Jakarta - Menteri Keuangan Periode 2013-2014 Chatib Basri mengatakan momentum titik balik pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 dinilai hanya berlangsung sesaat. Pasalnya, rebound yang terjadi pasca pembukaan kembali sejumlah kegiatan produktif masih sangat terbatas.
“Setelah reopening aktivitas dan mobilitas masyarakat naik tajam. Setelahnya cenderung landai dan melambat. Ini menunjukan bahwa terjadi penurunan optimisme terhadap ekonomi,” ujarnya melalui cuitan di Twitter @ChatibBasri seperti yang dikutip Selasa, 1 September 2020.
Chatib lantas menyebut setidaknya terdapat empat alasan yang bisa mengidentifikasikan kondisi tersebut. Pertama adalah soal daya beli yang lemah. Kedua, terkait dengan perilaku kelas menengah yang memilih pendekatan kehati-hatian karena alasan kesehatan.
“Ketiga adalah perubahan perilaku ke arah online. Kemudian yang keempat adalah protokol kesehatan membuat ekonomi tidak bisa beroperasi 100 persen akibat skala ekonomis yang tidak tercapai,” tutur dia.
Khusus untuk dalil terakhir, Chatib mengungkapkan bahwa jika ekonomi hanya beroperasi 50 persen dari kapasitas maksimal, maka untuk mencapai break even point akan sulit tercapai. Menurut dia, perusahaan masih bisa tetap bertahan selama bisa membayar kewajiban, seperti gaji dan lain-lain, tetapi tidak untung.
“Dalam kondisi ini perusahaan bisa diibaratkan seperti zombie companies. Akibat selanjutnya dapat ditebak, tidak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi,” tegas dia.
“Sebelum vaksin selesai, protokol kesehatan harus tetap dijalankan. Artinya, ekonomi harus beroperasi di bawah 100 persen dan pemulihan akan memakan waktu,” sambungnya.
Chatib pun memilih pendekatan konservatif dalam memproyeksi pertumbuhan. Pasalnya, lonjakan yang terjadi pada era normal baru (new normal) dianggap tidak terlalu berkontribusi signifikan dalam mendongkrak pemulihan ekonomi, meski dia yakin terjadi perbaikan di triwulan kali ini.
“Untuk kuartal III/2020 mungkin masih terjadi perlambatan,” ungkapnya.
Seperti yang telah diberitakan beberapa waktu lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sepanjang kuartal kedua 2020 tercatat minus 5,32 persen. Capaian tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama 2019 dengan 5,05 persen. Pun demikian dengan kuartal I/2020 yang masih bertengger di level positif 2,97 persen.