Untuk Indonesia

Erick Thohir, PSI dan Politik Kegembiraan

'Erick Thohir dan PSI sebagai bagian dari tim Jokowi-Ma'ruf bisa menjadi antitesa dari kecenderungan politik budaya lama.' - Eko Kuntadhi
Bakal Calon Presiden Joko Widodo (kedua kanan) berjabat tangan dengan Bakal Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan), Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri) dan pengusaha Erick Thohir usai memberikan keterangan terkait formasi tim sukses kampanye nasional Pilpres 2019 di Jakarta, Jumat (7/9/2018). Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi Ketua Dewan Pengarah Tim Pemenangan Jokowi-Ma'aruf Amin, dan Erick Thohir menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Oleh: Eko Kuntadhi*

Pilpres kali ini membuka ruang baru dalam politik Indonesia. Seorang pengusaha yang selama ini jauh dari urusan politik, tetiba namanya muncul sebagai komandan pemenangan tim kampanye Jokowi-Ma'ruf. Biasanya orang yang ditunjuk maju jadi ketua tim adalah politisi senior. Atau tokoh parpol.

Ditunjuknya Erick Thohir sebagai komandan perang, kata Kiai Ma'ruf Amin mewakili generasi milenial. Generasi yang berjumlah 40 persen lebih dari pemilih. Tampaknya kombinasi Jokowi sebagai pemimpin dengan dikenal dengan track record baik, Kiai Ma'ruf Amin sebagai tokoh agama dan Erick Thohir sebagai pengusaha muda yang dekat dengan generasi milenial, cukup menjanjikan.

Apalagi pada koalisi parpol Jokowi terdapat Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebagai partai alternatif yang menyasar pemilih milenial. Meski partai baru, tampaknya partai-partai senior dalam koalisi tidak ragu untuk memberi peran pada PSI dalam Pilpres.

Ini berbeda dengan PBB, misalnya, yang awalnya lebih berkecenderungan berada pada di barisan Prabowo-Sandi. Tapi partai politik lama yang gagal duduk di Senayan itu sama sekali diabaikan. Tidak dihitung. Tidak diberi panggung. PBB dan Yusril Ihza Mahendra diperlakukan seperti anak hilang oleh koalisi Prabowo-Sandi.

Peran Erick Thohir sebagai ketua tim kampanye sangat mungkin membuka peluang bagi PSI untuk memanfaatkan momentum kampanye presiden sehingga meningkatkan perolehan suaranya.

Erick pasti tahu bagaimana mendekati pemilih muda. Saya perkirakan akan banyak program dalam kampanye Jokowi-Ma'ruf yang menyasar segmen ini. Segmen yang punya karakteristik khas dan bosan dengan gaya berpolitik yang itu-itu saja. Nah, dari gaya Erick inilah diharapkan PSI bisa mendapatkan efek elektoral dari kampanye Pilpres. Tentu saja sepanjang PSI bisa memanfaatkan momentum ini dengan baik.

Sebagai bagian dari tim koalisi Jokowi-Ma'ruf, PSI  bisa mengambil peran aktif sekaligus menancapkan brandnya sebagai partai anak muda dan membawa nilai baru dalam berpolitik. Anak-anak muda yang punya ideal sendiri tentang Indonesia masa depan. Anak-anak muda yang tidak terjebak pada kebiasaan politik lama.

Kita berharap hadirnya Erick Thohir sebagai ketua tim pemenangan Jokowi-Maruf akan menghadirkan suasana Pilpres yang menyenangkan. Seperti kata Presiden Jokowi, bahwa Pemilu adalah momentum kegembiraan politik. Bukan momen untuk saling berpecah.

Politik yang menggembirakan? Suasana inilah yang sering ditinggal oleh banyak parpol besar. Mereka sudah terbiasa berpolitik dengan cara membelah masyarakat. Bukan mengajarkan perbedaan pendapat sebagai sesuatu yang lumrah.

Selama ini lanskap politik kita melulu dihiasi oleh nuansa pertentangan, saling hujat, saling serang dan menjatuhkan. Hoaks digunakan untuk menipu publik.

Masyarakat, khususnya anak-anak muda yang pikiran terbuka, juga muak dengan semakin menguatnya politik identitas. Agama dijadikan mengail kekuasaan. Pilkada Jakarta adalah puncak memanfaatkan politik identitas yang memuakkan itu.

Dengan menyeret agama dalam kubangan politik, akibatnya demokrasi elektoral jadi tidak menyenangkan. Penuh permusuhan dan hujatan. Suasananya beraroma perpecahan.

Dorongan Jokowi untuk menjadikan Pilpres sebagai pesta demokrasi yang menyenangkan disatu sisi ingin menjaga Indonesia dari perpecahan akibat politisasi agama, disisi lain ingin menarik gerbong apolitis yang sebagian besar dihuni anak-anak milenial ini untuk aktif berpartisipasi dalam proses politik.

Politik yang menyenangkan juga ingin mengubah persepsi publik bahwa politik itu penuh hal yang kotor seperti korupsi dan berbagai intrik. Artinya, ada kesadaran perlunya nuansa baru dalam budaya politik kita agar bisa menarik potensi-potensi muda untuk aktif terlibat dalam seluruh proses politik. Pilpres dan pileg adalah salah satu momentumnya.

Nah, Erick Thohir dan PSI sebagai bagian dari tim Jokowi-Ma'ruf bisa menjadi antitesa dari kecenderungan politik budaya lama tersebut. Sebagai pengusaha media, hiburan dan pengalamannya menggeluti bisnis olahraga Erick tentu terbiasa menciptakan sebuah momentum kegembiraan. Sebagai partai anak-anak muda, PSI mestinya juga terdorong untuk menciptakan atmosfir politik yang seperti itu.

Dengan kata lain, dipilihnya Erick Thohir sebagai ketua tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf, adalah peluang besar bagi PSI untuk memainkan perannya sebagai partai milenial. Sebab diperkirakan kesanalah Pilpres 2019 akan dihela.

Jika politik selama ini digambarkan dengan penuh suansa negatif (korup, saling hujat, saling menjatuhkan, membawa-bawa agama hingga rawan perpecahan), mungkin PSI bisa mengahadirkan nuansa berpolitik yang 'a-politis'. Nuansa Pilpres yang menyenangkan.

Biarkan saja yang tua-tua saling hujat dan saling hajar. Biarkan yang tua-tua sibuk cuma dengan isu anti korupsi, padahal perilakunya tetap saja korup.

Kini fokus pada anak-anak muda. Pewaris masa depan bangsa. Anak-anak muda ini dituntut untuk menciptakan suasana politik yang menyenangkan. Yang enjoy. Yang penuh gagasan dan bersemangat. Sebuah penciptaan budaya baru dalam politik: berpolitik yang a-politis.

Jika Pipres kehilangan kegembiraannya, artinya PSI dan Erick Thohir gagal memainkan peran pentingnya dalam Pemilu kali ini. []

*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Berita terkait
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.