Eksistensi Jajan Tradisional di Kediri saat Covid-19

Penjual jajanan tradisional di Pasar Setono Betek Kota Kediri mengaku omzet penjualannya menurun selama pandemi Covid-19.
Penjual jajan tradisional di Pasar Setono Betek Kota Kediri Sugiarti. (Foto: Tagar/Fendhi Lesmana)

Kediri - Di tengah munculnya aneka macam kue modern seperti snack dan donut. Siapa menyangka jika jajanan tradisional khas Kediri hingga sampai masih memiliki daya tarik dan digandrungi segala usia.

Di sudut Utara Pasar Setono Betek Kota Kediri, setiap sore menjelang waktu berbuka puasa nampak terlihat kerumunan orang berjejer antre hendak membeli jajanan tradisional yang dijual oleh Sugiarti bersama sang suami Sukadi.

Saya enggak pernah menolak rezeki mas, orang mau beli Rp 3 ribu atau Rp 5 ribu tetap saya layani.

Sugiarti mengaku sudah berjualan kue tradisional sejak tahun 1982. Jajanan tradisional dijualnya antara lain Cenil, klepon, ongol-ongol, lupis, ketan hitam, getuk, tiwul dan nasi jagung. Ia mengaku hasil dari dagangan jajan tradisional, perempuan berusia 62 tahun ini bisa menyekolahkan 4 orang anaknya.

Sugiarti mengatakan jajanan tersebut dijual bervariatif satu bungkus antara Rp 3 sampai 5 ribu. 

"Saya enggak pernah menolak rezeki mas, orang mau beli Rp 3 ribu atau Rp 5 ribu tetap saya layani," Kata Sugiarti.

Sugiarti mengaku pada saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, omzet penjualanya turun drastis. Ia menduga menurunnya omzet penjualan karena pelanggan khawatir datang ke pasar terkait situasi pandemi saat ini.

Sugiarti mengungkapkan jika sebelum pandemi Covid-19, ia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 500 ribu dalam sehari, namun untuk sekarang hanya separuhnya Rp 250 ribu.

"Sekarang dapat Rp 250 ribu aja sudah bagus mas. Kalau dulu sebelum corona sehari dapat uang bisa Rp 500 ribu," tutur Sugiarti.

Untuk mensiasati agar tidak merugi, jika kue tradisionalnya masih ada, ia bisa menjual kembali barang dagangannya tersebut kepada penjual sayur keliling.

"Kita panasi kuenya, kita jual kembali ke bakul etek keliling. Dari saya mereka beli harga Rp 3000, terus dijual ke konsumen lagi harga Rp 4000," Kata warga Desa Banjar Rejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Kamis, 21 Mei 2020.

Selain penurunan omzet, ia juga harus membatasi waktu berjualan pada saat pandemi. Jika dulu biasanya ia bisa berjualan hingga pukul 23.00 WIB kini hanya sebatas pukul 21.00 wib.

Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir, agar bisa berdagang dan memperoleh untung secara maksimal. []

Berita terkait
Gotong Royong Warga Kediri Bantu OTG Isolasi Mandiri
Warga yang menjalani isolasi mandiri merupakan karyawan pabrik rokok di Tulungagung dan hasil rapid test reaktif Covid-19.
Ragam Jenis Kue Lebaran Tradisional Aceh
Menjelang lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah, sejumlah masyarakat Aceh Barat Daya, Aceh mulai mencari beragam jenis kue kering tradisional Aceh.
Semangat Pengusaha Kue Surabaya di Tengah Corona
Meski harus merumahkan belasan karyawannya, pemilik usaha UMKM Diah Cookies di Surabaya tetap semangat bertahan di tengah wabah covid-19.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.