Emelia, Kartini di Tengah Badai Korupsi Pilkada NTT

Kartini NTT ini berjalan sendiri mengarungi lautan badai Pilkada karena pasangannya menjadi tersangka korupsi, ditangkap KPK.
Emelia Julia Nomleni calon wakil gubernur Nusa Tenggara Timur. (Foto: Istimewa)

Kupang, (21/4/2018) - Emelia Julia Nomleni calon wakil gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) 2018-2023 harus berjuang sendirian karena pasangannya, calon gubernur Marianus Sae ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sehari menjelang penetapan calon gubernur-wakil gubernur NTT periode 2018-2023, kubu PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) seakan tak lagi bernyawa.

Hal itu karena kandidat gubernurnya, Marianus Sae, ditangkap KPK di sebuah hotel di Surabaya pada Minggu (11/4/2017) atas tuduhan melakukan tindak pidana korupsi. Marianus Sae adalah Bupati Ngada dua periode dan kandidat Gubernur NTT.

PDI Perjuangan dan PKB NTT benar-benar mati kutu. Tak ada ruang bagi partai pengusung untuk mengganti kandidatnya. Marianus akhirnya tetap menjadi calon Gubernur NTT meski sedang berurusan hukum dengan lembaga antirasuah itu.

Sebagai calon wakil gubernur yang mendampingi Marianus Sae, Emelia Julia Nomleni tampak memikul beban yang begitu berat dalam melewati masa-masa kampanye dan berhadapan dengan para kandidat lainnya yang umumnya kaum lelaki yang matang dalam berpolitik.

Namun, Mama Emi, demikian sapaan akrab Emelia Julia Nomleni, tak akan luntur semangatnya dalam menghadapi pentas politik tersebut meski hanya seorang diri dalam mengarungi lautan badai yang luas itu.

"Saya akan terus bertahan sampai akhir," ujar Emelia.

Ucapan serta tindakan Emelia ini bagai sosok Raden Ajeng Kartini (RA Kartini), tokoh perempuan yang menjadikan inspirasi perjuangan kaum perempuan untuk mendapat pendidikan dan membebaskan diri dari kultur yang membelenggu.

Dalam konteks kekinian, emansipasi seperti apa yang bisa dilakukan oleh perempuan masa kini? Tampaknya fasilitas yang ada saat ini, lebih memudahkan kaum perempuan untuk menimba pengetahuan dan wawasan, serta peran pemerintah yang memberikan regulasi terhadap aktualisasi perempuan dalam segenap aspek kehidupan. baik sosial, politik, hukum dan lain-lain.

Melihat semangat yang dilakukan RA Kartini, setidaknya telah membekali kaumnya untuk bisa mandiri, pelan tapi pasti, dan kultur patriarkhat pun akan terkikis sedikit demi sedikit.

Artinya, seiring dengan perjalanan waktu, laki-laki akan menyadari bagaimana dan seharusnya perempuan, dan memperlakukannya sebagai bagian dari partner yang saling membutuhkan, melalui proses komunikasi, diskusi dan pengembanganan wawasan.

Semangat yang dicontohkan RA Kartini semasa hidupnya dengan mendirikan sekolah, membuat masyarakat mengerti, mengapresiasi dan mengaktualisasikan dirinya. Sebab, ketidak mampuan perempuan dalam mengaktualisasi diri karena ketakutannya atas dirinya sendiri.

Ketakutan yang paling mendalam adalah mengakui dirinya sendiri. Bentuk pengakuan atas apa yang terjadi pada diri perempuan terjawab pada saat perempuan paham terhadap solusi atas dirinya sendiri, melalui gambaran pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman, belajar, dan membaca.

Dengan membaca, RA Kartini berani memunculkan semangat untuk menghadirkan suatu tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Aktualisasi diri perempuan seakan hadir dan berkontribusi di tengah masyarakat dalam segenap aspek kehidupan.

Dalam hal ekonomi, perempuan mampu merencanakan suatu bidang keahlian tertentu sehingga mampu mendapatkan nilai ekonomis. sebab tidak sedikit perempuan dengan keahliannya membuat kue, juru masak, juru ketik, dan berdagang yang akhirnya menjadi penopang hidup keluarga.

Dalam konteks kekinian, kemandirian perempuan bisa hadir sebagai perempuan yang berjiwa enterpreneur (wirausaha), mampu merencanakan setiap ide kreatif untuk menghasilkan pendapatan yang pada akhirnya meningkatnya tingkat kesejahteraan keluarganya.

Perempuan bisa hadir dalam ranah publik sebagai seorang pengambil kebijakan, sebagai bukti bahwa kultur budaya pingit yang dulu dialami RA Kartini sudah terkikis dan menjadikan perempuan terangkat derajat kehidupannya menuju kepada tatanan kehidupan yang selaras.

Mama Emi mau menunjukkan bahwa kekuasaan sekarang bukan hanya menjadi dominasinya kaum laki-laki, sehingga ia terus berani berjalan dan memperjuangkan kepentingan kaum perempuan dan anak-anak di Nusa Tenggara Timur menuju sebuah tatanan kehidupan yang lebih bermakna.

Maka, tidak mengherankan jika perempuan kelahiran Kupang asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ini sering dilukiskan sebagai 'ayam betina' yang mampu melindungi keluarganya dari berbagai ancaman dan gangguan.

"Bagi kami orang Timor, Mama Emi adalah sosok seorang perempuan hebat. Dia mampu melindungi keluarga dan anak-anaknya seperti ayam betina saat diserang seekor burung elang," kata Yeri Falo, warga Desa Tubulopo Oeof, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

"Ayam betina tak akan lari dan pasti akan melindungi anaknya dari balik sayapnya. Inilah sosok yang melekat dalam diri mama Emi," kata Yeri.

Saat Emelia menggelar kampanye dialogis di desa itu, Yeri mengakui bahwa Mama Emi adalah sosok perempuan penuh percaya diri saat berlangsungnya debat terbuka di layar iNews TV Jakarta pada 5 April lalu.

Mama Emi bisa melawan enam laki-laki dalam debat tersebut, dan berhasil keluar sebagai kandidat yang paling getol berbicara soal strategi memenuhi kebutuhan hidup rakyat NTT, khususnya kaum perempuan dan anak-anak muda NTT.

"Saya merasa terharu ketika mendengar ucapan rakyat yang melukiskan pribadi saya seperti seekor ayam betina. Ini bukan sekadar peribahasa, tetapi merupakan sebuah kekuatan untuk menuntun kami terus maju dan bertarung meraih apa yang kami cita-citakan," kata Emelia.

Atas dasar itu, saat mendengar kabar pasangannya diciduk KPK dalam sebuah operasi tangkap tangan (OTT), Emelia tetap bertekad untuk terus maju dalam pertarungan Pilgub NTT itu.

"Saya akan terus maju sampai puncak untuk memenangkan pertarungan ini," katanya.

Satu abad lebih lamanya nama RA Kartini telah bertebaran dengan harum dan tak pernah mengalami kesurutan. Benih-benih perjuangan yang ia telah perjuangkan lambat laun terasa sirna dan hilang ditelan masa.

RA Kartini memperjuangkan hak-hak yang telah direnggut oleh penjajah demi kebaikan anak cucu bangsa tercinta ini, sehingga sangat elok jika setiap tanggal 21 April, semua elemen bangsa menghormatinya sebagai Hari Kartini.

Tidak cukup rasanya jika perjuangan RA Kartini hanya dibayar dengan memakai kebaya saja, tapi yang terpenting adalah mengaktualisasi perjuangannya untuk masa kini demi kemajuan, kesejahteraan, kedamaian dan ketertiban bangsa ini.

Memunculkan roh dan semangat perjuangan yang telah dilakukan RA Kartini merupakan suatu perbuatan yang mulia untuk menggapai cita-cita di bumi pertiwi, bumi yang penuh dengan lemah lembut, sopan santun, serta tertatakan dengan panorama keindahan bagaikan surga di atas bukit.

Perjuangan RA Kartini tampaknya sudah terselami dengan baik oleh Emelia Julia Nomleni, sehingga dalam sosok dan kepribadiannya yang dilukiskan sebagai ayam betina dari Timor, diharapkan mampu mengayomi dan melindungi masyarakat NTT dari serangan udara seekor elang. (ant/af)

Berita terkait