DPR: Impor Garam Bukan Solusi

Impor pun bukan solusi jika kebijakan pada petani garam untuk produksi garam tidak pernah dibenahi.
Petani memanen garam di lahan garam desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7). Menurut petani, harga garam di daerah tersebut masih tinggi yakni kisaran Rp3.500 per kilogram akibat minimnya produksi garam karena cuaca yang tak menentu. (Foto: Ant/Dedhez A)

Jakarta, (Tagar 1/8/2017) - Indonesia yang diklaim mempunyai garis pantai terpanjang di dunia, mengalami kelangkaan garam. Impor pun bukan solusi jika kebijakan pada petani garam untuk produksi garam tidak pernah dibenahi.

"Sekarang pabrik garam banyak yang tutup karena pemerintah tidak mempunyai kebijakan yang berpihak pada industri garam. Soal garam ini pemerintah harus serius. Sekarang sudah bukan lampu kuning lagi, sudah mau lampu merah soal garam," ungkap Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto di Kompleks Parlemen Jakarta, Selasa (1/8).

Kementerian terkait dinilai bertanggungjawab atas kelangkaan garam yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Menurutnya, impor garam bukan solusi jika pemerintah tidak memulai untuk mengubah kebijakan.

"Rasanya ini para menteri harus berpikir. Menteri kan harus mempunyai kemampuan yang hebat, ini sih bukan kemampuan yang hebat, siapa saja juga bisa. Enggak punya garam, impor," pungkasnya. (nhn)

Berita terkait
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan