Hoaks Sudah Ada Sejak Zaman Nabi

Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara menyebut penyebaran berita bohong atau Hoaks, telah ada sejak zaman Nabi.
Vina Garut. (Foto: Media Sosial)

Yogyakarta - Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara menyebut penyebaran berita bohong atau Hoaks, telah ada sejak zaman Nabi.

Ia kemudian mengajak elemen bangsa bersama-sama melawan maraknya kabar bohong yang dinilai bisa memecah belah persatuan dan merusak bangsa.

"Jangan mudah meneruskan informasi yang diperkirakan tidak benar,” kata Rudiantara saat acara Aubade Pancasila di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu, 14 Agustus 2019.

Sebenarnya, kata dia, hoaks bukan hal baru. Bahkan kisah kematian Nabi Isa juga sudah dihembuskan orang-orang yang tidak bertanggung jawab pada saat itu. Hoaks juga sudah terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Kita punya gerakan siber kreasi.

Rudiantara menegaskan, di era digital ini pemerintah mengantisipasi penyebaran informasi atau kabar hoaks. Antara lain membatasi akses, memblokir fitur tertentu di dunia maya.

"Yang dibatasi video dan gambar. Karena orang cenderung tersulut saat menerimanya. Berbeda dengan teks yang memungkinkan masyarakat mencernanya," ujarnya.

Pria kelahiran Bogor 3 Mei 1959 ini mengungkapkan, tidak hanya Indonesia yang melakukan kebijakan mengantisipasi penyebaran hoaks. Bahkan saat ini ada 14 negara yang memiliki kebijakan itu.

Menurut dia, pemerintah melakukan upaya berjenjang seperti peningkatan literasi masyarakat. Tujuannya agar ada ketahanan terhadap informasi yang diterima.

"Kita punya gerakan siber kreasi. Ada 100 organisasi yang melakukan literasi setiap hari," kata Rudiantara.

Model literasi ini seperti yang dilakukan negara-negara di kawasan Skandinavia (Eropa Utara). Masyarakat di Swedia, Norwegia dan Finlandia, memiliki ketahanan terhadap hoaks. Mereka sejak dini diajarkan mencerna informasi.

Rudiantara juga mengatakan, perkembangan digital ibarat dua sisi pedang. Satu sisi positif karena mampu menurunkan angka kemiskinan dengan maraknya ekonomi berbasis digital.

Di sisi negatif, yakni semakin mudah orang membuat berita hoaks atau menyebarkannya. Seseorang lebih mudah mengadu domba.

Aubade PancasilaSebanyak 1.211 orang mengikuti acara Aubade Pancasila yang digelar di halaman Balairung UGM Yogyakarta, Rabu 14 Agustus 2019. (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Pada kesempatan itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengajak masyarakat merajut persatuan bangsa. Menurutnya, bangsa Indonesia perlu bergotong royong tanpa SARA.

"Persatuan ndonesia itu perlu dirajut dengan dijiwai semangat peduli dan berbagi," kata dia dalam orasi Pancasila.

"Dengan begitu, Indonesia mampu mewujudkan sebagai negara yang berprestasi, maju dan gemilang," kata Sultan HB X.

Raja Keraton Yogyakarta itu juga mengungkapkan pentingnya mengaktualisasi Pancasila di tengah tarikan globalisasi ini. Menurut dia, Pancasila jangan hanya dikumandangkan dalam gagasan. Melainkan harus dibawa di dunia nyata untuk merekatkan perbedaan.

"Pancasila itu bukan mitos, tetapi ideologi praktis dalam merajut persatuan bangsa," kata dia.

Aubade Pancasila ini diikuti 1.211 orang dari 37 grup paduan suara di Yogyakarta. Acara yang digelar oleh Studi Pancasila dan Paduan Suara Gelora Bahana Patria ini sebagai rangkaian peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan RI. []

Baca juga:

Berita terkait
Akun Twitter Diblokir Usai Mengoreksi Hoaks Mbah Maimun
Akun Twitter milik Politikus muda PSI Dedek Prayudi diblokir Haikal Hassan karena dianggap menyebar hoaks dan politisir Mbah Moen.
Rekrutmen Pegawai di DPR Hoaks
Lowongan kerja pegawai di DPR RI adalah hoaks. Pihak sekjen DPR telah membatah melalui situs resminya.
Tiga Politikus Bicara Hoaks Daftar Kabinet Jokowi
Beredar hoaks daftar kabinet Jokowi-Ma'ruf periode 2019-2024. Tiga tokoh politik turut berbicara tentang hal itu