Garebeg Besar, Tradisi Idul Adha Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Garebeg Besar jelang peringatan Hari Raya Idul Adha 2019.
Para prajurit Keraton Yogyakarta saat menjalani gladi resik untuk persiapan acara Garebeg Besar. (Foto: dok Keraton Yogyakarta)

Yogyakarta - Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Garebeg Besar jelang peringatan Hari Raya Idul Adha 2019. Kegiatan tersebut merupakan upaya melestarikan tradisi yang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam, di kerajaan pewaris Mataram Islam itu .

Tradisi peringatan Hari Raya Idul Adha itu bernama lengkap Hajad Dalem Garebeg Besar. Acara digelar Senin Wage, 12 Agustus 2019 atau dalam penanggalan kalender Jawa Sultan Agungan pada 10 Besar 1952 Be.

Gunungan ini juga diiringi pasukan gajah dari Kebun Binatang Gembira Loka.

Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu mengatakan, dalam perayaan Garebeg Besar ini tujuh buah gunungan yang akan kepada warga.

Gunungan terdiri dari kumpulan berbagai jenis hasil bumi yang disusun hingga berbentuk kerucut.

"Tujuh gunungan dibagikan di tiga tempat yang berbeda. Lima gunungan dibagikan di halaman Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Dua gunungan masing-masing dibagikan di Puro Pakualaman dan Kepatihan," kata GKR Hayu di Yogyakarta, Jumat, 9 Agustus 2019.

Anak keempat Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X ini mengatakan, ketujuh gunungan akan dikawal sepuluh bregada prajurit Keraton Yogyakarta sesuai tugasnya masing-masing. Bregada Surakarsa mengawal lima gunungan di Masjid Gedhe, Bregada Bugis mengawal gunungan di Kepatihan.

"Delapan bregada lainnya yakni Bregada Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawirotama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis akan membentuk pagar betis dari sisi utara ke selatan pada bagian tengah Alun-alun Utara," ujarnya.

GKR Hayu mengatakan, khusus gunungan yang dibawa ke Puro Pakualaman akan dikawal oleh Bregada Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.

Agar pelaksanaan tradisi Garebeg Besar itu berlangsung sukses, para prajurit Keraton Yogyakarta sudah menggelar latihan atau resik.

"Gunungan ini juga diiringi pasukan gajah dari Kebun Binatang Gembira Loka," ujarnya.

"Seperti biasa gunungan hasil bumi nanti diperebutkan warga, semoga acara tetap berjalan dengan aman dan lancar," kata dia.

GKR Hayu mengatakan, Keraton Yogyakarta dalam satu tahun menggelar tiga kali Garebeg, yakni saat peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW yang disebut Garebeg Mulud, Idul Syawal (Garebeg Sawal) dan Idul Adha (Garebeg Besar).

Dia menjelaskan, kata Garebeg sendiri memiliki arti diiringi atau diantar oleh orang banyak. Hal ini merujuk pada gunungan yang diiringi oleh para prajurit dan abdi dalem dalam perjalanannya dari Keraton menuju Masjid Gedhe.

Selain itu, kata dia, ada pendapat lain yang menyebut Garebeg atau yang umumnya disebut "Grebeg” berasal dari kata "gumrebeg". Ini mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsung upacara.

Pada perjalanannya, acara Gerebeg selalu dibanjiri ratusan warga. Mereka berebut gunungan hasil bumi yang dianggap sebagai keberkahan dan penolak bala.

"Saudara saya dari Temanggung, datang ke Yogyakarta untuk menyaksikan Garebeg. Dia penasaran dan ingin rebutan hasil bumi," kata Harjono, 45 tahun, warga Tukangan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta. []

Baca juga:

Berita terkait
Jelang Idul Adha 2019, Harga Sapi di Kulonprogo Naik
Jelang hari raya Idul Adha 1440 Hijriah, harga sapi di tingkat pedagang Kabupaten Kulonprogo mengalami kenaikan cukup signifikan.
Niat dan Tata Cara Salat Idul Adha
Hari raya idul adha 1440 Hijriah akan jatuh pada 11 Agustus 2019. Begini niat dan tata cara salat Idul Adha.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.