DPR Harap Ada Perbaikan Fundamental Kinerja Ekspor

Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Junaidi Auly mengharapkan adanya perbaikan fundamental dari pemerintah terhadap kinerja ekspor.
Pekerja mengolah kedelai impor untuk dijadikan tahu di industri rumahan kawasan Duren Tiga, Jakarta, Senin, 18 November 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019 mengalami surplus 161,3 juta dolar AS. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Jakarta - Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Junaidi Auly mengharapkan adanya perbaikan fundamental dari pemerintah terhadap kinerja ekspor yang masih melemah sehingga tak ada lagi defisit dalam neraca perdagangan.

"Agar neraca perdagangan kita bisa surplus, dimana surplus itu ditopang oleh perbaikan fundamental ekspor," kata Junaidi di Jakarta, Rabu, 20 November 2019 seperti dilansir dari Antara.

Junaidi mengatakan pembenahan fundamental ini sangat penting karena ekspor mempunyai peranan penting terhadap pelaksanaan ekonomi nasional, di antaranya memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi, menjaga aliran devisa, dan memicu lahirnya kegiatan investasi.

"Peranan ekspor terhadap tiga hal tersebut cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, perbaikan fundamental kinerja ekspor menjadi sangat mendesak," ucap Politikus PKS tersebut.

Dengan demikian, menurut dia perbaikan neraca perdagangan terjadi bukan karena penurunan impor namun karena membaiknya ekspor.

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan pada Oktober 2019 mengalami surplus sebesar 161,3 juta dolar Amerika Serikat dengan nilai ekspor 14,93 miliar dolar Amerika Serikat dan impor 14,77 miliar dolar AS.

Meski demikian, neraca perdagangan kumulatif Januari-Oktober 2019 masih tercatat defisit 1,78 miliar dolar AS karena masih kuatnya pengaruh impor migas.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakin semua persoalan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan dapat diselesaikan dalam kurun tiga tahun. Salah satu caranya adalah menuju hilirisasi dan industrialisasi pertambangan.

“Kalau semuanya menuju pada hilirisasi dan industrialisasi, barang jadi dan setengah jadi, saya yakin tak sampai tiga tahun, semua problem defisit bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga tahun,” kata Jokowi dalam acara Indonesian Association Mining Award 2019 di Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Rabu, 20 November 2019 seperti dilansir dari Antara. []

Berita terkait
Pengusaha Jepang dan Jokowi Bahas Blok Gas Masela
Pengusaha Jepang yang tergabung dalam delegasi JAPINDA menemui Presiden Jokowi membahas kerja sama proyek blok gas Masela.
Erick Thohir Tiru Jokowi Ajak Ahok dan Sandiaga Uno
Sikap Erick Thohir mengajak Ahok dan Sandiaga Uno merupakan cerminan dari gaya berpolitik Presiden Jokowi.
Kumpulan Pengusaha Jepang Bertemu Jokowi, Ada Apa?
Jokowi menerima kumpulan pengusaha Jepang yang tergabung dalam delegasi JAPINDA. Ngapain mereka?