Genteng Anti Gempa Mahasiswa Undip Sabet Emas di Jerman

Lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah menorehkan prestasi internasional.
Perwakilan mahasiswa Universitas Diponegoro mendapat gold medal di ajang Internasional di Jerman dengan produk genteng antigempanya. (Foto: Istimewa)

Semarang, (Tagar 15/11/2018) - Lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah menorehkan prestasi internasional. Lewat produk genteng anti gempa bernama Environmental Friendly Anti-Earthquake Styrofoam Tile (E-FAST) mereka menyabet emas di Jerman.

Ajang di Nuremberg, Jerman adalah kompetisi International Trade Fair of Ideas, Inventions and New Products atau The iENA Nuremberg, 1-4 November 2018.

Sedangkan tim mahasiswa Undip, Ibadurrahman dari Fakultas Teknik 2015 asal Jember, Rifki Rudwi Rafifta dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2015 asal Bogor, Laitufa Nida dari Fakultas Sains dan Matematika 2015 asal Lampung, Nurul Halwiyah dari Fakultas Sains dan Matematika 2015 asal Rembang, dan Yunnia Rahmandani dari Fakultas Sains dan Matematika 2015 asal Grobogan.

Mereka satu-satunya tim dari Indonesia yang menyabet medali emas. Inovasi genteng anti gempa mampu mencuri perhatian 800 peneliti dari 30 negara.

Para peneliti tersebut di antaranya dari Angola, Austria, Belgium, Bosnia-Herzegovina, China, Colombia, Congo, Croatia, Egypt, Germany, Hong Kong, Indonesia, Iran, Iraq, Korea, Kuwait, Lebanon, Macau, Malaysia, Mexico, Poland, Romania, Singapore, Syria, Switzerland, Taiwan (China), Thailand, Turkey, United Arab Emirates, United Kingdom, dan United States of America.

Ibadurrahman mengaku terkejut atas penghargaan tersebut. Sebab ia dan rekan setimnya tak menyangka jika bisa menang dalam kompetisi bergengsi di Jerman. Apalagi melibatkan kurang lebih 800 peneliti dari 30 negara.

Kendati begitu, ia mengaku tetap optimis bahwa produk genteng styrofoam anti gempa bisa bersaing.

"Tidak menyangka sama sekali mengingat produk dari peneliti negara-negara lain juga banyak yang lebih wah. Sempat minder di awal, tapi kami tetap maju aja," kata dia kepada Tagar News di Semarang, Kamis (15/11).

Ibadurrahman menyatakan, meski  genteng anti gempa menang, tapi itu bukan menjadi perhatian utama dari timnya.

"Utamanya adalah bagaimana menyerap limbah styrofoam yang tidak digunakan," sambung dia.

Genteng inovasi ini, lanjut Ibadurrahman, didesain untuk bisa lebih kuat, lebih ringan dan jadi isolator yang baik untuk panas sehingga rumah menjadi lebih sejuk.

Sejak Maret 2018, penelitian genteng anti gempa dilakukan secara mandiri, bukan program dari kampus. Karena tak ada support kampus, seluruh pembiayaan ditanggung bersama oleh anggota tim.

"Total penelitian menghabiskan biaya kurang lebih Rp 17 juta. Sebagian besar merupakan dana patungan teman-teman, ditambah bantuan dari donatur," katanya.

Dijelaskan, bahan baku genteng anti gempa adalah bahan baku genteng pada umumnya. Yakni, pasir, semen, dan air. Dengan komposisi tertentu, dicampurkan dengan material styrofoam pada komposisi tertentu pula.

"Dengan styrofoam efektif mengurangi berat genteng, namun menambah kekuatan genteng secara keseluruhan. Sehingga membuat tahan bencana gempa," papar dia.

Pemilihan styrofoam karena selama ini seringkali menjadi limbah lingkungan, ketika sudah tak terpakai atau ada sisa pekerjan. Padahal limbah styrofoam bisa diolah menjadi bahan baku produk lain semisal genteng anti gempa.

Produk genteng ini bisa menyerap limbah styrofoam sebanyak 5kg/m2 genteng. Jika asumsi satu rumah atapnya 40 m2 maka limbah yang dapat diserap adalah kurang lebih 200 kg styrofoam tiap rumah.

"Tinggal dikalikan dengan jumlah rumah di Kota Semarang atau bahkan se-Indonesia. Dengan begitu masalah styrofoam yang selama ini hanya menjadi limbah lingkungan dapat teratasi," ujar dia

Selain itu, ia dan tim juga terinspirasi atas banyaknya kejadian gempa di Indonesia yang menelan ribuan nyawa. Korban gempa rata-rata akibat tertimpa reruntuhan bangunan seperti genteng. Genteng berbahan styrofoam yang telah dilakukan proses pengolahan berbasis sains ini didesain memiliki ketahanan terhadap guncangan.

Dan atas hasil itu, Ibadurrahman cs telah melakukan uji laboratorium untuk mengukur ketahanan genteng styrofoam terhadap getaran.

Berdasarkan data laboratorium didapatkan nilai kuat. Tekanan rata-rata (fc’) = 1,59 MPa, modulus elastisitas (Ec)= 496 MPa, modulus of rupture 0,6282 MPa dan berat jenis rata-rata sebesar 760 kg/m3.

"Kesimpulannya adalah terciptanya sebuah genteng inovatif yang mampu menjawab permasalahan penanganan limbah styrofoam. Selain itu juga bisa menjadi alternatif pilihan genteng rumah yang aman untuk daerah rawan gempa seperti Indonesia," pungkas dia. []

Berita terkait