Gajah Liar di Aceh Timur Dipasang GPS Collar

GPS Collar mempermudah proses mitigasi konflik satwa liar dengan manusia yang kerap terjadi di Kabupaten Aceh Timur
Tim gabungan BKSDA Aceh dan FKL saat memasang GPS Collar pada gajah liar di Ranto Peureulak, Aceh Timur, Aceh, Jumat, 11 September 2020. (Foto: Tagar/Dok. FKL)

Banda Aceh - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan Forum Konservasi Leuser (FKL) memasang sebanyak 3 GPS Collar pada kelompok gajah Sumatera liar di Kabupaten Aceh Timur, Aceh.

Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto melalui Kepala Pusat Latihan Gajah (PLG) Aceh Saree, Andi Aswinsyah mengatakan, pemasangan GPS Collar ini dilakukan untuk mengetahui posisi kawanan atau kelompok gajah liar secara berkala melalui satelit.

Alat pendeteksi ini juga berguna untuk memberikan informasi sehingga mempermudah proses mitigasi konflik satwa liar dengan manusia yang kerap terjadi terutama di Kabupaten Aceh Timur.

“Salah satu tujuannya untuk memberi informasi posisi gajah sebelum mendekati atau masuk ke perkebunan dan lahan pertanian masyarakat. Alat ini sangat membantu,” kata Andi Aswinsyah, Sabtu, 12 September 2020.

Pemasangan GPS Collar pertama dilakukan pada 6 Maret 2019 pada gajah betina dengan berat hampir 4 ton di dalam kawasan Hak Guna Usaha (HGU) PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.

Salah satu tujuannya untuk memberi informasi posisi gajah sebelum mendekati atau masuk ke perkebunan dan lahan pertanian masyarakat.

Satwa bertubuh besar dengan nama latin Elephas Maximus Sumatranus tersebut menyukai lokasi ini karena banyak ditumbuhi semak belukar dan hutan muda.

Gajah yang berhasil dipasang GPS Collar ini kemudian diberi nama Nadia mengingat GPS Collar tersebut merupakan sumbangan dari Nadia Hutagalung, seorang presenter yang sangat peduli terhadap konservasi.

Disebutkan Andi, pemasangan GPS Collar kedua selanjutnya dilakukan pada kelompok gajah yang ditemukan oleh tim gabungan di Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur. Gajah ini juga berjenis kelamin betina.

Gajah yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun dengan berat lebih dari 2 ton ini ditemukan setelah tim gabungan melakukan pencarian seharian pada 9 Maret 2019 lalu.

Selanjutnya yang terakhir, tim gabungan BKSDA dan FKL berhasil melakukan pemasangan GPS Collar ketiga terhadap kawanan gajah liar pada Jumat, 11 September 2019 kemarin.

Supervisor Elephant Protection Team FKL, Edi Syahputra mengatakan, GPS Collar ketiga ini dipasang pada gajah betina yang berukuran cukup besar dan diperkirakan memiliki berat sekitar 3,6 ton.

“Kawanan gajah ini juga ditemukan di kawasan HGU PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur,” kata Edi Syahputra.

Edi menjelaskan, tim gabungan yang berjumlah kurang lebih 20 orang ini sebelumnya telah melakukan pencarian sejak Selasa, 8 September 2020 lalu.

Tim EPT FKL dan BKSDA bersama tim medis, pawang gajah atau Mahout dan tim penembak mencari jejak kawanan gajah dengan menyusuri hutan dan perkebunan sawit.

Baca juga:

HGU perusahaan yang telah ditumbuhi semak belukar memang membuat gajah menyukai tempat seperti ini. Kotoran gajah terlihat berserakan di beberapa lokasi, bahkan ada yang berada di jalanan.

Di hari keempat, tim gabungan akhirnya kemudian menemukan kawanan gajah saat sedang beristirahat. Setelah dilumpuhkan dengan bius, gajah betina yang juga diperkirakan baru saja melahirkan (terlihat dari kondisi susu yang penuh) itu pun dipasangi GPS Collar.

“Setelah alat tersebut dipasang, gajah betina itu kemudian dilepaskan kembali,” ujarnya. []

Berita terkait
Pemprov Aceh Diminta Tutup Pertambangan Emas Ilegal
Pemerintah diminta segera untuk menutup pertambangan emas ilegal di Kabupaten Aceh Barat.
Pasien C-19 di Aceh Bertambah 124 Orang
Data yang diupdate di website Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Sabtu, 12 September 2020 pukul 16.56 WIB Pasien positif C-19 bertambah 124 orang.
Tanggapan Bupati Aceh Timur soal Pembangunan Jalan
Pembangunan jalan lintas Peureulak Lokop di Aceh Timur ke Gayo Lues harus segera terealisasi.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.