idEA Beberkan Faktor yang Bikin OVO-Bukalapak Rugi

OVO dan Bukalapak tak kuat membakar uang dengan berbagai promo. Kedua perusahaan digital itu berharap semakin berkembang tanpa bakar uang.
Bukalapak. (Foto: Antara)

Jakarta - Pendiri sekaligus pemilik Lippo Group Mochtar Riady menjual dua pertiga saham atau 30 persen saham OVO. Sebagai pemilik saham utama, ia beralasan sudah tidak kuat memasok dana atau bakar duit dengan berbagai promo uang elektronik (e-wallet) mulai dari layanan gratis, diskon, dan cashback.

Bahkan, sebelum menjual saham, OVO sudah menarik kerja sama dengan sejumlah retail salah satunya Alfamart. Terbaru, OVO yang semula tak menerapkan biaya transaksi untuk transfer ke semua bank kini menerapkan tarif sebesar Rp. 2500.

OVOAplikasi OVO. (Foto: Tagar/Nuranisa Hamdan)

Tak lama berselang, seperti terkena latah, Bukalapak pun mengaku 'tak kuat bakar uang'. Seusai mundur dari jabatann Chief Executive Officer (CEO) Ahmad Zaky yang diganti oleh Direksi Bank Bukopin Rachmat Kaimuddin berharap perusahaannya semakin dewasa tanpa bakar uang lagi.

"Perusahaan tak bisa terus-terusan bakar uang. Harus ada return of investment," ucap Ahmad Zaky beberapa waktu lalu.

E-wallet maupun e-commerce sama-sama mengaku tak kuat dengan strategi bakar uang. Apakah faktor yang membuat strategi bakar uang merugikan bisnis digital?

Ketua Umum Indonesian E-commerce Association (idEA) Ignatius Untung mengatakan strategi bakar uang muncul di era pertumbuhan bisnis digital. Setidaknya, kata dia ada tiga faktor memengaruhi munculnya strategi tersebut.

"Satu kondisi nature bisnis digital yang membangun serba cepat, kedua adalah logic marketer-marketer digital itu yang performance base, ketiga adalah ketidak mengertian bahwa tidak semua barang bisa didiskon dan sama orang kepakai ketika diskonnya dicampur," ucap Ignatius kepada Tagar, Minggu, 15 Desember 2019.

Ia pun membeberkan satu persatu contoh kenapa tiga faktor itu memengaruhi kemunculan strategi bakar uang. Pertama, bisnis digital yang membangun serba cepat.

"Terjadi karena pengusaha digital ini kan kebanyakan performance base. Biasanya gini, yang menjalankan bakar itu biasanya departemen marketing atau commercial. Mereka dikasih uang nih, dia ada marketing budget, katakanlah Rp 100 miliar. Pilihannya mau bagaimana?" ujarnya.

Kemudian, marketer digital yang dituntut performance base diberi pilihan mengambil strategi tidak dengan iklan di media massa. Karena hasilnya tidak menjamin konversi setelah beriklan orang itu memakai produknya.

"Sehingga dipikirin gimana caranya iklan ini bisa dikonversi. Caranya adalah uang iklan itu dipakai untuk cashback. Kalau cashback itu kan uangnya baru ke luar ketika orangnya sudah dipakai," tutur Ignatius.

Tapi, marketer digital yang kebayakan masih di usia muda kata dia tak tahu dengan ilmu marketing dasar. Mereka tanpa peduli mengcopy strategi tanpa melaukan pengecekan produknya bagus atau tidak.

"Logic seperti itu yang banyak marketer sekarang enggak tahu. Kita harus paham juga banyak pekerja marketing di indusri digital ini yang pengalamannya belum tinggi kebanyakan anak muda, jadi teori itu enggak tahu," ucapnya.

Makanya, mereka terus melakukan strategi tersebut tanpa melihat efek jangka panjang atau merugi. "Dihajar saja. Toh orang dikasih diskon naik, gitu kok, ya naik orang di kasih diskon. Tapi apakah loyal sama brandnya? Enggak, loyalnya sama diskonnya," kata Ignatius. []

Berita terkait
Saham OVO Dijual, Memengaruhi Reward Driver Grab?
Pendiri sekaligus pemilik Lippo Group Mochtar Riady menjual dua pertiga saham atau 30 persen saham OVO. Apakah menimbulkan efek bagi Grab?
Profil CEO Baru Bukalapak Rachmat Kaimuddin
Rachmat Kaimuddin akan menggantikan Achmad Zaky sebagai CEO Bukalapak per 6 Januari 2020.
Lippo Tak Kuat Kucurkan Duit ke Ovo
Lippo Group mengaku tidak kuat memasok dana atau bakar uang kepada OVO, dan akan menjual dua pertiga kepemilikan saham.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.