Empat Faktor Penentu The Next Ketua Umum Golkar

Aisah Putri Budiarti menilai ada empat faktor yang bisa dijadikan acuan untuk memilih Ketua Umum Partai Golkar.
Logo Partai Golkar

Jakarta - Peneliti Bidang Perkembangan Politik Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti menilai ada empat faktor yang bisa dijadikan acuan untuk menerka siapa kandidat paling potensial terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar di Musyawarah Nasional (Munas).

Keempat faktor tersebut, dikatakan Aisah diambil berdasarkan pengalaman sejumlah tokoh elit partai yang sempat terpilih sebagai ketua umum pada gelaran Munas sebelumnya. Tokoh terpilih selalu memiliki kekuatan jaringan yang kuat dan mengakar hingga tingkat daerah di internal partai.

"Pertama, elite partai yang memiliki kekuatan jaringan, baik di internal golkar (pusat dan daerah) serta eksternal golkar," kata Aisah kepada Tagar, Selasa, 9 Juli 2019.

Tokoh yang mungkin terpilih adalah sosok yang mampu menawarkan strategi dan perubahan baru bagi partai peninggalan Presiden Soeharto itu. Mengingat, terjadi penurunan perolehan suara yang cukup signifikan pada pemilihan legislatif (Pileg) 2019 beberapa waktu lalu.

Kandidat yang memiliki kedekatan personal dengan penguasa, juga akan memiliki jalan lebih mulus dibanding tokoh yang tidak mendapat dukungan dari pemilik kekuasaan atau presiden. 

"Karena Golkar sebagai partai yang selalu dekat dengan pemerintah, membutuhkan faktor 'disukai dan didukung' oleh Jokowi," kata Aisah.

Sedangkan faktor keempat atau yang terakhir, adalah kepemilikan modal sosial dan finansial yang kuat. Hal itu mutlak dibutuhkan untuk menjalankan mesin partai, sehingga kandidat yang memiliki kedua modal, bisa dipastikan bakal terpilih menjadi ketua umum.

"Sumber daya finansial penting, terutama karena pendanaan partai masih menjadi problem mayoritas partai, tidak terkecuali Golkar," kata Aisah.

Dua nama kandidat diprediksi bakal maju menjadi calon ketua umum Golkar, yakni Airlangga Hartanto yang kini menjabat sebagai Menteri Perindustrian, dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Dua nama tersebut dinilai Aisah sama-sama memiliki peluang besar untuk terpilih sebagai ketua umum. Keduanya, sama-sama telah mendapat dukungan besar internal partai, sehingga tertutup kemungkinan munculnya kandidat baru dalam kontestasi Munas Partai Golkar.

Kalau lihat kondisi saat ini, saya kira Bamsoet dan Airlangga 50:50.

"(kemunculan kandidat baru) bisa jadi, tapi enggak akan kuat. Apalagi saat ini dualisme kekuatannya sudah kelihatan, dan itu disampaikan oleh banyak elitenya," ujar dia.

Dihubungi secara terpisah, pengamat sosial politik Universitas Negeri Jakarta Ubaidillah Badrun mengatakan, kedua kandidat calon ketua umum yang muncul memiliki peluang sama besar untuk terpilih.

Hasil Munas disebut Badrun bergantung pada besarnya pengaruh antara intervensi elit atau pola struktural dan kultural yang selama ini terpelihara dalam tubuh partai berwarna kuning tersebut.

"Jika pendekatan analisisnya menggunakan perspektif pengaruh elit maka Airlangga Hartanto memiliki peluang untuk memenangkan kontestasi di Golkar," kata Ubaidillah Badrun, kepada Tagar.

"Tetapi jika perspektifnya menggunakan perspektif struktural berkombinasi dengan analisis dominasi kuktural di tubuh Golkar maka Bambang Soesatyo memiliki peluang besar untuk memenangkan kontestasi," ujar dia.

Baca juga:

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.