Harga BBM Turun, Kurang Bermanfaat Bagi Masyarakat

Eks Gubernur Indonesia untuk OPEC, Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan jika harga BBM diturunkan, memang kurang berdampak bagi masyarakat.
Aktifitas petugas melayani pelanggan untuk mengisi BBM di salah satu Stasiun Pengisian Bakar Umum (SPBU). (Foto: dok Pertamina)

Jakarta- Eks Gubernur Indonesia untuk OPEC, Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan jika harga bahan bakar minyak diturunkan, memang kurang berdampak bagi masyarakat. Sebab,  saat ini tingkat konsumsi menurun drastis, terlebih di beberapa daerah yang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti Jakarta.

"Dan masyarakat yang diam di rumah karena pandemi Covid-19, misalnya, tentu tidak merasakan manfaatnya," kata Widhyawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 14 Mei 2020 seperti dikutip dari Antara.

Jika harga minyak dunia kembali naik sehingga BBM juga dinaikkan, maka akan berdampak terhadap inflasi

Baca Juga: YLKI: Lebih Keren Kasih Bansos Ketimbang Pangkas BBM 

Menurut Widhyawan, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini berpotensi memunculkan inflasi jika harga minyak kembali naik. "Makanya saya berpendapat, jika harga BBM diturunkan, lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Saya nggak punya angle politis. Saya teknokrat yang berusaha objektif dan menyampaikan apa adanya,” kata dosen senior Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Menurutnya,  penurunan harga BBM saat ini tidak akan berpengaruh ke deflasi. Sebaliknya, jika harga minyak dunia kembali naik sehingga BBM juga dinaikkan, maka akan berdampak terhadap inflasi. "Ini yang harusnya menjadi pertimbangan dalam menentukan harga BBM pada kondisi tidak normal seperti sekarang," kata Widhyawan.

Selain itu, ucap Widhyawan, banyak masyarakat tidak tahu bahwa dalam kondisi harga minyak dunia berfluktuasi seperti sekarang juga sangat memukul Pertamina. Di hilir misalnya, meski diuntungkan harga minyak rendah,  volume penjualan juga menurun jauh. 

Menurutnya, dalam kondisi demikian, biaya per volume yang dikeluarkan BUMN tersebut juga lebih besar. "Apalagi, tidak seluruh bahan baku BBM diperoleh melalui impor. Ada juga yang diserap dari minyak dalam negeri dan juga lifting sendiri," tutur Widhyawan.

Ia  menambahkan pukulan terberat juga dihadapi Pertamina dari sisi hulu, karena sebenarnya proporsi BUMN tersebut selama ini jauh lebih besar di hulu. Dengan harga minyak jatuh, praktis akan menurunkan pula marjin Pertamina di hulu, bahkan berpotensi merugi, karena perusahaan tidak bisa serta-merta menutup operasional mereka.

"Karena jika sumur di-shut down, maka untuk membuka kembali membutuhkan biaya besar dan secara teknis belum tentu bisa kembali produksi. Jadi, otomatis beban yang diterima Pertamina berat sekali. Dan ini yang banyak orang tidak tahu," ujar Widhyawan.

Begitu pula sebagai pengolah minyak mentah menjadi BBM, menurut Widhyawan, kilang juga mengalami kerugian. Keekonomian kilang, lanjutnya, terletak pada minyak mentah sebagai bahan baku, biaya pengolahan, dan juga BBM yang dihasilkan.

Simak Pula: Tak Kunjung Turun, Berapa Harga Ideal BBM Saat Ini?

"Jika demand jauh berkurang, maka keekonomian kilang juga terbebani. Dengan demikian, sebenarnya pengilangan juga dalam konteks rugi," katanya. []

Berita terkait
Anggota Dewan Ini Kritisi Harga BBM yang Tak Turun
Pemerintah belum mengambil sikap untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Ringankan Beban Rakyat, Harga BBM Subsidi Layak Turun
Turunnya BBM bersubsidi bakal meringankan beban masyarakat yang kini berdaya beli rendah imbas pandemi Covid-19.
Jokowi Beri Tiga Opsi Penyesuaian Harga BBM dan Gas
Pemerintah menyiapkan tiga opsi penyesuaian harga bakar minyak (BBM) dan harga baha bakar gas (BBG) untuk mengatasi gejolak harga minyak dunia.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu