Dikaitkan Aksi Politik, Apa Itu Perang Badar?

Yusuf Martak sempat menyebut perang badar saat berbicara tentang people power.
Panji Nabi Muhammad dalam film The Message. Foto: ImdB

Jakarta - Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama), Ustaz Yusuf Muhammad Martak, sempat menyinggung soal perang badar saat berbicara tentang people power ketika persiapan acara Ijtima Ulama III beberapa waktu lalu.

Dia menampik, tudingan diselenggarakannya Ijtima Ulama III sebagai upaya untuk melegitimasi people power menyikapi klaim kecurangan Pilpres 2019.

Namun, jika mengambil sejarah pada masa Rasulullah, perjuangan umat Islam dalam melawan segala kemungkaran dan kejahatan terjadi di bulan suci Ramadan dan selalu mendapat kemenangan besar.

"Kita tidak dalam konteks menggiring opini agar turun ke jalan. Kita berikan kebebasan para peserta untuk menyampaikan apa saja usulannya dan nanti akan kami pertimbangkan," kata Yusuf saat ditemui di sela-sela acara Ijtima Ulama III di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu 1 Mei 2019.

"(Tapi) kalau bicara bulan suci Ramadan, Perang Badar-pun dulu dilakukan pada bulan Ramadan," ujar dia.

Apa sejatinya Perang Badar itu?

Diketahui, Perang Badar adalah salah satu dari tiga peristiwa besar yang terjadi di Bulan Ramadan, di masa nabi besar Muhammad SAW selain turunnya Al-quran dan pembebasan Kota Makkah.

Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua hijriah, atau bertepatan dengan 17 Maret 624 Masehi. Hanya dengan membawa 313 pasukan muslim, Nabi Muhammad SAW tidak gentar menghadapi pasukan musuh yang memiliki 950 tentara. Dengan tekad yang kuat, pihak muslim saat itu berhasil memporak-porandakan pasukan kafir Quraisy setelah bertempur selama dua jam.

Sebelum perang terjadi, kaum muslim dan penduduk Makkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir tahun 623 M sampai dengan awal tahun 624 M. Konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi.

Sampai pada akhirnya, ketika nabi Muhammad sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, beliau dan pasukannya dikejutkan oleh keberadaan tentara Quraisy yang jumlahnya jauh lebih besar. 

Perang besar pun pecah. pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin mulai bergerak maju menghadapi posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Makkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Makkah. Makkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah.

Perang ini kemudian tercatat sebagai kemenangan besar pertama kaum muslim dan melambungkan reputasi Kota Madinah di kalangan suku-suku Badui di sekitarnya. Nabi Muhammad berhasil menunjukkan bahwa ia sanggup menantang monopoli kekuasaan Makkah.

Dengan kemenangan tersebut Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah dengan sambutan yang sangat indah dan meriah. Allah SWT memuliakan Islam, meninggikan menaranya, dan mengikis berhala-berhala.

Kemenangan kaum muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai.

Baca juga:

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.