Hoaks, Cuaca Panas di Indonesia 45 Derajat Celcius

Marak di media sosial dan pesan berantai grup WhatsApp yang berisi cuaca panas tiga hari ke depan. Namun berita itu sepenuhnya hoaks.
Suhu harian maksimum di sejumlah daerah di Indonesia yang dirilis BMKG, Rabu 23 Oktober 2019. (Dok. BMKG)

Yogyakarta - Marak di media sosial dan pesan berantai grup WhatsApp tentang cuaca panas mulai 23 Oktober 2019 sampai tiga hari ke depan. Namun pesan berantai itu sepenuhnya hoaks.

Masyarakat kembali dihebohkan dengan pesan berantai melalui media sosial terkait cuaca panas. Pesan yang disebar memang membuat masyarakat waswas. Berikut isi pesan tersebut:

"Mulai besok sampai tiga hari ke depan diharapkan kurangi aktivitas di luar rumah, karena cuaca panas ekstrem melanda Indonesia untuk tiga hari ke depan. Banyak minum air mineral dan multivitamin.

Temperatur panas ekstrem yang terbaca oleh deteksi satelit hari ini di daerah Jakarta 38°C, Depok 38°C, Serang Banten 44°C, Bekasi 38°C, Tangerang 44°C, Yogyakarta 40°C, Malang 44°C, Solo 45°C, Madiun 39°C, Magelang 39°C, Purworejo 40°C, Madura 42°C, Bali 45°C, Lombok 43°C, Riau 45°C, Pekanbaru 45°C, Batam 42°C, Makassar 43°C, Pare-pare dan Bone 40°C.

Papua Nugini nyaris mendekati 50°C. Sedangkan daerah lain masih dalam pantauan mitigasi klimatologi NASA. 

Jaga kesehatan, pola makan, dan banyak minum air. Panas ekstrem pemicu dehidrasi, malaria, tifus, campak, dan pelemahan sel jaringan otak."

Berita itu adalah hoaks dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan, pesan tersebut sepenuhnya hoaks. Bahkan berita tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

"Berita itu adalah hoaks dan tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah," kata Reni.

Menurut dia, berdasarkan pengamatan di BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, suhu udara maksimum pada 22 dan 23 Oktober 2019 adalah 32 °C. Suhu maksimum selama 5 hari terakhir yaitu antara 31-36 °C.

"Suhu 36°C terjadi pada 21 Oktober 2019 dan hari berikutnya hingga hari ini tanggal 23 Oktober 2019, tren suhu menunjukkan penurunan," kata dia.

Reni mengatakan, dalam menghadapi masa pancaroba, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai kondisi cuaca ekstrem. Pasalnya cuaca ekstrem berpotensi terjadi angin kencang atau puting beliung, atau hujan intensitas sedang-lebat yang bersifat lokal.

"Masyarakat perlu mewaspadai kondisi cuaca yang berfluktuasi, yang berpengaruh terhadap kesehatan," kata Reni.

Reni mengatakan, menyikapi berita hoaks yang marak beredar di medsos, masyarakat diminta memastikan kebenaran berita tersebut dengan mengklarifikasi kepada instansi terkait yaitu BMKG DIY, Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta.

"Tidak menyebarkan berita yang diterima sebelum memastikan berita tersebut adalah benar atau valid," kata dia.

Danu Wresni, 55 tahun, warga Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, mengatakan, broadcast cuaca panas ekstrem diterima di grup WA pada Rabu siang. Hanya, dia merasa aneh dengan pesan tersebut. 

"Suhu udara di Yogyakarta memang teras panas. Tetapi saya tak percaya panas bisa sampai 40° celcius," kata dia.

Dia mengacuhkan broadcast yang diterimanya dan tidak menyebarluaskan ke orang lain. "Dan ternyata benar, broadcast itu hoaks setelah BMKG mengklarifikasi soal itu," katanya. []

Baca juga:

Berita terkait
Terbiasa di Eropa, Fissilmi Hamida 'Gila' di Yogyakarta
Fissilmi Hamida terbiasa melihat lalu lintas tertib di Inggris, Eropa Barat. Setiba di Yogyakarta dia merasa gila karena masyarakat abai peraturan.
Harapan Mahasiswa Yogyakarta Setelah Jokowi Dilantik
Mahasiswa di DIY berharap, Jokowi tetap tegas memberantas korupsi, dan tidak tersandera olah partai-partai koalisi maupun oposisi sekali pun.
Yogyakarta Menuju Pusat Pariwisata Terkemuka di Asia
Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) menuju pusat pariwisata terkemuka di Asia Tenggara.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi