Edy Rahmayadi Angkat 4 Kadis Diduga Faktor Balas Budi

Gubernur Sumatera Utara Edy, memilih sosok kepala dinas atau kadis tidak memandang dari kemampuan, diduga karena kedekatan dan balas budi.
Massa dari Ommbak Sumatera Utara ketika melakukan aksi di depan Gedung DPRD Sumatera Utara dan diterima oleh anggota DPRD Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Medan - Belasan warga dan mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi Mahasiswa dan Masyarakat Bersatu Anti Korupsi Sumatera Utara (Ommbak Sumut) melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sumatera Utara, Jalan Imam Bonjol, Medan, Senin 7 Oktober 2019.

Dalam aksi itu, orator Rozy Albanjari menyebut Gubernur Sumatera Utara Edy, memilih sosok kepala dinas atau kadis tidak memandang dari kemampuan, diduga karena kedekatan dan balas budi.

"Seharusnya, dalam menentukan siapa eselon II yang diangkat menjadi kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) janganlah berdasarkan kedekatan atau balas budi. Misalnya yang pertama adalah pengangkatan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, Haris Lubis yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan karir di bidang perhubungan. Tapi menjadi kadis perhubungan," kata Rozy.

Ke dua, Kadis Pendidikan Sumatera Utara, Arsyad Lubis yang diduga tersandung kasus dugaan korupsi, yang hingga hari ini belum digantikan. Ke tiga, tukar guling jabatan Kadis Pertanian Dahler Lubis dengan Kepala Dinas Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap.

Terakhir atau yang ke empat yaitu Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, dr Ria Telambuana yang diduga karena kedekatan, dia teman sekolah Gubernur Edy Rahmayadi, di SMAN 1 Medan.

Kami juga meminta DPRD Sumatera Utara untuk mengevaluasi kinerja panitia seleksi atau pansel

"Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi sudah mempertontonkan tindakan dugaan KKN secara terang-terangan. Pengangkatan kepala OPD itu bukanlah berdasarkan kemampuan, diduga faktor kedekatan dan balas budi," katanya.

Dia menyebut, gubernur belum mampu membawa provinsi ini menjadi bermartabat seperti yang digaung-gaungkan selama ini. Buktinya masih banyak permalasahan kompleks yang hingga hari ini belum mampu dituntaskan, malah sudah ditambah dengan polemik pengangkatan pejabat eselon II yang dinilai sarat KKN.

Untuk itu, Ommbak Sumut meminta Gubernur Sumut Edy Rahmayadi segera mundur dari jabatannya karena tidak mampu menjadikan provinsi ini bermartabat merealisasikan janji-janji politik ke masyatakat.

"Kami juga meminta DPRD Sumatera Utara untuk mengevaluasi kinerja panitia seleksi atau pansel, karena kami menduga realisasi jabatan eselon II terindikasi KKN. Gubernur itu bukan ketua kelas lagi yang harus bagi-bagi dengan teman-temannya. Gubernur itu milik rakyat Sumatera Utara," tandas Rozy.

Tidak lama, massa diterima oleh anggota DPRD Sumatera Muhammad, Faisal. Kemudian Faisal mengaku setuju dengan penolakan anti KKN dan aspirasi massa.

Kemudian, politikus PAN ini menjelaskan, saat ini DPRD Sumatera Utara hanya bisa menampung aspirasi dan belum mampu meneruskannya dikarena alat kelengkapan dewan (AKD) belum terbentuk.

"Jadi belum dapat kita jadwalkan untuk dibawa dalam rapat dengar pendapat atau RDP. Kalau jabatan itu bukan diberikan pada ahlinya maka akan hancur nantinya. Kita tampung dulu aspirasinya.Terima kasih buat teman-teman Ommbakk Sumatera Utara," ucap Faisal.[]

Berita terkait
Edy Rahmayadi Sebut Warga Sumut di Wamena Stres
Warga menurut dia semua dalam keadaan sehat, hanya saja sedikit mengalami stres.
Kabut Asap Kepung Sumut, Edy: Cukuplah Sekali Ini Asap
Kabut asap dari Provinsi Riau dan daerah lainnya hampir merata di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Sumatra Utara.
Mobil Dinas Gubsu Edy Rahmayadi Seharga Rp 3 Miliar
Mobil dinas Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yaitu Lexus seri LX 570 Sport seharga lebih dari Rp 3 miliar.