Helena Sky Bridge, Bentangan Alam dan Kupu-kupu

Helena Sky Bridge adalah objek wisata baru yang terletak dalam kawasan wisata alam Bantimurung.
Sejumlah pengunjung menikmati keindahan alam dari Helena Sky Bridge. (Foto: Tagar/Aan)

Maros – Yusuf Tirta pemuda berumur 21 tahun asal Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, sudah berada di pintu masuk objek wisata Helena Sky Bridge sejak pukul 8.30 WITA.

Meski langit di Kabupaten Maros pada Minggu 30 Juni tidak bersahabat, dia tetap semangat untuk menunggu giliran, demi melihat kawasan wisata alam Bantimurung dari ketinggian 100 meter.

Helena Sky Bridge adalah objek wisata baru yang terletak dalam kawasan wisata alam Bantimurung. Dibuka pada tahun 2017 silam. Meski hanya melihat kondisi sekitar dari ketinggian, objek wisata ini selalu ramai didatangi wisatawan khususnya pada akhir pekan.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, Yusuf, begitu dia akrab disapa akhirnya mendapat giliran naik menuju objek utamanya, yakni berdiri di atas jembatan gantung yang di samping kiri dan kanannya terdapat jaring besar. Jaring pengaman, kalau ada pengunjung terjatuh.

Agar dapat menikmati keindahan alam, Yusuf merogoh kocek Rp 20 ribu. Bisa lebih murah Rp 15 ribu kalau terlebih dahulu dari kawasan Air Terjun Bantimurung.

Menuju objek utama, Yusuf harus melalui beberapa anak tangga sebelum benar-benar bisa menikmati keindahan alam. Terhitung puluhan anak tangga dengan kemiringan tanjakan yang lumayan, membuat lutut bisa bergoyang. Jaraknya sekitar 200 meter dari loket menuju lokasi utama.

"Sangat indah, dan memanjakan mata. Banyak pohon hijau yang bisa dipandang, dan membuat pikiran kembali segar," ujar pegawai swasta di daerah asalnya, Jeneponto.

Yusuf berada di atas jembatan gantung Helena Sky Bridge sekitar 10 menit, karena harus bergantian dengan pengunjung lainnya yang masih menunggu antrean di depan loket.

Selama 10 menit, Yusuf begitu menikmati pemandangan yang disuguhkan, tidak lupa pula dia mengabadikan momen-momen liburannya lewat ponsel pintar untuk menjadi kenangan yang akan diperlihatkan ke teman-temannya.

"Yah, lumayan ini, bisa saya tunjukkan ke teman-teman di kantor kalau saya sudah pernah berlibur di tempat yang menyejukkan mata ini," ujar pria bertubuh tambun itu.

Helena Sky BridgeKawasan Helena Sky Bridge. (Foto: Tagar/Aan)

Setelah puas mengabadikan momen-momen liburannya, dia kemudian turun. Tapi tidak langsung pulang, namun kembali mengambil ponsel pintar dari saku celananya untuk berfoto di miniatur kupu-kupu dengan spesies Helena.

Tak hanya Yusuf yang menikmati keindahan alam di Minggu 30 Juni 2019 pagi. Ada juga Hajra Ningsi yang menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana.

Ningsi, begitu perempuan kelahiran 1997 itu disapa, berlibur ke Helena Sky Bridge bersama sejumlah teman kuliahnya. Ini dia lakukan untuk menyegarkan otak dan pikiran serta memanfaatkan waktu kosong di masa liburan.

"Daripada hanya tinggal tidur di kos-kosan, lebih baik pergi mengunjungi objek wisata sembari menghabiskan jatah liburan," kata mahasiswa jurusan ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Makassar.

Ningsi mengaku, kedatangannya ke sana bukan yang pertama. Sudah beberapa kali dengan orang berbeda. Dia mengaku kagum dengan keindahan serta hijaunya pemandangan di objek wisata itu.

"Kalau kuliah, kan kebanyakan menatap layar komputer, kalau di kos-kosan hanya menatap dinding kamar saja. Nah, di Helena Sky Bridge ini kita bisa menikmati keindahan alam yang sangat disukai mata," ujar cewek berkacamata itu.

Maksimal Lima Orang

Helena Sky Bridge ini mempunyai kapasitas terbatas, maka harus antre untuk menaikinya. Jembatan dengan panjang 50 meter hanya diperbolehkan maksimal lima orang untuk sekali naik.

