Hampir 60% Warga Eropa Kelebihan Berat Badan

Pandemi yang berkepanjangan membuat indeks massa tubuh mereka berlebihan, risiko hadapi berbagai gangguan kesehatan dan bahkan kematian
Ilustrasi: Laporan WHO yang dirilis Selasa, 3 Mei 2022, membuat kesimpulan yang jelas bahwa lebih dari 1,2 juta kematian per tahun di Eropa disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas. (Foto: voaindoneia.com/AP)

TAGAR, Jenewa, Swiss – Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) melaporkan hampir 60% orang Eropa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Pandemi yang berkepanjangan membuat mereka dengan indeks massa tubuh berlebihan ini berisiko menghadapi berbagai gangguan kesehatan dan bahkan kematian.

Laporan yang dirilis Selasa, 3 Mei 2022, itu membuat kesimpulan yang jelas bahwa lebih dari 1,2 juta kematian per tahun di Eropa disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas. Menurut para pakar kesehatan, fakta ini bisa dipahami karena kondisi berat berlebihan memang bisa mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, seperti kanker dan penyakit kardiovaskular.

Menurut laporan tersebut, 200.000 kasus baru kanker ditemukan setiap tahunnya akibat kelebihan berat badan dan obesitas. Kondisi ini juga memicu munculnya komplikasi muskuloskeletal, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan setidaknya 13 jenis kanker.

anak obesitasObesitas pada anak-anak. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Julianne Williams, pakar kesehatan WHO yang ikut menulis laporan itu. menjelaskan alasan mengapa kelebihan berat badan menjadi masalah yang semakin umum di Eropa. "Kita hidup di lingkungan di mana kita memiliki akses mudah ke makanan murah dan lezat dan di mana sangat mudah untuk tidak bergerak sepanjang hari. Kita tahu anak-anak kita dibombardir dengan iklan," kata Williams.

"Iklan bahkan semakin meningkat di dunia digital. Ketika mereka bermain video game, contohnya, mereka melihat iklan makanan kaya lemak, gula dan garam. Kita tahu bahwa anak-anak sangat rentan terhadap itu. Tingkat menyusui eksklusif di Eropa juga sangat rendah dibandingkan dengan wilayah lain di dunia. Dan kita tahu bahwa menyusui adalah satu hal yang melindungi anak dari kelebihan berat badan dan obesitas di kemudian hari," tambahnya.

Williams mengatakan, berbagai pembatasan terkait pandemi Covid-19, ikut memperburuk kondisi ini. “Kita melihat orang-orang menjadi kurang aktif. Aktivitas fisik mereka menurun, kebiasaan makan menjadi lebih buruk. Ini sangat mengkhawatirkan. Bila terkena COVID, orang dengan obesitas, atau orang yang kelebihan berat badan, lebih cenderung menjalani rawat inap di ICU, dan lebih berisiko mengalami kematian. Tingginya angka kematian akibat COVID adalah akibat dari kegagalan kita menangani obesitas dan kelebihan berat badan," paparnya.

Untuk mengubah situsi ini, menurut Williams, perubahan kebijakan yang efektif perlu diterapkan di tingkat pemerintah. WHO menyarankan untuk membatasi pembukaan gerai-gerai takeaway di lingkungan berpenghasilan rendah, merekomendasikan penggunaan susu ibu, memperbaiki pelabelan makanan bayi, serta mempromosikan program makan sehat.

seorang pria dengan berat badan berlebihSeorang pria yang kelebihan berat badan sedang beristirahat di sebuah bangku di Jackson, AS, 4 September 2014. (Foto: voaindonesia.com/AP)

"Ini bukan hanya tentang memberitahu individu untuk mengubah perilaku mereka, ini tentang perubahan kebijakan. Iklan minuman berkadar gula tinggi perlu dibatasi, terutama untuk anak-anak. Pajak minuman berkadar gula tinggi harus ditingkatkan. Kita juga perlu meningkatkan akses ke layanan manajemen obesitas berkualitas tinggi," tutur Williams.

Menurut WHO, jumlah orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas di Eropa meningkat setiap tahunnya. Dibandingkan dengan 1975, data 2016 menunjukkan kenaikan lebih dari 138 persen. (ab/uh)/Associated Press/voaindonesia.com. []

10 Tips Mencegah Obesitas pada Anak

Awas, Obesitas Rawan Terkena Corona

5 Hal yang Dapat Anda Lakukan untuk Mencegah Obesitas pada Anak

Cara Mencegah Obesitas Selama di Rumah Akibat Corona

Berita terkait
Waspadai Bahaya Obesitas pada Anak
Kondisi ini bisa memicu komplikasi.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.