Doktrin Intoleransi Berujung Perusakan Makam Kristen di Solo

Anak-anak tersangka pelaku yang merusak dua belas makam Kristen di Kota Solo, Jawa Tengah, ditangkap polisi
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, saat meninjau makam Kristen di Solo, Jawa Tengah, yang dirusak sekelompok pemuda. Polisi masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang berujung pada tindakan intoleran ini. (Foto: voaindonesia.com - VOA/Yudha)

Solo - Sekelompok anak-anak merusak belasan makam Kristen di Solo, Jawa Tengah. Polisi masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang berujung pada tindakan intoleran ini. Yudha Satriawan melaporkannya untuk voaindonesia.com.

Dengan hati remuk Andreas Budi hanya bisa memandang batu nisan mendiang ibu dan istrinya yang dirusak orang. Salib dan simbol-simbol lain di makam itu dirusak dan dipatahkan. Namun ia lega, polisi pada hari Senin, 21 Juni 2021, bergerak cepat dan menangkap tersangka pelaku.

"Ini makam ibu saya, sampingnya makam istri saya. Ya kaget dikasih tahu warga juru kunci makam, kalau makam keluarga saya ini dirusak. Kami diberi tahu pelaku perusakan sudah ditangkap dan mediasi mau memperbaiki makam," jelas Andreas saat ditemui di lokasi makam hari Senin, 21 Juni 2021.

Makam ibu dan istri Andreas hanyalah salah satu dari 12 makam yang nisannya dirusak.

Lurah Mojo, Margono, mengungkapkan seorang warga memergoki sekelompok anak merusak nisan makam-makam tersebut dan kini polisi telah menangkap sebagian pelaku. Namun, penyelesaian kasus dilakukan secara kekeluargaan dengan alasan pelaku masih di bawah umur.

salah satu makan kristen yang dirusakSalah satu makam Kristen di Solo, yang dirusak sekelompok pemuda. Polisi masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang berujung pada tindakan intoleran ini (Foto: voaindonesia.com - VOA/Yudha)

"Ya anak- anak itu usianya SD, paling tua usia 12 tahun. Sekolah dan orang tua mereka sudah menyanggupi melakukan perbaikan makam yang dirusak. Kami tidak akan melanjutkan kasus ini lebih jauh karena pelaku masih anak-anak. Berhubung ada intoleransi di dalam kasus ini, pengrusakan yang mengakibatkan 12 makam dari Nasrani, sekarang sudah masuk ke ranah kepolisian", ungkap Margono.

Dari pantauan VOA di lokasi kejadian, belasan makam yang dirusak tersebar di kompleks pemakaman tersebut. Nisan warga Kristiani dirusak dengan cara dipukul hingga patah. Puing-puing patahan nisan berserakan. Sejumlah warga mencoba memperbaiki nisan yang patah itu.

1. Doktrin Intoleransi

Anak-anak yang menjadi tersangka pelaku itu berasal dari lembaga pendidikan yang sama di salah satu lokasi. Polisi masih menelusuri dugaan motif doktrin yang salah pada anak-anak itu. Iptu Ahmad Ridwan Prevoost mengatakan sedang memeriksa orang tua dan pimpinan lembaga pendidikan tersebut.

"Sampai saat ini masih kita dalami, proses pemeriksaan. Mereka kan masih anak di bawah umur, kita masih memanggil wali atau orang tua maupun sekolahnya. Mereka mendampingi anak itu. Kita masih dalami apakah ada doktrin-doktrin intoleransi, doktrin yang salah, masih kita dalami,” ujar Prevoost.

2. Pemkot Solo Siap Tutup Lembaga Pendidikan Intoleran

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, tidak dapat menyembunyikan kegeramannya ketika mengunjungi lokasi makam yang dirusak itu. Ia menegaskan tidak akan segan-segan menutup lembaga pendidikan anak-anak tersebut, jika terbukti mengajarkan sikap-sikap intoleran.

"Segera kita proses, ini tidak bisa dibiarkan. Pendidikan anak-anak yang masih kecil ini harus diperbaiki. Semua harus diproses, anak-anak dibawah umur itu harus mendapat pembinaan. Aksi mereka sudah kurang ajar sekali. Ini bentuk intoleransi dan ngawur banget. Ya sekolahnya tutup saja, sudah nggak benar ngajarin anak-anak seperti ini,” tegas Gibran.

Pengrusakan makam seperti ini bukan yang pertama. Pada tahun 2019 terjadi pengrusakan makam di beberapa kota, antara lain di Magelang, Jawa Timur dan Tasikmalaya, Jawa Barat. Dalam kedua kasus itu, pelaku pengrusakan puluhan makam itu berhasil ditangkap dan diproses hukum.

Hingga laporan ini disampaikan VOA belum berhasil mendapatkan keterangan dari lembaga pendidikan anak-anak tersebut (ys/em)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Presiden Jokowi Tegaskan Tidak Ada Kompromi Bagi Intoleransi
Intoleransi dan aksi terorisme lahir dari cara pandang yang keliru yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama
5 Kasus Intoleransi pada Lingkungan Sekolah Indonesia
Peraturan yang diterapkan SMKN 2 Padang menjadi polemik. Sebelum ini juga ada kasus intoleransi dalam jenjang pendidikan Tanah Air.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina