Semarang - Tingkat penggunaan bed isolasi di rumah sakit di Jawa Tengah (Jateng) masih cukup untuk mengantisipasi ledakan kasus Covid-19. Namun bukan berarti penerapan protokol protokol kesehatan dilonggarkan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan ranjang isolasi rumah sakit di wilayahnya baru terpakai 40,5 persen dari kapasitas yang ada.
Itu tidak berarti kita harus tidak disiplin lho, jangan lho, jangan sampai kita tidak disiplin. Mentang-mentang masih ada terus mau dipenuhi, lebih baik dikosongin
Data per 10 September 2020, dari total 3.343 bed isolasi yang tersedia, baru 1.355 bed yang terpakai. Selain itu, sejumlah tempat yang disiapkan untuk karantina pasien positif covid juga masih kosong.
“Seumpama kami siapkan Asrama Haji Donohudan, belum kepakai. Bank Jateng lama yang ada di Kota Lama sudah kami siapin, sama sekali enggak kepakai,” kata Ganjar, Minggu, 13 September 2020.
Selain tempat karantina, Pemprov Jawa Tengah juga menyiagakan Rumah Sakit Bung Karno Solo untuk jadi tempat khusus perawatan pasien Covid-19.
“Termasuk kalau rumah sakitnya kurang kami nyiapin RS Bung Karno Solo, itu mau kami khususkan. Tapi sampai hari ini juga belum dan itu masih standby, masih kosong. Sebenarnya kami lebih banyak siaga,” ujarnya.
Meski begitu, Ganjar tak berharap kondisi itu menjadi alasan protokol kesehatan dilonggarkan sehingga bed isolasi maupun tempat karantina jadi penuh..
“Itu tidak berarti kita harus tidak disiplin lho, jangan lho, jangan sampai kita tidak disiplin. Mentang-mentang masih ada terus mau dipenuhi, lebih baik dikosongin,” ujarnya dengan nada tegas.
Justru Ganjar ingin agar kekosongan tersebut terus bertambah. Artinya makin banyak yang sembuh dan makin banyak masyarakat yang disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga:
- Penegasan Satpol PP Semarang soal Balap Lari Liar
- Kata Pengamat soal Klaster Rumah Makan di Semarang
- Keharuan UMKM Magelang, Dagangannya Diborong Ganjar
Jajarannya juga telah diinstruksikan untuk menggelar penegakan hukum secara masif, sejak 25 Agustus, agar kesadaran bersama mencegah penyebaran corona terus tumbuh.
“Ketika kita sudah bisa mengontrol diri dengan jaga jarak, protokolnya diikuti, itulah sebenarnya adaptasi kebiasaan barunya sudah jalan. Maka sebenarnya kita tinggal melakukan improvement, perbaikan dikit lagi dengan mencari cara untuk kontrol. Sekarang yang dibutuhkan apa? Patroli,” ucapnya. []