Di Mesir Umat Muslim dan Kristen Bersatu Rayakan Sham El-Nessim

Jutaan warga umat Muslim dan Kristen di Mesir bersatu merayakan Sham En-Nessim, hari nasional untuk memperingati awal musim semi.
Perayaan Sham El-Nessim di Mesir. Mereka berkumpul merayakannya di taman umum tanpa melihat usia atau latar belakang agama. (Foto: egyptianstreet)

Kairo, (Tagar 18/4/2017) – Jutaan warga umat Muslim dan Kristen di Mesir bersatu merayakan Sham El-Nessim, hari nasional untuk memperingati awal musim semi sekaligus mengatasi kesedihan akibat serangan bom di gereja yang baru terjadi.

Sejak Senin (17/4/) pagi, di tengah pengamanan ketat yang diberlakukan setelah dua pemboman Palm Sunday, umat Muslim dan Kristen berkumpul di taman umum, pantai, kebun binatang, tempat hijau di luar rumah, dan kapal pesiar di Sungai Nil.

Warga Mesir, tak peduli kelas sosial, kepercayaan dan agama mereka, merayakan Sham En-Nessim yang secara harfiah berarti “mencium angin sepoi-sepoi” yang telah dirayakan sejak 2700 SM dengan berpiknik dan menyantap makanan laut di taman.

Perayaan Sham En-Nessim tahun ini dilakukan satu pekan setelah serangan bunuh diri terhadap dua gereja di Provinsi Delta, Gharbiya dan Iskandariyah, di Mesir Utara, yang menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai 120 orang lagi.

“Di Mesir, ini adalah hari ketika umat Muslim dan Kristen menggelar perayaan bersama. Kami mengalami demikian banyak kesulitan, kesedihan karena kehilangan orang dalam serangan. Kami akan melewatinya bersama-sama,” kata Moustafa Ahmad, seorang pengemudi taksi di Taman Azhar, Kairo. “Sham En-Nessim adalah dimulainya kembali kehidupan kami, dan serangan takkan menghilangkan kegembiraannya,” imbuhnya.

Hari libur tersebut diambil dari Shamo, musim panen rakyat Mesir Kuno, yang berarti hari hidup baru. “Sham En-Nessim adalah peristiwa khusus saat saya bisa bertemu teman dan kerabat saya, bergembira, makan dan menghirup udara bersih,” kata Hoda Adel, seorang ibu rumah tangga.

“Teman saya dari masyarakat (Kristen) Koptik akan segera datang bersama keluarganya, jadi kami bisa berbagi makanan bersama. Tak ada yang akan mempengaruhi semangat tinggi rakyat Mesir,” kata perempuan itu lagi.

Sayed Abdel Galel yang bekerja di toko pakaian mengatakan, hari itu membawa kembali kenangan bahagia saat orang merayakan awal musim semi dan menikmati berkumpul bersama teman dan kerabat. “Ini adalah bagian dari kenangan kami dan mengembalikan kenangan kepada nenek moyang kami, dan saya mau menanamkan festival tradisional kuno ini dalam pikiran anak-anak saya,” ucapnya. (yps/ant)

Berita terkait