Harum Kopi Dari Lereng Gunung Muria

Dengan produksi yang belum banyak, tapi Kopi Bucu sudah mulai mendapatkan pasarnya. Produk ini laku dijual di sejumlah lokasi wisata di Jepara. Di desa Bucu sendiri ada sebuah wisata alam air terjun Songgo Langit, yang cukup menarik wisatawan. Di kawasan inilah Kopi Bucu berusaha dikenalkan melalui wisatawan yang datang.
Produk Kopi Bucu, diproduksi para petani di Desa Bucu, Kembang, Jepara, merupakan salah satu kopi dari lereng Gunung Muria yang kini tengah menggeliat. (Alf)

Jepara (Tagar 25/4/2018) - Perkembangan produksi kopi di Kabupaten Jepara mulai tumbuh meningkat. Setelah sebelumnya lebih dulu dikenal dengan Kopi Tempur dari Desa Tempur, Keling, Jepara, maka kini muncul industri kopi baru bernama Kopi Bucu. Kopi ini berhasil dibudidayakan di Desa Bucu, Kembang, Jepara, dengan sama-sama memanfaatkan lahan di lereng Gunung Muria di sisi Utara.

Adalah Kelompok Tani “Mekar Sari IV” desa Bucu, yang mulai mengembangkan usaha ini di Bucu. Beranggotakan 50 orang petani, mereka mulai merintis usaha bersama, dengan memanfaatkan lahan-lahan milik Perhutani. Pemanfaatan lahan yang diberikan oleh Perhutani, dibuktikan dengan keberhasilan mereka mengolah kopi robusta menjadi komoditas yang bernilai ekonomis tinggi.

Menurut Matarim (50) Ketua Kelompok Tani Mekar Sari IV, usaha yang dilakukan para petani di Bucu sebenarnya belum lama berlangsung. Diawali mulai pertengahan tahun 2017 lalu, usaha pengolahan kopi robusta yang ditanam warga di sekitar desa mulai dirintis. Ada 55 hektar lahan kopi yang ada dan kini berhasil diolah produksinya.

Varietas Sama, Citarasa Beda
Saat ini usaha penggilingan kopi yang dilakukan kelompoknya, sudah mampu menghasilkan bubuk kopi siap saji sebanyak 50-60 kg setiap bulan. Jumlah produksi ini jelas masih kecil, dan masih akan terus dikembangkan. Namun demikian, setidaknya, dari perkembangan yang ada sudah memberikan motivasi bagi para petani sedemikan besar.

“Memang belum seberapa yang kami hasilkan. Namun perkembangannya membuat kami lebih bersemangat dalam mengembangkan usaha ini,” ujar Matarim.

Di Desa Bucu, kopi yang dikembangkan adalah kopi varietas robusta. Kopi jenis ini bisa tumbuh di ketinggian 300-700 meter dpl (diatas permukaan laut). Kopi-kopi di lereng muria seperti di desa Tempur juga sama jenisnya dengan yang dikembangkan di Bucu. Namun demikian, masalah kultur tanah, pasca panen dan proses pengolahan akan memberikan citarasa yang berbeda. Karena itu para petani Bucu  berani melakukan usaha pengolahan kopi.

Dengan produksi yang belum banyak, tapi Kopi Bucu sudah mulai mendapatkan pasarnya. Produk ini laku dijual di sejumlah lokasi wisata di Jepara. Di desa Bucu sendiri ada sebuah wisata alam air terjun Songgo Langit, yang cukup menarik wisatawan. Di kawasan inilah Kopi Bucu berusaha dikenalkan melalui wisatawan yang datang.

“Alhamdulilah, banyak wisatawan yang sudah membeli kopi produk kami. Meski jenisnya sama, robusta, tapi untuk cita rasa tetap akan berbeda. Kami berharap kopi ini bisa mendapatkan penggemarnya,” tambah Matarim. (alf)

Berita terkait
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina