Festival Danau Toba Sepi, Lebih Seru Festival Babi

Festival Danau Toba (FDT) di Parapat dan dibuka Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi sepi pengunjung.
Gubsu Edy Rahmayadi saat membuka FDT ke 7 di Parapat, Senin 9 Desember 2019. (Foto: Tagar/Jonatan Nainggolan).

Simalungun - Festival Danau Toba (FDT) ke-7 yang digelar di Parapat, Kabupaten Simalungun dan dibuka Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi pada Senin 9 Desember 2019, sepi pengunjung.

Festival berbiaya Rp 1,4 miliar dengan pelaksana event dari Jakarta itu, dikritik dua pegiat budaya dari kawasan Danau Toba, Togu Simorangkir dan Sultan Saragih.

Menurut Togu, festival itu tidak disiapkan dengan hati, tetapi sebagai sebuah project.

"Melaksanakan festival itu harus dengan hati. Karena selalu project itu makanya ngak berkembang," kata Togu, Rabu 11 Disember 2019.

Disinggung soal anggaran FDT mencapaiRp 1,4 miliar, Togu menyebut, dengan dana sebesar itu seharusnya ada minimal Rp 3 miliar uang beredar di lokasi festival.

"Dengan Rp 1 miliar berarti harus minimal Rp 3 miliar uang yang beredar di lokasi," tukasnya.

Dia memberi contoh Festival Babi Danau Toba yang cuma berbiaya Rp 49,6 juta. Event yang dia gelar di Muara, Kabupaten Tapanuli Utara tersebut, bahkan masih ada sisa dana lebih. Festival itu sukses, bahkan hingga diliput sejumlah media asing.

"Tapi uang yang beredar di Festival Babi Danau Toba lebih dari Rp 200 juta selama tiga hari," kata Togu.

Menurut dia, festival apapun itu idealnya harus menggerakkan ekonomi lokal. "Kalau lebih besar dana dari pada uang yang beredar selama acara, berarti acara itu perlu dievaluasi," tandasnya.

Sementara itu, Sultan Saragih yang juga pemilik Sanggar Budaya Rayantara, menilai mindset segmentasi FDT harus dirubah.

Selama ini festival hanya mengandalkan kehadiran pejabat dan instansi pemerintah untuk memenuhi jumlah pengunjung sebagai ukuran dalam keberhasilan setiap ajang event.

Togu SimorangkirTogu Simorangkir. (Foto: Tagar/Istimewa)

"Harus diganti dengan metode pembenahan baru. Lebih kepada pemberdayaan serta pendampingan masyarakat lokal," tuturnya.

Sultan menyebut, workshop pariwisata yang sering diadakan pemerintah daerah selama satu dua hari di sebuah hotel berkelas tidak memberikan solusi persoalan yang ada.

Hanya pembukaan FDT hari pertama yang ramai, sudah bisa ditebak siapa pengunjungnya

Tidak hanya sekali selesai dalam pertemuan rapat, kolaborasi dengan jasa travel sebagai penyumbang kunjungan wisatawan lokal dan internasional harus lebih intensif, gencar, kontiniu dan berkesinambungan.

Menurut dia, ada beberapa komunitas dan travel yang sudah mampu mendatangkan wisatawan internasional, sebaiknya dijadikan rujukan untuk melaksanakan agenda FDT ke depan.

Sultan menambahkan, penyelenggara juga harus memiliki data sanggar, komunitas, pelaku tradisi, masyarakat adat yang sudah intensif melakukan pelestarian budaya, memberi ruang agar mereka dapat terlibat langsung sehingga tidak menjadi penonton.

Sultan SaragihSultan Saragih. (Foto: Tagar/Ist)

"Mindset dominan mendatangkan atau memberi banyak fee terhadap artis luar wilayah atau Jakarta yang dianggap mampu menjadi magnet event wisata harus dirubah. Pemda harus membentuk forum bersama agar kolaborasi dapat tercapai," katanya.

Dia mengingatkan bahwa pariwisata harus berbasis masyarakat lokal. Bali tidak dominan mengundang artis terkenal agar daerahnya dikunjungi, tetapi mengandalkan kegiatan budaya yang berlangsung keseharian, sebagai magnet besar bagi kunjungan wisata.

Pada sisi waktu penyelenggaraan, Sultan juga menyayangkan event sebesar itu justru dilakukan pada hari kerja dan pelajar sedang melaksanakan ujian.

"Hanya pembukaan FDT hari pertama yang ramai, sudah bisa ditebak siapa pengunjungnya. Selebihnya, pengunjung sangat sepi," tukasnya.

Diketahui, FDT digelar hingga 12 Desember mendatang. Kepala Dinas Pariwisata dr Ria Telaumbanua, mengatakan FDT merupakan agenda tahunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

"Maksud dan tujuan dari event ini memperkenalkan serta mempromosikan Danau Toba sebagai kawasan pariwisata nasional di Indonesia. Menyatukan budaya bangsa dan memperkuat persatuan bangsa, sekaligus mengenalkan keajaiban Danau Toba ke seluruh dunia, menambah jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara datang ke Danau Toba ini," ucapnya.

Serangkaian kegiatan digelar antara lain, festival tradisional di Kabupaten Toba Samosir, penanaman pohon di kawasan Danau Toba dan pembersihan kawasan Danau Toba.

"Tari kolosal multi etnis, kegiatan seni serta rekor MURI juga telah dilaksanakan sebelumnya," kata dia. []

Berita terkait
Ajang Kreativitas Para Builder Motor di Danau Toba
Salah satu wilayah di Kawasan Danau Toba baru saja menggelar kontes modifikasi sepeda motor di Doloksanggul, Kabupaten Humbahas.
Media Asing Ramai Meliput Festival Babi di Muara Taput
Festival Babi yang berlangsung di Muara, Tapanuli Utara, 25-26 Oktober 2019 menarik bagi sejumlah bagi media asing.
Cerita Jelang Festival Babi Danau Toba 25-26 Oktober
Berbagai pihak yang selama ini menganggap Festival Babi Danau Toba ini hanya lelucon ternyata sadar bahwa ini serius dilakukan.