Gelombang Tinggi Picu Inflasi di Komoditas Hasil Laut

Harga ikan teri misalnya. Semula Rp 40 ribu per kilo, kini Rp 60 ribu kilo. "Yang beli cuma pedagang besar. Karena pedagang kecil tak mampu dengan harga segitu," imbuh dia.
Inflasi Komoditas Hasil Laut di Semarang. Inflasi Hasil Laut. Gelombang tinggi yang mendera perairan Laut Jawa dua bulan terakhir membuat pasokan ikan terganggu. Imbasnya, harga ikan saat ini naik cukup signifikan dibanding kondisi sebekumnya. (Ags)

Semarang (Tagar 5/1/2018) - Tekanan inflasi mendera bahan pangan dari laut. Pemicunya semata alam, cuaca. Gelombang tinggi perairan Laut Jawa membuat pasokan ikan terganggu.

"Gelombang tinggi selama dua bulam terakhir membuat para nelayan tak berani melaut cukup jauh. Akibatnya kami tidak bisa mendapat hasil laut yang maksimal," ungkap nelayan bernama Mastur (47), saat ditemui di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tambaklorok, Semarang, Kamis (4/1) sore.

Sebagai perbandingan, Mastur mengaku bisa dapat satu kuintal per hari di kondisi sebelumnya, cuaca normal. Namun gelombang tinggi membuatnya hanya bisa mengangkat ikan maksimal 80 Kg per hari. Kondisi demikian menyebabkan terdongkraknya harga ikan.

"Pasokan berkurang, permintaan stabil, otomatis harga akan naik jika dibanding biasanya," terangnya.

Harga ikan teri misalnya, semula sekitar Rp 40 ribu per kilogram, kini mulai terkerek sampai Rp 60 ribu kilogram. "Yang beli cuma pedagang-pedagang besar. Karena pedagang kecil tak mampu dengan harga segitu," imbuh dia.

Ketua Asosiasi Masyarakat Nelayan Indonesia (AMNI) Kota Semarang, Yuminto menyatakan harga ikan kini rata-rata naik 15 persen dari kondisi normal. Kenaikan harga ini terjadi untuk ikan teri, seriding, kempar dan sejenisnya.

"Tinggi ombak saat ini telah mencapai empat meter. Tak menutup kemungkinan saat memasuki musim pasang, tinggi ombak mencapai lima meter," ujar dia.

Selain memicu kenaikan harga, gelombang tinggi juga membuat banyak perahu nelayan rusak. "Nanti ombaknya pasti lebih tinggi lagi karena pasang air lautnya mundur, dari semula Desember sampai awal Januari jadi pertengahan Januari," imbuhnya.

Yuminto memperkirakan harga ikan akan berangsur normal di awal Maret seiring normalnya cuaca. "Semoga anomali cuaca ini tidak terlalu lama sehingga nelayan bisa kembali melaut seperti sedia kala," tukasnya. (ags)

Berita terkait