Doktor Muda Peraih Medali Emas

Doktor muda peraih medali emas. Ita juga merupakan seorang atlet kempo berprestasi membuahkan sejumlah medali emas dan perak dari berbagai ajang berlevel nasional dan internasional sejak 2003.
Shinta Amalina Havidz, meraih penghargaan dari MURI sebagai dokter muda. (Foto: PPI Tiongkok)

Jakarta, (Tagar 13/8/2018) - Shinta Amalina Havidz namanya memang cukup asing di telinga kita, namum prestasi yang dibuatnya akan membuat kita tercengang. Bagaimana tidak, dia menjadi doktor termuda bersama sepuluh pemecah rekor di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diberikan oleh Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) di Jakarta, Kamis (9/8).

Perempuan yang akrab dipanggil Ita itu, menggondol gelar PhD bidang manajemen perusahaan dari Wuhan University of Technology dalam 25 tahun 11 bulan. Tak hanya itu saja, Ita juga merupakan seorang atlet kempo berprestasi dan membuahkan sejumlah medali emas dan perak dari berbagai ajang berlevel nasional dan internasional sejak 2003.

Shinta Amalina HavidzShinta Amalina Havidz juga merupakan atlet kempo berprestasi. (Foto: Instagram/@shintaamalina)

Lulus & Belajar di China

Dalam kisahnya, perempuan asal Jambi itu mengaku banyak menghadapi kendala saat menempuh pendidikan di Ibu Kota Provinsi Hubei, yang berada di wilayah tengah daratan Tiongkok tersebut. Ita menambahkan, bahwa kuliah di China lulus dalam rentang waktu yang tepat adalah luar biasa. Sebagian besar prestasi kelulusan dokter di sini adalah 4-5 tahun tergantung pada penelitian.

“Ada banyak godaan untuk meluas, tetapi saya memilih untuk melanjutkan dan fokus sehingga itu bisa menjadi maksimal tiga tahun,” kata Ita seperti dikutip studitiongkok.com. Baginya, peran teman di kampus sangat penting dan berpengaruh. Dia mengatakan bahwa teman-temannya selalu saling membantu dalam diskusi dan penyelesaian masalah. “Kami memulai ini bersama-sama, jadi kami harus menyelesaikannya bersama-sama,” ujar Ita.

Selain itu, peran keluarga baginya adalah hal yang sangat penting. Karena keluarganya juga berlatar belakang pendidikan dan sangat mendukung Shinta dalam menyelesaikan studi. Banyak bantuan yang diterima Ita, datang dari keluarga dan juga lingkungan sekitarnya.

Shinta Amalina HavidzShinta Amalina Havidz diwisuda sebagai doktor termuda. (Foto: Instagram/@shintaamalina)

Selain aktif di bidang akademik, nyatanya sosok Ita juga aktif di Organisasi dan Budaya Tari di Kota Wuhan. Dengan seringnya dia tampil, Ita berhasil memperkenalkan banyak tarian Indonesia dalam masyarakat Tionghoa.

Dari prestasinya, Ita selalu mengingatkan bahwa perempuan muda Indonesia pasti bisa memberikan prestasi dan pengetahuan di bidang apa pun, jika ada niat dan upaya maka semua bisa terjadi. Baginya, bukan hanya prestasi akademik, tetapi juga non akademik yang bisa menjadi senjata ampuh.



Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.