Hanura Minta SBY Menilai Dulu Kemampuan Anaknya Sendiri

Ketua Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir meminta SBY jangan asal berbicara mengenai koalisi parpol pengusung Jokowi.
Rommy vs SBY Soal AHY Cawapres Jokowi | Agus Harimurti Yudhoyono dan Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: Instagram/Agus Harimurti Yudhoyono)

Jakarta, (Tagar 27/7/2018) - Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir meminta Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jangan asal berbicara mengenai kondisi internal koalisi partai politik pengusung Joko Widodo. Ia meminta SBY mengoreksi pernyataannya.

"Kondisi koalisi parpol pendukung Jokowi mantap terkendali dan bergerak tanpa keraguan memenangkan Jokowi pada Pilpres 2019," kata Inas, mengutip Antara  di Jakarta, Jumat (27/7).

Ia menilai SBY sebagai seorang yang peragu sehingga menuntun anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjadi calon wakil presiden (cawapres).

Padahal, menurut dia, seorang cawapres itu harus seorang negarawan, sedangkan AHY masih jauh kalau disebut negarawan.

"Ketika SBY hopeless dengan kondisi AHY, yang bisa dia lakukan hanya mengomentari secara asal tentang koalisi Jokowi," ujarnya.

Inas menghimbau SBY jangan dahulu menilai kemampuan orang lain sebelum mampu menilai kemampuan anaknya sendiri.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meragukan kesolidan enam partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo.

SBY menuturkan bahwa sampai saat ini peta koalisi masih sangat cair. Menurut dia, koalisi Jokowi maupun Prabowo Subianto masih bisa berubah sampai penutupan pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Kalau apakah ada kemungkinan bongkar pasang koalisi, ya, dalam politik itu biasa saja. Bisa iya, bisa tidak," ujar SBY saat jumpa pers di kediamannya, Jakarta, Rabu, (25/7) malam.

Ia berpendapat bahwa masing-masing capres belum memutuskan siapa cawapresnya. Oleh karena itu, peluang anggota partai koalisi bubar bisa saja terjadi setelah pengumuman cawapres masing-masing.

Wakil Sekjen Partai Demokrat Putu Supadma Rudana mengatakan bahwa SBY tidak pernah menyodorkan AHY kepada siapa pun sebagai cawapres.

Menurut dia, yang meminta AHY sebagai cawapres adalah keinginan mayoritas kader Partai Demokrat.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan SBY  akan menjadi penentu siapa pemenang Pilpres 2019 mendatang. 

"Ini suka tidak suka, SBY akan menjadi penentu apakah pilpres 2019 akan berlangsung seru atau tidak. Jika SBY akhirnya memutuskan berkoalisi dengan Prabowo, head to head dengan Jokowi relatif berimbang,” jelasnya kepada Tagar News.

“Tapi jika SBY memutuskan merapat ke Jokowi, bisa dipastikan pemenang Pilpres sudah bisa ditebak,” lanjut Adi.

Menurutnya, sejauh ini sesungguhnya, belum ada keputusan resmi koalisi Demokrat dengan Gerindra. Namun, memang ada kecenderungan SBY merapat ke kubu Prabowo dengan sejumlah alasan kuat.

“Keputusan koalisi Demokrat dengan Gerindra, masih sebatas penjajakan kemungkinan koalisi. Tapi melihat kecenderungannya, sepertinya Demokrat akan merapat ke Prabowo karena alasan-alasan yang diungkap SBY. Yakni, ada kendala tak mulus di koalisi Jokowi serta hubungan tak harmonis dengan Megawati,” pungkasnya. ***

Berita terkait
0
Surya Paloh Ketemu Bamsoet Ketua MPR, Apa yang Dibicarakan
Intensitas pertemuan petinggi parpol dan tokoh penting meningkat jelang Pilpres 2024. Kali ini Surya Paloh bertemu Bamsoet Ketua MPR.