Fitnah dan Hoaks Diprediksi Masif Warnai Pileg dan Pilpres 2019

Fitnah dan hoaks diprediksi masif warnai pileg dan pilpres 2019. '55 persen penduduk Indonesia sudah terpapar hoaks dan fitnah.'
Fitnah dan Hoaks Diprediksi Masif Warnai Pileg dan Pilpres 2019 | Ilustrasi. (Foto: Trik News)

Bandung, (Tagar 14/8/2018) - Anggota Komisi I DPR RI Moh Arief S Suditomo memprediksi, fitnah dan hoaks akan masif mewarnai pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019. Suka tidak suka, masyarakat akan menghadapi hal tersebut.

"Ini yang harus diantisipasi, karena faktanya menjelang pemilu pasti hoaks dan fitnah akan banyak berseliweran," ujar Arief usai acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Masjid Ukhuwah Kota Bandung, Senin (13/8).

Arief mengkampanyekan 'santun bersosial media cermin persatuan dan kesatuan bangsa'.

Walaupun akan masif fitnah dan hoaks, Arief yakin Jawa Barat tidak akan terpengaruh, masyarakatnya tidak akan terpecah. Hal itu katanya sudah dibuktikan dengan Pilkada Jabar yang baru saja berlalu terbukti berlangsung aman.

Ia menyatakan keyakinan, masyarakat Jabar akan tetap bersatu, saling menjaga meski berbeda pandangan atau pilihan politik.

Arief menyebut Jabar sebagai wilayah paling seksi dengan jumlah penduduk terbanyak dan partisipasi politik tinggi, sehingga menjadi rebutan, namun ia yakin Jabar akan aman.

Ia menyebut 55 persen jumlah penduduk Indonesia sudah terpapar hoaks dan fitnah, juga tidak bisa dipungkiri dalam hoaks dan fitnah sering terselip isu-isu keagamaan, pada umumnya masyarakat Indonesia pengguna internet, sehingga sangat diperlukan sosialisasi anti hoaks dan fitnah dilakukan dalam kegiatan keagamaan, majelis taklim.

Arief mengharapkan, ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah mendapat pengetahuan dari sosialisasi antihoaks akan meneruskan pemahamannya pada keluarga dan lingkungan sekitar, untuk memfilter hoaks dan fitnah jelang pileg dan pilpres 2019.

Arief SuditomoAnggota Komisi I DPR RI Moh Arief S Suditomo menyampaikan sosialisasi anti-hoaks dan fitnah dalam jelang pileg dan pilpres 2019, kaitan 'Empat Pilar MPR RI' di Masjid Ukhuwah Kota Bandung, Senin (13/8/2018). (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati)

Cara Menangkal Hoaks dan Fitnah

Di tempat berbeda, Peniliti Senior Lembaga Survei Indo Barometer Asep Saepudin mengatakan, fitnah dan hoaks akan ada dalam setiap pemilihan umum, terutama pada pemilihan presiden 2019 akan lebih masif lagi.

"Lihat saja perhelatan pilpres sebelumnya, kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa diserang fitnah dan hoaks meski kuantitasnya berbeda," katanya.

Sekretaris Jenderal DPD PDIP Jawa Barat Abby Yuhana mengakui, bercermin pemilihan presiden sebelumnya, Joko Widodo dan Jusuf Kalla lebih banyak diserang fitnah dan hoaks.

"Pada Pilpres 2019 ini kami sudah memberikan pondasi kuat untuk mengantisipasi derasnya serangan hoaks dan fitnah kepada Joko Widodo sebagai calon presiden. Salah satunya dengan tagline Bersih Merakyat Kerja Nyata. Itu jawaban untuk segala fitnah dan hoaks yang ditujukan pada Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin," tuturnya.

Cara ampuh untuk menangkal hoaks dan fitnah, lanjut Abby, adalah dengan mengungkap bukti-bukti, hasil kerja nyata Presiden Joko Widodo selama lima tahun memimpin Indonesia.

"Jokowi ini figur pekerja keras, konsepnya sangat realistis dan terukur. Terbukti dengan hasil kerjanya. Di Sulawesi yang awalnya tak ada transportasi berbasis kereta api, sekarang pada masa Jokowi sudah ada. Tarik ulur pembangunan Waduk Jatigede bisa dituntaskan Pak Joko Widodo, dan masih banyak hasil kerja nyatanya," terangnya.

Selain itu, lanjut Abby, Kabinet Kerja Jokowi tidak ada yang tersandung kasus korupsi sampai saat ini. Hal ini membuktikan bahwa Jokowi sangat berintegritas dan berdedikasi tinggi terhadap bangsa. Bahkan keluarganya sendiri tidak ada yang membangun bisnis raksasa sebagaimana lumrah dilakukan para pejabat masa pemerintahan sebelumnya.

"Dan beliau (Pak Joko Widodo) merupakan sosok Presiden yang baru pertama kali mau membuka diri dengan masyarakat. Paling banyak berkunjung ke Indonesia khususnya wilayah timur. Khususnya apa yang menjadi kebijakannya selalu mempertimbangan atau mendengarkan aspirasi masyarakat Indonesia," tambahnya. []

Berita terkait
0
Viral Kasus Bharada E Tembak Brigadir J, Apa Arti Bharada dan Brigadir
Kasus polisi tembak polisi menjadi viral, Bharada E menembak Brigadir J di rumah Irjen Ferdy Sambo, lantas apa arti Bharada dan Brigadir.