Dipecat Lewat Whatsapp, Membunuh Kecerdasan Karena Beda Pilihan

Silakan kalau Ibu tidak nyaman dengan kebijakan kami, masih banyak lembaga yang mungkin satu visi dengan ibu, semoga ini dipahami.
Rabiatul Adawiyah guru yang dipecat karena memilih Ridwan kamil. (Tagar/Gilang)

Jakarta, (Tagar 2/7/2018) - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) telah berlangsung dengan aman, tanpa hambatan pada 27 Juni 2018. Tak ada kecurangan yang dikhawatirkan sebelumnya, soal netralitas aparat keamanan.

Namun ternyata bukan soal netralitas saja yang kini menjadi permasalahan. Pasca Pilkada serentak yang dilaksanakan pada 27 Juni, terjadi pemecatan salah seorang guru swasta di Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Ia adalah Robiatul Adawiyah, perempuan berusia 28 tahun yang menjadi salah satu pengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Maza.

Kronologi Pemecatan

Awalnya, Robiatul mendapatkan ucapan selamat dari anggota grup Whatsapp RA, SDIT, SMPIT Darul Maza yang bernama Bunda Tami DM.

"Selamat yaa bu Robiah jagoannya menang," ujar Bunda Tami dalam pesan Whatsapp.

Ia pun menjawab dengan singkat "Iya mi," balasnya.

Lantas anggota lain dalam grup dengan nama Fachrudin menyambar ucapan dari Robiatul.

"Kok bisa ya, Bu, pilihannya lain? Padahal yayasan sudah jelas arahan dan pilihannya," tanya Fahrudin.

Robiatul pun mempertanyakan maksud pertanyaan Fahrudin.

"Memangnya kenapa jika pilihan saya berbeda ustad?," tanya Robiatul kembali.

Masih melalui pesan Whatsapp di grup, Fahrudin pun menjelaskan alasannya.

"Kalah menang dalam kontestasi Pilkada hal biasa, tapi kalau ada staff yang berani tampilkan perbedaannya itu luar biasa. Ibu kan kerja dengan yayasan kita, coba kalau kerja di bawah pimpinan Pepen atau RK kemudian pilihan beda apa bisa? Silakan dipikirkan," beber Fahrudin.

Tak mau kalah, Robiatul turut menjelaskan alasannya. "Maaf dengan sangat. Pilihan akan sangat mungkin berbeda Pak Ustaz. Karena saya punya hati nurani dan penilaian tersendiri, dan pemilu memiliki azas luber dan jurdil. Jadi itu hak setiap orang tanpa harus mengikuti pendapat siapa pun," balas Robiatul.

Balasan tersebut rupanya malah menggiring Robiatul pada pemberhentiannya sebagai pengajar. Tanpa mempertimbangkannya lagi, Fahrudin yang belakangan diketahui sebagai guru di SDIT Darul Maza pun memutuskan untuk memecat Robiah.
 
"Kalau gitu kami hanya mau kerja sama dengan staf yang satu visi dan misi dan gerak. Silakan kalau Ibu tidak nyaman dengan kebijakan kami, masih banyak lembaga yang mungkin satu visi dengan ibu, semoga ini dipahami. Terima kasih atas kerja sama dan kontribusinya selama ini, mohon maaf atas keputusan ini," papar Fahrudin dalam pesan Whatssap pukul 21.24 Wib, yang ada pada salah satu akun twitter Dede Budhyarto @kangdede78, Sabtu, (28/6).

Bingung dengan keputusannya, Robiatul pun mempertanyakan kembali mengenai statusnya seembari terus meminta maaf.

"Maaf saya sudah dianggap tidak bergabung lagi dengan Darul Maza mulai malam ini? Maaf saya butuh kepastian, jika memang iya, kaitannya dengan saya butuh surat pernah bekerja di Darul Maza dan saya butuh surat pemberhentian beserta alasannya dengan jelas. Agar saya bisa kembali mengamalkan ilmu yang saya punya. Saya kira yayasan akan lebih bijak untuk masalah ini. Terima Kasih," tulis Robiatul.

Fahrudin menjawab kebingungan Robiatu dengan singkat.
"Besok silakan ke kantor SD untuk surat keterangan akan disiapkan," ucapnya.

Viral dan Tawarkan Islah
Meski pihak Yayasan sudah menawarkan islah terhadap Robiatul atas pemecatan dirinya secara tiba-tiba, namun pesan percakapan sudah terlanjur tersebar di publik.

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi pun meminta pihak yayasan SDIT Darul Maza, menjelaskan alasan pemecatan Robiatul. Pasalnya, Disdik belum bisa mengambil keputusan jika permasalahan terjadi dalam sebuah grup Whatssapp tanpa konfirmasi keduanya.

“Kami sedang berkoordinasi dengan pihak yayasan, ingin tahu bagaimana kronologis permasalahannya,” ujar Sekretaris Disdik Kota Bekasi, Inayatullah, Minggu (1/7).

Kepala Divisi Penindakan Pelanggaran pada Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan (Panwascam) Jatiasih Bayu Tri Anggoro pun belum menentukan kasus dikategorikan pelanggaran pemilu atau bukan.

"Ini kami sedang mengkaji dulu, dan berkoordinasi dengan Panwaslu Kota Bekasi," tukas Bayu.

Kejadian pun rupanya sampai ditelinga calon gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Melalui akun Facebook, Ridwan pun berjanji akan membantu Robiatul.

"Ibu Robiatul Adawiyah, warga Jati Asih Bekasi, saya menghaturkan terima kasih karena hati dan jari ibu sudah memilih saya kemarin. Tanpa diduga konsekuensinya ternyata ibu diberhentikan oleh sekolah tempat ibu mengajar hanya dengan via WA, karena beda coblosan dengan arahan sekolah," tukas cagub nomor urut satu tersebut.

Saat Tagar akan menelusuri SDIT Darul Maza, website dengan https://darulmaza.sch.id/ pun tak menampilkan apapun. Hanya ada tulisan last modified 29-Jun-2018 12:07. (nhn)


Berita terkait