Gadis Cantik Lebak Menggapai Mimpi dalam Keterbatasan

Rofifah Juniandar, 23 tahun, dara cantik asal Lebak membuktikan keterbatasan bukan menjadi sebuah halangan.
Rofifah Juniandar, gadis cantik asal Lebak. (Foto: Tagar/Jumri)

Lebak - Rofifah Juniandar, 23 tahun, dara cantik asal Kampung Cisiih, Desa Situregen, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, membuktikan keterbatasan bukan menjadi sesuatu hal yang dapat menghentikan diri untuk meraih mimpi.

Ya Allah kenapa harus aku yang menerima cobaan yang seberat ini.

Wanita yang biasa disapa Ofi itu, menceritakan saat menginjak usia sebelas tahun harus menerima kenyataan karena telah divonis kanker tulang. Vonis tersebut, menyebabkan harus merelakan bagian kaki sebelah kanan diamputasi pada tahun 2011. Salah satu pilihan dalam pengobatan secara medis untuk dapat sembuh dari penyakit kanker tulang.

"Sebenarnya dokter kasih dua pilihan. Pertama operasi kembali pengangkatan sel, kemudian kedua dan sekaligus menjadi jalan terakhir yaitu diamputasi,"kata Ofi kepada Tagar, beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, kata dia, keputusan itu bukan persoalan yang mudah. Terlebih, Ofi sempat drop saat menerima kenyataan pahit itu. Sesudah manjalani amputasi, gadis kelahiran 15 Juni 1997 itu mengaku sempat tak berani bercengkarama dengan orang lain.

Bahkan, ketika ada saudara dan temannya yang menjenguk, mereka hanya bisa melihat dari celah tirai kamar yang terbuka sedikit. Namun apalah daya, hanya kepada sang maha kuasa lah dia berdoa agar tetap diberi kekuatan, dan kesabaran dalam menjalani hidup.

"Ya Allah kenapa harus aku yang menerima cobaan yang seberat ini," ucap Ofi menceritakan keluhannya.

Sebelumnya, Ofi mengatakan gejala kanker tulang dikakinya mulai dirasakan pada tahun 2008. Rasa pegal-pegal dibagian paha sering dirasakan saat malam datang menjelang tidur. Kemudian pada 2009 dirinya melakukan pemeriksaan ke dokter yang ada di daerah Kecamatan Bayah. Saat itu, dokter menduga bahwa ada tumor di bagian tubuhnya.

"Saat itu memang aku belum mengetahui penyakit yang di vonis berat atau tidak. Namanya masih anak-anak, dipikiran hanya main, sehingga harus banyak di rumah aja, rasanya bosen. Jadi waktu itu pas masih SD aku banyak ngeluh, dan memiliki pemikiran sampai kapan seperti ini saja," ucapnya.

Untuk pengobatan lebih lanjut, kata Ofi, orang tuanya membawa berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Namun, pengobatan tak kunjung menujukan perubahan. Sehingga, harus menjalani operasi sebanyak tujuh kali dalam jangka waktu empat tahun.

Pada saat pengobatan, Ofi mengaku memakai Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Tangerang, kemudian bantuan dari jalinan kasih, dan yayasan kanker khusus anak serta bantuan dari para dokter.

Gadis yang sempat mengenyam pendidikan desain mode dan busana di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu mengatakan, semangat orang tua saat merawatnya menjadi motifasi terbesar dalam hidupnya untuk segera bangkit. 

Dengan semangat dan keinginan berjuang yang tinggi, Ofi menunjukan mampu melepaskan diri dari keterpurukan, bahkan ia menjalani rutinitas di dunia fasion, Make up Artis (MuA), dan mengikuti beberapa kegiatan serta perlombaan di dunia seni lukis mural.

"Yang bisa membuat bangkit, karena aku memiliki keinginan setelah sembuh, ingin beraktifitas lagi seperti teman-teman lainnya. Ingin melanjutkan sekolah. Namun yang pailing memotifasi adalah orang tua dan keluarga. Itu yang membuat aku untuk tidak lemah. Ofi harus bangkit, dari situ terus berusaha, dan terus belajar,"tuturnya sembari menebar senyum yang merekah.

Ofi berharap, kedepan diberi kesehatan selalu, membuat kedua orang tua bahagia, dan juga dapat membuka usaha dalam berbagai bidang, salah satunya make up dan butik.

Ia mengatakan, bagi para penyintas kanker dimanapun agar tidak patah semangat untuk dapat sembuh. Sebab, hal itu merupakan bukan sesuatu yang mustahil. Terpenting, kata dia, jangan pernah berhenti untuk berjuang. Sebab, ada banyak hal luar biasa yang bisa dilakukan setelah sembuh nanti.

"Buat teman-teman tetap selalu mencintai dan menyayangi diri sendiri, dengan cara terus berfikir positif, dan melakukan hal-hal yang positif. Karena teman-teman gak pernah sendirian, sebab diluar sana ada yang sama berjuang, dan ada banyak yang berhasil melewati masa sulit. Tetap semangat teman-teman," ucap Ofi. []

Berita terkait
Keluarga Gerobak, Mengais Rezeki di Tengah Pandemi Corona
Keluarga gerobak tidak bisa berbuat banyak untuk menghadapi pandemic Corona yang saat ini sedang terjadi di penjuru dunia.
Bulan Madu Menunggang Kuda Besi ke Pulau Dewata Bali
Bulan madu menunggang kuda besi ke Pulau Dewata Bali, kenangan sebelum Covid-19 datang. Kaum jomlo pada masa pandemi harus tabah membaca ini.
Hanafi, Imam Salat Tarawih di Rumah Saat Covid-19
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah masjid di Yogyakarta tak menggelar salat Tarawih berjemaah mengikuti anjuran pemerintah
0
Kesengsaraan dalam Kehidupan Pekerja Migran di Arab Saudi
Puluhan ribu migran Ethiopia proses dideportasi dari Arab Saudi, mereka cerita tentang penahanan berbulan-bulan dalam kondisi menyedihkan