Duka Bola Nasional, Pelatih Djoko Susilo Meninggal

Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola nasional. Sabtu, 22 Agustus 2020 pagi pukul 04.30 WIB, pelatih kawakan Djoko Susilo meninggal dunia.
Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola nasional. Pelatih kawakan Djoko Susilo (kanan) meninggal dunia di Malang, Sabtu, 22 Agustus 2020 pagi pukul 04.30 WIB, Tampak pelatih Djoko bersama Ananto Nurhani, mantan asistennya yang kini menjadi asisten pelatih Sriwijaya FC. (Foto: Dok/Ananto Nurhani)

Yogyakarta - Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola nasional. Sabtu, 22 Agustus 2020 pagi pukul 04.30 WIB, pelatih kawakan Djoko Susilo meninggal dunia karena diabetes melitus di Rumah Sakit Islam Aisyiyah, Malang. 

Djoko Susilo, pelatih yang konsisten bersuara keras menentang masuknya pemain naturalisasi ke tim nasional. Djoko yang terakhir lagi menangani klub Liga 2 PSCS Cilacap ini tak mempersoalkan pemain dari negara lain berpindah menjadi warga negara Indonesia (WNI). Namun mereka tak perlu dipanggil memperkuat timnas. 

Menurut Djoko yang namanya sama seperti mantan pelatih Persik Kediri yang kini menjadi direktur teknik Joko Susilo, apa pun pencapaian prestasinya, mereka yang memperkuat timnas seharusnya pemain asli Indonesia. Mereka memiliki fighting spirit yang tinggi karena ada 'Garuda di dada' dan bersemangat saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Mewakili keluarga, saya meminta maaf kepada seluruh rekan, sesama pelatih dan insan sepak bola yang sudah memperhatikan ayah saya

Kini, tidak lagi pelatih Djoko yang konsisten menyuarakan sikap kritisnya. Kabar duka disampaikan oleh Dimas, putra pertama eks pelatih Persiwa Wamena ini. Menurut Dimas, ayahnya menghembuskan napas terakhir pada Sabtu pagi di Rumah Sakit Islam Aisyah, Malang.

"Semalam kondisi beliau sudah tidak bagus, akhirnya dibawa ke rumah sakit, dan ternyata [kondisinya] sudah tidak kuat," kata Dimas menyampaikan kabar duka.

"Mewakili keluarga, saya meminta maaf kepada seluruh rekan, sesama pelatih dan insan sepak bola yang sudah memperhatikan ayah saya. Terima kasih kepada Ketua Umum PSSI, Pak Haruna Sumitro, Pak Gede Widiade, Pak Getuk [Joko Susilo], Pak Yeyen Tumena, saya mengucapkan terima kasih dan mohon maaf sebesar-besarnya," ujar Dimas menambahkan. 

Kehilangan Pelatih Tegas dan Disiplin

Asisten pelatih Sriwijaya FC Ananto Nurhani menuturkan dirinya sangat kehilangan sosok pelatih yang tegas dan disiplin. Ananto sendiri pernah menjadi asisten Djoko saat menangani Persegres Gresik. 

"Innalillahi wainailahi rojiun. Kami sungguh kehilangan beliau. Kabarnya beliau sudah terbaring di tempat tidur sejak dua pekan terakhir," tutur Ananto yang sudah menerima kabar duka saat dihubungi Tagar.

Ingatan pria yang pernah menjadi asisten pelatih PSIM Yogyakarta tersebut langsung melayang jauh ke belakang ketika menjadi asisten Djoko di Persegres pada kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2011. Usai mengantarkan SMPN 13 Yogyakarta menjadi juara Liga Pelajar Indonesia, sebuah panggilan telepon diterima Ananto. Rupanya di ujung telepon sana terdengar suara pelatih Djoko.

"Saat itu saya baru selesai mengambil lisensi kepelatihan B Nasional. Saya ditelepon beliau dan diajak membantunya di tim pelatih Persegres. Saat itu tim terancam degradasi. Meski demikian saya terima tawaran itu," kata Ananto bercerita.

Melalui tangan dingin Djoko Susilo yang dibantu Ananto serta asisten pelatih lainnya, Persegres mampu mencatat 11 laga tanpa terkalahkan sehingga akhirnya masuk play off melawan wakil tim Divisi Utama, PSIM. Bermain di Palembang, tim racikan Djoko Susilo menang 3 gol tanpa balas dan membuat Persegres bertahan di ISL kala itu.

"Ini awal kepelatihan saya dan beliau berperan besar meningkatkan pengalaman saya," ujar dia menambahkan.

Kolaborasi mereka terus berlanjut. Djoko Susilo selalu menjadikan Ananto sebagai asisten di Deltras Sidoarjo pada 2012 dan tahun berikutnya di Persifa Fak-Fak Papua.

"Sebenarnya musim kompetisi lalu, beliau kembali mengajak saya saat menangani PSCS. Namun saya menolak karena sudah terlanjur menjadi pelatih kepala tim Popnas DIY," tuturnya.

Lama bekerja bersama, Ananto paham betul karakter pelatih Djoko yang dinilai sebagai pelatih berkarakter keras dan disiplin. Ini lantaran pelatih lisensi A AFC itu pernah menjadi asisten Sergei Dubrovin di PKT Bontang. Kedisiplinan yang ditanamkan pelatih Dubrovin akhirnya terbawa oleh Djoko.

Djoko yang dikenal sebagai sosok religius dan tak pernah absen salat subuh berjamaah di masjid ini dinilainya sebagai pelatih yang selalu ingin kesempurnaan dan sangat detil. Bahkan dia sampai memikirkan hal-hal seperti tempat beristirahat pemain asuhan hingga lokasi latihan tim.

"Dia memang pelatih yang perfeksionis. Menerapkan sepak bola secara simpel dan saya selalu ingat dia menginstruksikan pemainnya dengan kalimat kalau bermain sepak bola di Indonesia harus bisa pinter-pinteran dan cepat-cepatan," ujar Ananto memungkasi. []

Berita terkait
Pemain Naturalisasi Tak Perlu Lagi Dipanggil Timnas
PSSI sebaiknya tak perlu lagi memanggil pemain naturalisasi. Mereka gagal memberi kontribusi atau mengangkat tim nasional seperti di PPD 2020.
PSS Sleman Ogah Bawa Pemain Asing U-20 ke Liga 1
PSS Sleman tidak ikut-ikutan mendatangkan pemain asing U-20 saat kembali mengikuti Liga 1. Skuat PSS sudah mumpuni memenuhi target 5 besar.
Penuhi Syarat PSSI Pemain Persib Swab Test Covid-19
PSSI menetapkan syarat semua pemain sepak bola wajib mengikuti tes Covid-19 sebelum pemusatan latihan dan lanjutan Liga Indonesia Oktober 2020
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.