Disebut Saracen Oleh Facebook, Abu Janda: Itu Tuduhan yang Serius, Keji

Permadi Arya alias Abu Janda mengatakan penghapusan laman Facebooknya yang dikaitkan dengan Saracen merupakan tuduhan serius, keji.
Permadi Arya populer dengan nama parodi Ustaz Abu Janda. (Foto: Facebook/Permadi Arya)

Jakarta, (Tagar 4/1/2019) - Permadi Arya populer dengan nama parodi Ustaz Abu Janda mengatakan penghapusan laman Facebooknya yang dikaitkan dengan Saracen merupakan tuduhan serius. 

"Ada yang buat laporan palsu Abu Janda ini bagian dari Saracen dan Facebook percaya. Ini sungguh tuduhan keji," ujar Permadi Arya kepada Tagar News melalui wawancara tertulis, Senin (4/2).

Ia dan tim hukumnya sedang menempuh sejumlah langkah untuk melakukan dialog dengan pihak Facebook. 

Sebelumnya, Facebook Inc menghapus ratusan akun Indonesia yang disebut terhubung dengan sindikat berita palsu, Saracen.

Secara keseluruhan, ada 207 halaman, 800 akun Facebook, 546 grup dan 208 akun Instagram yang dihapus, termasuk akun milik Permadi Arya alias Abu Janda.

"Seluruh halaman, akun, dan grup ini memiliki hubungan dengan Saracen-grup sindikasi online di Indonesia," ungkap Nathaniel Gleicher, Head of Cybersecurity Policy lewat keterangan resminya.

Namun, Facebook tidak membeberkan daftar lengkap terkait halaman, grup, dan akun apa saja yang mereka hapus.

Melalui halaman resminya, mereka hanya memberikan beberapa contoh halaman dan grup yang dimusnahkan terkait akun penyebar hoaks ini.

Beberapa contoh halaman dan grup yang dihapus yaitu Permadi Arya (halaman), Kata Warga (halaman), Darknet ID (halaman), berita hari ini (Grup), ac milan indo (Grup).

Facebook Inc telah menghapus ratusan akun, halaman, dan grup Indonesia dari jejaring sosialnya setelah mengetahui mereka ditautkan dengan grup online yang dituduh menyebarkan ujaran kebencian dan berita palsu.

Polisi Indonesia mengungkap keberadaan kelompok itu, yang disebut Saracen, pada tahun 2016 dan menangkap tiga anggotanya karena dicurigai sebagai bagian dari sindikat yang dibayar untuk menyebarkan bahan pembakar secara online melalui media sosial.

"Akun dan halaman ini secara aktif bekerja untuk menyembunyikan apa yang mereka lakukan dan dihubungkan dengan Grup Saracen, sebuah sindikat online di Indonesia," ujar Nathaniel Gleicher.

"Mereka telah menggunakan pesan yang menipu dan jaringan halaman dan akun yang disembunyikan untuk mendorong narasi yang sering memecah-belah atas isu-isu utama dari debat publik di Indonesia," kata Gleicher kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Jejaring sosial terbesar di dunia ini mendapat tekanan dari regulator di seluruh dunia untuk memerangi penyebaran informasi yang salah pada platformnya. Pada bulan Januari, ia mengumumkan dua pusat operasi regional baru yang berfokus pada pemantauan konten terkait pemilu di kantornya di Dublin dan Singapura.

Indonesia saat ini menjelang pemilihan presiden yang akan berlangsung pada bulan April, dengan pengawas internet menandai dampak berita palsu sebagai keprihatinan.

Indonesia diperkirakan menjadi pasar terbesar ketiga Facebook, dengan lebih dari 100 juta pengguna.

Unit kejahatan cyber kepolisian Indonesia sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa Saracen memposting materi yang melibatkan masalah agama dan etnis, serta berita dan pos palsu yang memfitnah pejabat pemerintah.

Negara ini memiliki populasi 260 juta orang dengan beragam etnis, dengan mayoritas besar muslim tetapi dengan minoritas agama yang signifikan, dan memastikan persatuan di seluruh nusantara telah menjadi prioritas pemerintah.

Gleicher mengatakan penyelidikan Facebook menemukan agen Saracen akan menargetkan dan mengkompromikan akun, tetapi menekankan penghapusan akun itu karena "perilaku menipu terkoordinasi (oleh Saracen) bukan karena konten yang mereka bagikan".

Halaman dan akun yang dihapus memiliki 170.000 pengikut di Facebook dan lebih dari 65.000 di Instagram, tetapi jangkauan orang yang terpapar konten diyakini lebih tinggi.

Polisi menuduh ada hubungan keuangan antara Saracen dan beberapa penyelenggara protes tahun 2016 terhadap mantan Gubernur Jakarta, yang dikutuk karena penistaan setelah video yang disiarkan dari komentar anti-Islam yang diduga menjadi viral.

Namun, pengadilan tertinggi Indonesia pada April 2018 memutuskan bahwa Saracen tidak bersalah menyebarkan pidato kebencian dan bahwa kasus polisi tidak dapat dibuktikan.

Seorang juru bicara kepolisian nasional mengatakan mereka terus memantau aktivitas media sosial Saracen dan akan meminta data Facebook dari penyelidikan mereka.

Seorang pengacara untuk Jasriadi, yang dituntut oleh jaksa adalah salah satu dalang sindikat Indonesia, mengatakan "bahwa berdasarkan fakta-fakta dari kasus ini dan persidangan kami, tidak ada bukti bahwa Saracen ada". []

Berita terkait
0
Yang Harus Dilakukan Karyawan Holywings Menurut Wagub DKI
Setelah 12 outlet Holywings dicabut izinnya, serentak 3.000 karyawannya kehilangan pekerjaan. Ini yang harus mereka lakukan menurut Wagub DKI.