Etnis Simalungun Kunci Kotak Kosong Menang di Siantar

Hampir bisa dipastikan pasangan Asner Silalahi-Susanti Dewayani akan menjadi pasangan calon tunggal dalam Pilkada Kota Pematangsiantar.
Ilustrasi salah seorang warga saat mengikuti pemilihan umum. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pematangsiantar - Hampir bisa dipastikan pasangan Asner Silalahi-Susanti Dewayani akan menjadi pasangan calon tunggal dalam Pilkada Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. 

Sebanyak delapan parpol pemilik 30 kursi di DPRD hasil Pileg 2019 semua memberikan rekomendasi kepada pasangan tersebut.

Melihat hal itu, bisa jadi Asner-Susanti akan menghadapi kotak kosong dalam pemungutan suara 9 Desember 2020 mendatang.

Ketua Umum DPP KNPSI Jan Wiserdo Saragih kepada Tagar menyebut, jika pasangan calon tunggal berhadapan dengan kotak kosong, maka penentu kemenangan kotak kosong ada pada etnis Simalungun.

Menurut dia, saat ini etnis Simalungun memasuki babak baru. Dalam beberapa bulan terakhir, terlihat hiruk pikuk pilkada di Kota Pematangsiantar, sangat dinamis dan berubah-ubah.

Dari tingginya dinamika yang ada, tak tampak sedikit pun arah dan aroma kedinamikaan itu bersentuhan dengan etnis Simalungun. Ini kemudian menjadi sebuah pertanyaan, apakah benar-benar etnis Simalungun itu sudah tak dianggap lagi.

"Padahal di Kota Pematangsiantar, etnis ini adalah sipukkah huta (pembuka kampung) atau simada talun," katanya, Selasa, 4 Agustus 2020.

Dia menyebut, sampai dengan 9 Desember 2020 masih mungkin terjadi drama-drama politik di Kota Pematangsiantar. Tapi berkaca dari situasi saat ini melihat persentase kelompok yang menolak pasangan calon tunggal melawan kotak kosong, etnis Simalungun bisa jadi penentu, memilih kotak kosong atau calon tunggal.

"Persentase etnis Simalungun sangat mungkin berpeluang menentukan untuk terpilih atau tidak terpilihnya Wali Kota Pematangsiantar 2020-2024," tandas pria pemilik Cafe Hordja itu.

Baca juga: PDIP Tak Dukung Hefriansyah di Pilkada Siantar

Dia menyebut, Tuhan sedang mengizinkan etnis Simalungun untuk mencatatkan sejarah, menempatkan posisi penentu siapa Wali Kota Pematangsiantar berikutnya, dan catatan sejarah ini akan sangat berguna bagi etnis Simalungun untuk pencalonan wali kota pada masa-masa yang akan datang.

Ini juga bukti jika cost politics itu sangat besar. Jadi seorang calon tak cukup punya ketokohan, namun juga biaya politik

"Dari pada tak dianggap dan diperlakukan seperti tak ada, etnis Simalungun saatnya bersikap, karena mungkin Tuhan sedang buat rencana kemenangan kotak kosong adalah kemenangan etnis Simalungun. Kemenangan kotak kosong mungkin rencana Tuhan untuk Simalungun tahun 2022," katanya.

Sebagai gambaran, dikutip dari laman wikipedia, jumlah suku Simalungun di Kota Pematangsiantar mencapai 61, 43 persen dari total penduduk 247, 411 pada tahun 2015. Menyusul kemudian suku Toba, Mandailing, Jawa, Tionghoa, dan Melayu.

Raja SiantarPatung Raja Siantar Sang Naualuh Damanik. (Foto: Tagar/Facebook Jan Wiserdo Sumbayak )

Kesempatan sebelumnya, pengamat politik Robin Samosir menyampaikan, jika terjadi pasangan calon tunggal di Pilkada Kota Pematangsiantar tahun 2020 itu merupakan kemunduran berdemokrasi.

"Sejatinya pemilihan kepala daerah adalah ajang mencari sosok pemimpin yang terbaik dengan pilihan-pilihan yang ada. Jika di Siantar pada akhirnya ada calon tunggal tentu menjadi sebuah kemunduran," kata Robin kepada Tagar, Jumat, 17 Juli 2020.

Baca juga: Pilkada Siantar Semua Parpol Mengusung Asner-Susanti

Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Gajah Mada itu menyayangkan sikap partai politik yang kompak merekomendasi hanya satu kandidat pasangan calon di Pilkada Pematangsiantar.

Robin menegaskan, sebaiknya politik tidak hanya sebatas mencari kemenangan semata. Tetapi juga menawarkan sosok-sosok pemimpin yang ideal untuk kepentingan masyarakat.

"Inikan karena petinggi partai melihat potensi keterpilihan bukan mencari alternatif pilihan lainnya. Calon tunggal ini identik dengan pemilihan waktu orde baru, bertolak belakang dengan reformasi dan demokrasi. Dengan terjadinya hal itu di Siantar, ini menjadi kemunduran berdemokrasi," ujar Robin.

Kata Robin hal itu juga dipengaruhi mahalnya ongkos politik, sehingga seorang calon tak cukup hanya memiliki visi dan ketokohan semata.

"Ini juga bukti jika cost politics itu sangat besar. Jadi seorang calon tak cukup punya ketokohan, namun juga biaya politik. Sebaiknya pemilihan dengan calon tunggal tidak terjadi," tuturnya.[]

Berita terkait
TKI Siantar Diancam Pidana Mati, Jansen: Sabar Ma Ho
Jansen Sitindaon memberikan perhatian khusus terhadap kasus yang menimpa Jonathan Sihotang, TKI asal Kota Pematangsiantar.
Lomba Video Protokol Kesehatan di Pematangsiantar
Digelar sebuah lomba membuat video kreasi protokol kesehatan Covid-19 di Kota Pematangsiantar.
Gadis Siantar ke Istana Negara Kibarkan Bendera Pusaka
Dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-75 di Istana Negara pada 17 Agustus 2020, salah seorang anggota paskibraka putri dari Kota Pematangsiantar.