TAGAR.id, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira melihat Indonesia akan masuk pada fase emas sebagai aset pengaman disaat resesi.
Harga logam mulia diproyeksi merangkak signifikan di kisaran Rp1,5-1,6 juta per gram pada tahun ini.
Proyeksi ini menunjukkan bahwa komoditas emas menjadi aset safe haven paling diburu di tengah ancaman resesi.
"Ada beberapa faktor pemicu naiknya harga emas. Salah satunya inflasi yang tinggi disertai berkurangnya kesempatan kerja atau biasa dikenal dengan stagflasi akan memacu investor membeli emas dalam jumlah besar," ujar Bhima dilansir MNC, Minggu, 8 Januari 2022.
Adapun faktor kedua adalah beberapa negara memacu penerbitan bank emas atau bullion bank termasuk indonesia dalam UU PPSK. Artinya, emas menjadi komoditi yang menarik dengan peminat semakin luas.
Ketiga, pengetatan moneter di negara maju membuat emas diandalkan sebagai hedging terhadap naiknya risiko suku bunga. Kemudian yang keempat, tidak ditemukan cadangan emas.
"Terbukti dalam jangka pendek sehingga outlook supply emas tidak akan meredam kenaikan harga," terang Bhima.
Melihat proyeksi emas yang positif itu, Bhima menyarankan agar investor sebaiknya mulai menyisihkan portofolio investasi lebih besar ke aset emas, misalnya 25% dari total investasi.[]
Baca Juga:
- Harga Emas Antam Hari Ini, 27 Desember 2022
- Tips dan Strategi Pemasaran Bisnis Online yang Bisa Dicoba