Probolinggo - Anjloknya harga beberapa komoditas pertanian serta langka dan mahalnya pupuk membuat geram para petani di Probolinggo. Bersama puluhan mahasiswa, para petani dari berbagai desa menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Bupati Probolinggo menuntut kejelasan dan perhatian pemerintah daerah (Pemda).
Selama ini, mereka mengaku perhatian pemerintah sangat minim terhadap kondisi para petani di lapangan. Salah satunya, masalah dugaan permainan mafia terhadap harga tembakau serta beberapa komoditas lain dan ketersediaan pupuk.
Kami petani, bukan buruh, bukan kuli. Kami itu pengusaha yang setiap hari menghasilkan padi, jagung dan tomat.
Beberapa petani mengaku harga tembakau dan beberapa komoditas lainnya masih anjlok dari biasanya. Kondisi itu diperparah dengan langka dan mahalnya pupuk di kalangan petani diduga dikarenakan permainan mafia di pertanian.
Akibatnya, para petani merugi dan kebingungan menghadapi kondisi tersebut. Apalagi, ditambah sangat minimnya perhatian dari pemerintah daerah dan seakan tutup mata melihat kondisi nasib para petani Probolinggo selama beberapa tahun ini.
"Kami petani, bukan buruh, bukan kuli. Kami itu pengusaha yang setiap hari menghasilkan padi, jagung dan tomat. Petani itu sangat berjasa buat negara dan merupakan pahlawan," kata seorang massa aksi, Muzakkir, saat orasi di depan kantor Bupati Probolinggo, Rabu, 16 September 2020.
Dia mengungkapkan bahwa tidak sedikit petani juga memberikan pajak untuk negara maupun daerah. Begitu halnya anggaran pemerintah untuk kesejahteraan para petani. Namun, dia menyampaikan pemerintah belum peduli terhadap kondisi petani.
"Anggaran di pemerintah untuk petani itu sangat besar. Tapi, apakah pemerintah sudah pro terhadap petani?" tutur Muzakkir dengan disambut ungkapan "belum" secera serentak oleh massa aksi.
Oleh sebab itu, dia menuntut kepada Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Probolinggo untuk memperhatikan kondisi para petani. Salah satunya dengan membentuk Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Bupati (Perbup) perlindungan petani.
Kemudian, dia juga meminta pemerintah eksekutif maupun legislatif memberantas dugaan adanya permainan mafia-mafia pupuk. Hal tersebut dikarenakan membuat pupuk menjadi mahal dan langka di kalangan petani.
"Bagaimana nasib petani hari ini? Apakah sejahtera atau sengsara?. Sengsara rekan-rekan. Pertanyaannya, sengsara atau disengsarakan?," kata dengan lantang.
Sementara itu, terkait gudang-gudang tembakau sudah buka dan menerima tembakau para petani. Dia mengaku tidak terlalu berdampak pada harganya dan tetap murah, sehingga membuat rugi.
Bukanya gudang itupun usai adanya audiensi para petani dan pemilik gudang dengan DPRD Kabupaten Probolinggo. Hal itu merespon banyaknya tembakau petani tidak terbeli hingga sempat dibakar dan dibuang-buang.
"Memang gudang-gudang sudah buka. Tapi untuk harga masih tetap merugikan petani. Karena dibeli dengan murah," ucapnya.
Maka dari itu, Muzakkir meminta tuntutan-tuntutan tadi menjadi perhatian pemerintah. Baik eksekutif maupun legislatif. Sehingga, jargon sebagai wakil dan pelayan masyarakat tidak hanya sebatas ucapan belaka.
"Ingat, mereka (Bupati maupun DPRD) ini dipilih oleh rakyat. Bukan dilotre. Maka, mereka ini wajib memperjuangkan hak-hak petani," kata dia.
Diketahui, selain aksi demonstrasi dilakukan di depan Kantor Bupati Probolinggo. Mereka juga menggelar aksi di beberapa gudang tembakau dengan menuntut agar membeli dengan harga wajar. Kemudian aksi berlanjut di depan Kantor DPRD Kabupaten Probolinggo. [](PEN)