Ekspor Beras Thailand Terendah dalam 20 Tahun

Asosiasi Eksportir Beras Thailand memangkas proyeksi ekspor tahun 2020 menjadi 6,5 juta ton dari sebelumnya.
Seorang petani menanam padi di sawah di provinsi Nakhonsawan, Thailand. Thailand mencatat penurunan ekspor beras pada tahun ini, yang merupakan terendah dalam 20 tahun terakhir. (Foto: File REUTERS|Chaiwat Subprasom|CNA).

Bangkok - Asosiasi Eksportir Beras Thailand memangkas  proyeksi ekspor tahun 2020 menjadi 6,5 juta ton dari sebelumnya. Eksekutif asosiasi itu mengatakan proyeksi tersebut merupakan volume terendah dalam 20 tahun terakhir karena faktor kekeringan dan mata uang baht yang menguat.

Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu, 22 Juli 2020, proyeksi ini lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya. Asosiasi sebelumnya memperkirakan ekspor beras tahun ini akan mencapai 7,5 juta ton.

Angka ekspor beras terendah pernah terjadi pada tahun 2000 yakni sebanyak 6,15 juta ton.

Baca Juga: Cara Thailand Meningkatkan Wisatawan Saat New Normal 

Apresiasi nilai tukar bath terhadap mata uang lain yang terus menerus dan kekeringan, memaksa pemerintah Negeri Gajah Putih ini mengurangi produksi beras sebesar 5 juta ton pada musim ini. Hal tersebut membuat harga menjadi lebih tinggi dan tidak kompetitif.

Chookiat Ophaswongse, Presiden Kehormatan Asosiasi Eksportir Beras Thailand mengatakan proyeksi terbaru 6,5 juta ton merupakan volume terendah dalam 20 tahun. Angka terendah pernah terjadi pada tahun 2000 yakni sebanyak 6,15 juta ton. "Tahun ini akan menjadi perjuangan," ucapnya.

Penjualan beras melati Thailand kelas premium meningkat sebesar 63% tahun ini.

Pada semester pertama 2020, Thailand yang mendapat julukan lumbung padi Asia itu mengekspor 3,14 juta ton beras, atau sepertiga lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Angka ini lebih rendah dari India yang mencatat ekspor 4,53 juta ton dan Vietnam sebanyak 4,04 juta ton.

Keuntungan Thailand dari India adalah menghentikan logistik selama penguncian atau lockdown. Sementara Vietnam melarang kontrak baru untuk memastikan pasokan domestik yang terkena imbas Covid-19, ditambah lagi permintaan yang menurun.

"Covid-19 membuat pasar bergejolak, membuat para importir membeli lebih dari biasanya untuk persediaan, tetapi sekarang mereka tidak perlu melakukannya untuk sementara waktu," kata Charoen Laothamatas, Presiden Asosiasi Eksportir Beras Thailand.

Penjualan beras melati Thailand kelas premium meningkat sebesar 63% tahun ini. Hal itu diuntungkan dari pembelian panik (panic buying) di pasar yang lebih kaya seperti Singapura, Hong Kong, Amerika Serikat dan Kanada.

Simak Pula: Covid-19 Respons Indonesia, Korsel dan Thailand

Sementara itu, daya beli global yang lebih rendah membuat beras putih Thailand kalah dari beras lebih murah yang ditawarkan Vietnam di pasar utama Asia seperti Filipina. China, yang pernah menjadi importir beras Thailand, justru sekarang menyalip Negeri Seribu Pagoda itu di pasar-pasar utama Afrika dengan harga lebih murah. []

Berita terkait
Samsung Galaxy Watch 3 Tersertifikasi NBTC Thailand
Samsung Galaxy Watch 3 tersedia dalam dua pilihan ukuran, yaitu diameter 41mm dan 45mm. Jam pintar ini sudah mendukung konektivitas LTE.
Raja Thailand Vajiralongkorn dan Kontroversinya
Vajiralongkorn jadi buah bibir karena menghindari virus corona dengan menginap di resor mewah bersama 20 selir. Ini profil Raja Thailand tersebut.
Cara Thailand Meningkatkan Wisatawan Saat New Normal
Thailand ingin meningkatkan wisatawan selama era new normal di tengah pandemi Corona. Berikut cara yang diterapkan Thailand menambah wisatawan.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.