Hari AIDS Sedunia, Kemen PPPA: Jauhi Virusnya Bukan Orangnya

Kemen PPPA berharap masyarakat terus menyampaikan pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS agar diskriminasi kepada ODHA dan ADHA dapat berkurang.
Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak, Nahar. (Foto:Tagar/Kemen PPPA)

Jakarta – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) turut menggelar acara webinar dengan tema “Akhiri Pandemi HIV/AIDS: Resiliensi dan Dampak”. Kegiatan ini, diselenggarakan dalam rangkaian Peringatan Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada hari Selasa tanggal 1 Desember 2020.

Saya harap masyarakat dapat terus melakukan sosialisasi dalam menyampaikan pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS kepada sekitarnya sehingga stigma dan diskriminasi kepada ODHA dan ADHA dapat berkurang.

Dalam kesempatan itu, Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak, Nahar menegaskan pentingnya peran masyarakat dan komunitas dalam memberikan dukungan dan menghapus stigma serta diskriminasi pada para penyintas, khususnya anak dengan HIV/AIDS. Hal ini, demi meningkatkan resiliensi diri mereka agar dapat bangkit dan kuat menghadapi kondisi yang dialaminya.

“Resiliensi diri merupakan hal yang sangat penting dimiliki penyintas HIV/AIDS, agar mereka dapat menghadapi, mengatasi, dan menjadi kuat atas kondisi yang dihadapinya, serta mampu bangkit dari keterpurukan. Resiliensi tersebut dapat terbentuk dengan kuat jika ada dukungan dari lingkungan sekitar,”ungkap Nahar.

“Disinilah pentingnya peran masyarakat dan komunitas dalam melakukan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS di lingkungannya, serta menghapuskan stigma pada orang khususnya anak dengan HIV/AIDS di Indonesia,” tambahnya.

Menurut Nahar, ada 4 hal yang harus diperhatikan terkait persoalan HIV/AIDS, yaitu pencegahan, pengawasan, keraguan masyarakat untuk memeriksakan diri, dan upaya edukasi kepada masyarakat terkait virus HIV.

Kemen PPPAWebinar Kemen PPPA bertema “Akhiri Pandemi HIV/AIDS: Resiliensi dan Dampak”. (Foto:Tagar/Kemen PPPA)

Sementara tantangan besar syang harus dihadapi bersama adalah, menghilangkan stigma negatif masyarakat terkait orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan anak dengan HIV/AIDS (ADHA).

“Hal tersebut merupakan tugas kita bersama, pentingnya mengedukasi masyarakat terkait informasi yang benar tentang HIV/AIDS. Ibarat rantai yang tidak pernah putus, saya harap masyarakat dapat terus melakukan sosialisasi dalam menyampaikan pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS kepada sekitarnya sehingga stigma dan diskriminasi kepada ODHA dan ADHA dapat berkurang,” ungkap Nahar.

Dalam hal ini, Pemerintah pusat maupun daerah telah berusaha untuk mencegah dan menangani persoalan HIV/AIDS, termasuk penyediaan ARV secara gratis.

Kemen PPPA sendiri, berkomitmen terus melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait agar memperhatikan hak-hak ADHA, seperti berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah mengenai penanganan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak ADHA, termasuk hak untuk bersekolah.

Selain itu, Kemen PPPA mendukung aturan yang diterapkan Kementerian Kesehatan terkait pemeriksaan wajib bagi ibu hamil sehingga penularan virus HIV dari ibu ke anak dapat dicegah. Serta melakukan intervensi pencegahan melalui advokasi kepada anak, guru, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama, aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat dan lainnya. Termasuk, memberikan informasi akurat tentang kesehatan, faktor risiko, hingga apa yang harus dilakukan jika ada ODHA dan ADHA di lingkungan mereka.

Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan 3 Zero Pada 2030. Yakni Zero New HIV Infections, Zero Discrimination, and Zero AIDS-Related Deaths yang berarti tidak ada lagi infeksi baru HIV, tidak ada diskriminasi terhadap ODHA, juga tidak ada kematian akibat AIDS.

Untuk mewujudkan 3 Zero, diperlukan sinergi bersama antara pemerintah dan masyarakat.

“Peringatan Hari AIDS Sedunia ini merupakan momentum meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS yang berdampak bagi kesehatan. Jangan pernah remehkan kekuatan masyarakat karena ‘masyarakat yang membuat perubahan’. Jauhi virusnya, bukan orangnya,” jelas Nahar.

Dalam acara yang sama, Pegiat Sosial Yayasan Kusuma Buana, Wisnu Prasadja menuturkan pentingnya ketahanan keluarga dalam menanggulangi HIV/AIDS. Untuk itu, orangtua maupun anggota keluarga harus memiliki pemahaman dan pengetahuan serta wawasan yang utuh tentang HIV itu sendiri.

Edukasi sejak dini pada anak sangat penting dalam mencegah dan menangani HIV/AIDS, seperti menerapkan pola hidup sehat dan bersih serta anak dapat berperilaku tepat ketika menghadapi orang atau anak dengan HIV/AIDS.

Konsultan Program Linkages Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (USAID), dr Hendra Widjaja menambahkan, pandemi Covid -19 yang melanda Indonesia, tidak akan menghentikan proses layanan perawatan dukungan dan pengobatan bagi ODHA dan ADHA.

“Semua tetap dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ada dengan mengacu standard precautions (kewaspadaan standar). Kementerian Kesehatan juga berupaya memberikan persediaan obat ARV untuk masa 2-3 bulan bagi ODHA dengan kondisi stabil yang diprioritaskan pada wilayah episentrum Covid-19 seperti Jakarta. Adapun inovasi layanan yang dihadirkan di Jakarta untuk memudahkan ODHA mendapatkan layanan kesehatan selama pandemi yaitu JAK–Transporter, JAK–Antar, dan JAK–Support,” tegasnya. []

Berita terkait
Pendidikan, Kunci Penghilang Rasa Minder Bagi Disabilitas
Staf Khusus Presiden Angky Yudistia mengungkapkan, penghilang rasa minder bagi disabilitas salah satu kuncinya adalah dengan berpendidikan.
Menteri PPPA Bahas Rencana Pembelajaran Tatap Muka
Menteri PPPA Bintang Puspayoga banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dipersiapkan mengenai menyusul rencana PTM.
Menteri PPPA Kukuhkan 300 Perempuan Pemimpin Penggerak Desa
Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengukuhkan secara simbolis 300 perempuan pemimpin sebagai penggerak Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.