Jakarta - Konsultan media dan politik Hersubeno Arief menilai Partai Gelombang Rakyat (Gelora) berbeda dengan wajah muda lainnya, seperti Partai Perindo dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Sebab, Fahri Hamzah dan Anis Matta, mantan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sudah kenyang dengan asam garam dinamika perpolitikan Indonesia. Keduanya dinilai dapat memberikan corak baru.
Bagaimana menyatukan Islam dan nasionalis dalam sebuah platform politik.
"Jadi mereka cukup berpengalaman dan memahami peta persaingan politik. Berbeda dengan partai-partai baru yang didirikan tokoh baru di dunia politik seperti Perindo atau PSI," kata Hersubeno kepada Tagar, Kamis, 14 November 2019.
Menurut Hersubeno, memiliki figur seperti Fahri Hamzah tentu saja sangat menguntungkan. Selain pernah menduduki posisi penting di PKS, pria asal NTB itu juga sempat menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI.
"Yang jelas para pengurus Gelora terutama eks PKS sudah punya pengalaman jatuh bangun membangun partai dan berkompetisi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres)," ucapnya.
Hal yang membuat suara Partai Gelora bakal cepat melesat disebabkan segmentasi partai bisa menjadi magnet bagi dua kalangan, baik nasionalis maupun agamais.
"Di tengah menegangnya polarisasi antara umat Islam dan nasionalis yang membelah bangsa Indonesia, hal ini menjadi menarik. Bagaimana menyatukan Islam dan nasionalis dalam sebuah platform politik," tuturnya.
Menurutnya, Anis Matta dan Fahri Hamzah memiliki target yang beririsan dengan partai dakwah. "Sebagai partai berbasis Islam-nasionalis, Partai Gelora bisa membidik pasar yang lebih besar, melalui komunitas Islam modern dan juga non Islam," ujarnya. []