Pada awal menyeberang, kita mungkin akan merasa was-was karena jembatan ini berdiri di atas ketinggian 100 meter. Namun jangan takut, karena ketika kita melewatinya ada perlengkapan keamanan disematkan pihak pengelola, mulai dari helm sampai pengaman tubuh.

Dari atas jembatan Helena Sky Bridge, kita akan disuguhkan pemandangan luar biasa. Keberadaan gunung karst sebagai latar yang epik dan juga keindahan kerajaan kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung akan memanjakan mata.

Helena Sky bridgeSeorang pengunjung berpose di replika kupu-kupu dengan spesies Helena. (Foto: Tagar/Aan)

"Bagi pengunjung yang akan menikmati keindahan alam hijau dari atas Helena Sky Bridge bisa datang dari pukul 08.00-17.00. Kami juga buka setiap harinya dari Senin sampai Jumat," kata Kepala Pengelola Helena Sky Bridge, Andi Mullatawe.

Menuju ke tempat ini juga tidak susah, sangat mudah dijumpai. Petunjuknya, dari patung monyet Bantimurung belok kiri ke penangkaran kupu-kupu sebelum masuk loket wisata Bantimurung.

Ide pembangunan Helena Sky Bridge sendiri adalah membuat sebuah pengelolaan kawasan konservasi multi fungsi dan memperkuat kupu-kupu.

Awalnya jembatan digunakan untuk akses pembersihan dome kupu-kupu yang berisi penangkaran kupu-kupu dan pakan yang ditanam di dalam dome tersebut.

"Sejak adanya Helena Sky Bridge, semakin banyak wisatawan yang berkunjung, berfoto dan teredukasi tentang kupu-kupu," ujar Andi Mullatawe.

Bisa Lihat Beragam Jenis Kupu-kupu

Kawasan wisata alam Bantimurung, selain dikenal dengan keindahan air terjunnya juga dikenal dengan banyaknya spesies kupu-kupu. Bahkan antropolog Britania Raya Alfred Russel Wallace menyebut Bantimurung sebagai "The Kingdom of Butterfly".

Di kawasan Bantimurung sendiri terdapat setidaknya 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah dan ditetapkan sebagai kekayaan yang harus dilindungi melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Beberapa spesies unik bahkan hanya ada di Sulawesi Selatan, yaitu Troides helena, Troides hypolitus, Troides haliphron boisduval, Papilo adamantilus, dan Cethosia myrana.

Selama tinggal di Bantimurung untuk meneliti banyak kupu-kupu, Alfred Russel Wallace mengatakan bahwa di Bantimurung ini terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu.

Mengenal Spesies Kupu-kupu Helena

Nama Helena Sky Bridge sendiri terinspirasi dari spesies kupu-kupu besar yang juga disebut Common Birdwing, Troides helena.

Mengutip data dari laman wikipedia, spesies kupu-kupu Troides helena pertama kali dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758. Bentangan sayapnya berkisar antara 13 sampai 17 sentimeter.

Helena Sky BridgeKawasan Helena Sky Bridge. (Foto: Tagar/Aan)

Kupu-kupu ini termasuk dalam suku Troidini pada family Papilionidae. Tubuh dan sayap Troides helena biasanya berwarna gelap dengan sayap bagian bawah berwarna kuning keemasan dengan bintik hitam.

Perbedaan mencolok antara jantan dan betina adalah, kupu-kupu betina memiliki tubuh yang lebih besar daripada kupu-kupu jantan. Kupu-kupu ini sering diperjual-belikan dengan harga yang cukup mahal (biasanya dalam pasar ilegal) dikarenakan popularitas dan keindahannya. Kupu-kupu ini memiliki tujuh belas subspesies.

Meskipun kupu-kupu ini tersebar luas dan dapat dijumpai dengan mudah di beberapa daerah, namun Common Birdwing termasuk ke dalam kupu-kupu yang terancam kepunahannya dan wajib dilindungi.

Di Hong Kong, spesies ini dilindungi dengan undang-undang Wild Animals Protection Ordinance Cap 170. Di Indonesia dan semenanjung Malaya, Common Birdwing termasuk ke dalam binatang yang dilindungi dan terdaftar pada Appendix II dalam Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) di mana di dalamnya menyatakan bahwa Troides helena termasuk ke dalam spesies yang terancam kepunahannya dan perdagangannya harus diawasi dengan ketat seperti layaknya spesies troides yang lain.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.