Disdik Jabar Dorong Sekolah Harus Menyenangkan

Dinas Pendidikan Jawa Barat berupaya tingkatkan kualitas pendidikan di Jawa Barat, termasuk penguatan mental guru dan siswanya
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dewi Sartika (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

Bandung - Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dewi Sartika, mengimbau kepada seluruh guru yang ada di Jawa Barat agar bisa menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa, karena hal ini diyakini mampu menciptakan inovasi dan meningkatkan kreativitas siswa di sekolah.

“Siapapun gurunya, harus jadi guru yang ngeunaheun (menyenangkan) bagi siswa. Bisa jadi tempat curhat bila siswa sedang ada masalah, menjadi guru yang bisa diajak berdiskusi oleh anak-anak. Namun tetap menjunjung etika yang harus selalu dijaga,” katanya di Bandung, Jumat 14 Februari 2020.

Menurut Dewi, peran guru hari ini tak melulu sebagai pengajar dan pemberi instruksi tetapi harus bisa menjadi motivator, inisiator dan fasilitator bagi siswa di sekolah. Selain itu, guru dan sekolah pun harus bisa mengikuti dinamika zaman, menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas peserta didik, dan memiliki sarana-prasarana sekolah yang memadai lewat program Sekolah Ramah Anak.

"Dengan suasana yang positif di sekolah, semua akan lebih produktif, semangat, dan terinspirasi untuk melakukan kebaikan-kebaikan lain kepada sekitarnya," kata dia.

Berbagai Program di Gagas demi Kemajuan Pendidikan di Jabar

Berbagai program pun telah diluncurkan jelas Dewi, tak lain untuk memajukan pendidikan di Jawa Barat termasuk peningkatan kualitas mental siswa dan gurunya dan menghilangkan berbagai aksi kekerasan di sekolah. Seperti Program Masagi dan Kampanye Senyum Karena. Program unggulan ini mendorong guru dalam pengembangan pola ajar berbasis pendidikan karakter, dan budaya atau berbasis kearifan lokal Jawa Barat.

“Tujuannya, dunia pendidikan Jabar bisa mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang tidak hanya unggul di bidang akademik, tapi juga memiliki akhlak dan kekuatan spiritual dan fisik yang mumpuni serta memiliki kemampuan untuk bisa belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti), dan belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata),” jelas dia.

Sementara sesuai namanya, kampanye #SenyumKarena mendorong aktivitas positif dimulai dari senyum dan berbagi kata-kata positif untuk menularkan kebahagiaan, mood, dan suasana yang positif. Kampanye ini merupakan salah satu modul Jabar Masagi yang mendorong semua pihak di sekolah, mulai dari kepala sekolah, siswa, sampai penjaga sekolah, untuk mengingat sekaligus menulis pengalaman-pengalaman yang menggembirakan.

"Bentuk ekspresif adalah senyum. Misal, saya senyum karena melihat kamu cantik. Lebih mengekspresikan kegiatan dalam hati dengan sesuatu yang lebih positif, sehingga siswa lebih kreatif dan senang di sekolah. Kami terus fokus menggulirkan program peningkatan kemampuan mental baik terhadap siswa maupun pengajar atau guru," ucap Dewi.

Ia menambahkan, menjaga mental tentu sudah dilakukan dengan berbagai program yang sudah dijelaskan tersebut untuk menjamin tidak adanya kekerasan lagi di kalangan pelajar. “Saya tentu tidak lelah untuk mendorong para pengajar untuk menjaga mental mengajar dengan baik," tegasnya.

Dewi pun berharap dengan berbagai program yang sudah diterapkan di Jawa Barat, tidak akan ada kasus tindakan kekerasan lagi. Seperti yang terjadi di SMA Negeri 12 Kota Bekasi. Ia berharap, kasus tersebut menjadi tindakan terakhir yang mencoreng dunia pendidikan di Jabar. Peristiwa itu harus menjadi evaluasi bagi sekolah dalam memberikan hukuman kepada murid.

“Tentunya hal itu (pemukulan) mencederai dunia pendidikan, padahal kami sudah meluncurkan berbagai program peningkatan kualitas mental, termasuk (bagi) guru. Kami mengecam setiap kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa,” keluh Dewi.

Ia menambahkan untuk kasus pemukulan di SMAN 12 Bekasi, Dinas Pendidikan Jawa Barat sudah mengeluarkan Surat Keputusan nomor 421/617/SMAN.12/BKS/XI/2019 yang secara resmi mencopot oknum guru tersebut dari jabatan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

"Disdik Jabar bertindak tegas dalam menanggapi kasus (pemukulan di SMAN 12 Bekasi) ini. Sudah tidak zamannya lagi melakukan kekerasan untuk membina siswa supaya menjadi benar," tambah dia.

Keputusan diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (pasal 11). Selain menolak pemukulan terhadap siswa, Dinas Pendidikan Jawa Barat juga mengecam tindakan oknum guru tersebut karena mencederai komitmen dalam menghadirkan sistem dan tata kelola pendidikan yang maju.

“Disdik Jabar meminta pihak sekolah untuk meminta maaf kepada peserta didik dan melakukan mediasi antara oknum guru dan peserta didik,” tegas dia.

Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III Casmadi menambahkan pihaknya telah menginstruksikan oknum guru tersebut untuk membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya lagi dan bersedia dipindah tugaskan di luar provinsi atau daerah apalagi mengulangi kesalahan yang sama.

“Harus ada kerja sama dan koordinasi antara kepala sekolah dan guru di satuan pendidikan agar kasus pemukulan terhadap siswa tidak lagi terulang kembali di Jabar,” tambah dia. []

Berita terkait
Banyak Siswa Bolos Sekolah Karena Korban Bullying
Polwitabes Bandung mengungkap sekitar 160 murid per hari bolos sekolah untuk menghindari perundungan.
Pemkot Makassar Dorong Mekanisme Pengaduan Cegah Bully di Sekolah
Menancapkan predikat "Kota Layak Anak", sejumlah upaya dilakukan untuk mencegah bullying.