendapat subsidi, ada siswa-siswa tertentu saja. Tapi saya harap anak-anak saya dapat," kata Idris.

Lebih lanjut, Idris juga menuturkan jika kecepatan internet terbaik di kotanya adalah berasal dari layanan Telkomsel. Ia mengaku menggunakan provider tersebut jauh sebelum kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan kepada anak-anaknya yang masih sekolah.

"Kalau anak yang SD itu pakai hape saya, pakai kartu Telkomsel. Untuk jaringan terkuat pastinya Telkomsel," kata dia.

Sementara Nuria Maris, orang tua siswa di Padang, Sumatera Barat, juga mengaku telah menggunakan layanan internet dari Telkomsel semenjak kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh diberlakukan kepada dua orang anaknya yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA dan kelas 3 SMP.

"Kami pakai Telkomsel, karena Telkomsel kan lebih kuat sinyalnya di sini. Beli paket kita, Rp 200 ribu lah perbulan untuk dua anak ini. Kita pilih pakai paket unlimited, karena di rumah kita memang enggak ada wifi kan," kata dia.

Nuria Maris mengatakan, ia dan banyak orang tua murid lain menyambut baik rencana penyaluran dana bantuan kuota bagi siswa yang menjalankan pembelajaran daring. Ia mengaku sudah mendapat sedikit informasi dari salah satu guru di tempat anaknya bersekolah, dan berharap rencana tersebut segera direalisasikan.

"Sudah, kemarin ini sudah diberitahu oleh ibu gurunya yang SMA sewaktu saya mengantarkan tugas. Katanya bulan September ini akan keluar dananya untuk bantuan paket kuota internet ini, tapi sampai sekarang masih belum ada informasi lagi," kata dia.

Poster Webinar TagarWebinar bertema Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun Kemendikbud diselenggarakan Tagar, Senin, 7 September 2020. (Foto: Tagar/Regita Putri)

Demi mendorong masyarakat Indonesia untuk ikut serta dalam pengawasan penyaluran dana kuota Rp 9 triliun yang digelontorkan Kemendikbud, portal media Tagar menggelar webinar dengan tajuk Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun dengan mengundang sejumlah pemangku kepentingan dan pengamat sebagai pembicara.

Dalam helatan yang terbuka untuk umum dan akan berlangsung pada Senin, 7 September 2020, pukul 14.30 - 17.00 WIB, webinar Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun bakal menghadirkan Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Juru Bicara Presiden RI, Fadjroel Rachman sebagai Keynote Speaker, serta Pemimpin Redaksi Tagar Fetra Tumanggor sebagai moderator.

Selain itu, webinar Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun juga mengundang Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Prof. Ir. Nizam, Anggota Ombudsman RI Alvin Lie, Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Prof Henry Subiakto, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia Prof.Dr.Ir. Asep Saefuddin, M.Sc, dan Pakar Teknologi Informasi Onno W. Purbo sebagai pembicara.

Sebagai perwakilan pihak penerima dana kuota Rp 9 triliun dari Kemendikbud di sejumlah daerah di Indonesia, webinar Mengawal Anggaran Kuota Rp 9 Triliun juga mengundang Kepala Sekolah SMA Negeri 14 Makassar Nurhidayah Masr, dan Kepala SMA Negeri 4 Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara Rudolf Barmen Manurung, M.Pd.

Serta Orang Tua Siswa di Makassar, Sulawesi Selatan Muh. Idris, serta Orang Tua Siswa di Padang, Sumatera Barat Nuria Maris, untuk ikut membagikan opininya mengenai dana kuota Rp 9 triliun dari Kemendikbud.

Masyarakat dapat mengakses jalannya webinar melalui layar laptop atau perangkat seluler dengan aplikasi Zoom pada tautan bit.ly/WebinarTagar atau Meeting ID: 851 8378 7870 dan Passcode: 195663, tepat pada hari Senin, 7 September 2020, pukul 14.30 - 17.00 WIB. []

Berita terkait
Dana Kuota Rp 9 T dan Dua Keunggulan Telkomsel
Perbandingan 5 provider komunikasi seluler i Indonesia, mencakup Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, 3 Tri, dan Smartfren. Siapa lebih unggul?
Salah Provider, Kuota Internet Rp 9 Triliun Kemendikbud Bisa Mubazir
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin meminta anggaran Rp 9 triliun kemendikbud tidak mubazir.
Kuota Internet Rp 9 Triliun, Lima Provider Bersiap
Di Indonesia ada lima provider komunikasi seluler. Dari tujuh indikator,Telkomsel unggul dalam lima indikator.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.