Duel Duo Nasution di Pilkada Medan, Beda Karakter

Pilkada Kota Medan 2020 diperkirakan akan sengit. Kontestan menghadirkan dua sosok yang sama-sama memiliki banyak keunggulan.
Akhyar Nasution dan Bobby Nasution. (Foto: Tagar/Ist)

Medan - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Medan tahun 2020 diperkirakan lebih sengit dari beberapa kontestasi sebelumnya. Sebabnya, kontestan kali ini akan menghadirkan dua sosok yang sama-sama memiliki banyak keunggulan.

Pertama adalah Pelaksana Tugas Wali Kota Medan Akhyar Nasution, berstatus sebagai petahana. Sebagaimana umum dipahami, petahana memiliki kekuatan yang besar karena telah mengenyam banyak pengalaman di birokrasi.

Kedua adalah Bobby Nasution yang datang sebagai penantang. Selain memiliki keunggulan sebagai sosok milenial yang berlatar belakang terpelajar dan pengusaha, Bobby juga dikenal menantu Presiden Jokowi.

Kendati memiliki marga yang sama, yakni Nasution, namun keduanya memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Akhyar dikenal memiliki karakter ekpsresif, di beberapa kesempatan bahkan dirinya tidak segan menunjukkan sisi tempramentalnya.

Justru kebalikannya ada pada Bobby, di banyak kesempatan selalu melempar senyum dan sering menegur sapa masyarakat. Berdasarkan hal itu, ia kemudian dicap sebagai sosok yang ramah dan santun.

Bobby NasutionBobby Nasution tampak tertawa lepas saat berbincang di sela mengunjungi Tjong A Fie Mansion di Jalan Kesawan Medan. (Foto: Tagar/Istimewa).

Menurut akademisi ilmu komunikasi Ara Auza, karakter sangat erat hubungannya dengan kebutuhan calon pemimpin akan citra positif saat tampil di hadapan publik.

"Citra positif ini diperlukan untuk mendapatkan dengan mudah dukungan dari masyarakat. Dapat dibentuk atau dicitrakan melalui pesan yang disampaikan," ungkapnya, Jumat, 31 Juli 2020.

Baca juga: Bobby Nasution Harus Jeli Pilih Wakil di Pilkada Medan

Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area (UMA) ini mengatakan, dalam memenangkan pertarungan citra, seorang calon pemimpin harus mampu menguasai pesan verbal dan pesan nonverbal sekaligus. Pesan tersebut dikonstruksi sedemikian rupa untuk menghasilkan citra diri yang positif sebagai pemimpin.

Bobby sudah berhasil memulainya, tinggal memaksimalkan. Sementara Akhyar perlu kerja keras untuk memperbaiki

"Contoh sederhana dilakukan Presiden Jokowi. Citra yang ditampilkan Presiden Jokowi melalui media menggunakan simbol-simbol nonverbal, kesederhanaan seperti penggunaan pakaian yang sederhana dan cara blusukan yang menampilkan citra nonverbal Presiden Jokowi yang dekat dengan rakyat," jelasnya.

Menurutnya, pesan nonverbal ini harus inheren (satu kesatuan) dengan pesan verbal yang disampaikan melalui media massa. Bentuk teks dan pengutipan ucapan, ditampilkan sedemikian rupa memiliki kesesuaian dengan pesan nonverbal.

Baca juga: Profil Ihwan Ritonga, Calon Pendamping Bobby Nasution

Sementara dalam komunikasi Akhyar yang kerap menunjukkan karakter tempramental, menurut Ara Auza, akan sulit untuk diterima masyarakat serta sulit untuk diperbaiki.

Akhyar NasutionAkhyar Nasution dalam satu kesempatan saat mengikuti dialog di chanel YouTube Medan Berkarakter. (Foto: Tagar/Istimewa).

Dia mengatakan, masyarakat lebih mudah untuk mengingat hal yang pertama kali dilihat, dibandingkan dengan tampilan lain yang ditampilkan setelah kejadian.

Baca juga: Akhyar-Salman Lawan Kuat Bobby di Pilkada Medan

"Hal ini biasanya menjadi tantangan bagi Akhyar untuk dapat memperbaiki citra di masyarakat. Ilustrasi sederhana, bagaimana opini masyarakat terhadap citra digambarkan seperti melemparkan lumpur ke dinding cat putih. Walaupun bisa dihapus, bekasnya tetap membekas," ujarnya.

Karakter yang selama ini ditunjukkan Bobby, Ara Auza menilai bahwa suami dari Kahiyang Ayu itu telah memenuhi instrumen-instrumen terwujudnya citra positif.

"Diperlukan beberapa instrumen seperti kredibilitas penyampai pesan, jangka waktu, keterjangkauan khalayak dan faktor-faktor pendukung lainnya sehingga tujuan untuk mendapatkan citra positif dapat terwujud. Bobby sudah berhasil memulainya, tinggal memaksimalkan. Sementara Akhyar perlu kerja keras untuk memperbaiki," jelasnya. []

Berita terkait
Sikap Politik Gerindra di Pilkada Kota Semarang
Gerindra segera memutuskan sikap politiknya di Pilkada Kota Semarang. Rekomendasi dari DPP turun Senin, 3 Agustus 2020.
Koalisi Demokrat di Pilkada Pessel Tunggu Pusat
Partai Demokrat Pesisir Selatan belum menentukan sikap untuk berkoalisi di Pilkada 2020. Mereka masih menunggu intruksi dari DPP.
Pilkada Kota Semarang, Lawan Petahana Pesimis Menang
Pengamat politik menilai Pilkada Kota Semarang 2020 potensial muncul kotak kosong. Banyak parpol pesimis menang jika harus melawan petahana.
0
Setahun Bekerja Satgas BLBI Sita Aset Senilai Rp 22 Triliun
Mahfud MD, mengatakan Satgas BLBI telah menyita tanah seluas 22,3 juta hektar atau senilai Rp 22 triliun setelah setahun bekerja