Dhaup Ageng, Hajatan Besar Putra Adipati Pakualaman

Upacara panggih dan resepsi digelar di bangunan utama Istana Pakualaman, yakni Bangsal Sewatama.
Panitia Dhaup Ageng Puro Pakualaman saat memberikan keterangan pers kepada awak media, Rabu (26/12).(Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 26/12/2018) - Puro Pakualaman Yogyakarta punya hajat besar. Adipati yang bertakhta sekaligus Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPPA) Paku Alam X akan menikahkan putra pertamanya, Bendara Pangeran Harya (BPH) Kusumo Bimantoro.

BPH Kusumo Bimantoro mempersunting Maya Lakshita Noorya, seorang dokter lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Maya kelahiran Sleman, 27 April 1991, putri dari pasangan Mandiyo Priyo dan Rini Wijayanti.

Sedangkan BPH Kusumo Bimantoro lahir di Yogyakarta pada 10 April 1992. Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara putra dari Adipati yang bertakhta KGPAA Paku Alam X dengan permaisuri Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAY) Paku Alam X. BPH Kusumo Bimantoro merupakan arsitek lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Hajatan pernikahan besar atau yang sering dikenal dengan Dhaup Ageng ini puncaknya digelar Sabtu (5/1/2019). Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla rencananya hadir di acara ijab kabul dan resepsi tersebut. Demikian juga sejumlah menteri, duta besar negara sahabat serta raja-raja Nusantara.

Momen Dhaup Ageng penuh nuansa tradisi. Di lingkungan Puro Pakualaman, Dhaup Ageng digelar 14 tahun yang lalu, saat mendiang KGPAA Paku Alam IX menikahkan putra ketiganya.

Ketua Panitia Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Indrokusumo mengatakan, Dhaup Ageng BPH Kusumo Bumantoro dengan Maya Lakshita Noorya digelar penuh nuansa tradisi Jawa. Rangkaiannya sudah dimulai sejak 24 Desember lalu dengan Bucalan di Kagungan Dalem Pura Pakualaman. 

"Selanjutnya melakukan ziarah ke makam raja-raja Mataram baik di Kotagede Yogyakarta, Astana Girigondho Kulonprogo dan di Makam Bergota, Semarang," paparnya dalam keterangan pers di Kepatihan Pakualaman Yogyakarta, Rabu (26/12).

Menurut dia, seluruh rangkaian dalam Dhaup Ageng tersebut merupakan peristiwa dengan tradisi mengikuti tata cara di Istana Pakualaman. Acara inti dimulai pada 2 Januari dengan majang dan pemandangan tarub. Pada 3 Januari digelar tradisi Nyengket. Pada 4 Januari tradisi siraman lalu malam harinya midodareni dan tantingan. 

"Sabtu lalu (5/1) ijab kabul, Minggu (6/1). Senin (7/1) prosesi pamitan," ungkapnya.

Dia mengatakan, upacara panggih dan resepsi digelar di bangunan utama Istana Pakualaman, yakni Bangsal Sewatama. Hanya di tempat ini peristiwa penting bisa digelar seperti Jumeneng Dalem, Ngabekten, Jamuan Istana untuk tamu khusus baik dalam maupun luar negeri.

Menurut dia, pernikahan ini menggunakan motif batik Surya Mulyarja yang bersumber pada iluminasi naskah Sestradisuhul (1847) yang diciptakan pada masa Paku Alam II. Surya Mulyarja merupakan manifestasi karakter Batara Surya dalam Asthabrata.

Ada karakter yang penuh makna dan filosofis di dalamnya. Karakter utama Batara Surya yang tersurat dalam Naskah Sestradisuhul adalah cermat, dermawan, dan memotivasi para muridnya untuk rajin berusaha agar  dapat hidup sejahtera lahir dan batin.

"Motif batik Surya Mulyarja yang secara etimologi berasal dari kata surya yang berarti matahari sebagai representasi Batara Surya. Mulya berarti luhur, dan arja berarti selamat. Sehingga Surya Mulyarja bisa dimaknai sebagai doa atau harapan untuk meneladani karakter luhur Batara Surya," jelasnya.

Pada saat resepsi, ditampilkan tiga beksan, yakni Bedhaya Kembang Mas, Beksan Wilayakusumajana, dan Beksan Puri Melati. Sedangkan pada Minggu saat Pahargyan disajikan dua beksan, yaitu Golek Prabudenta dan Beksan Lawung Alit. 

"Bedhaya Kembang Mas diciptakan secara khusus oleh KGPAA Paku Alam X untuk mempelai," ungkapnya.

Bedhaya ini menggambarkan beberapa fase pertemuan calon pengantin sampai upacara perkawinan. Di dalamnya berisi harapan dan doa agar pengantin menjadi pasangan lestari yang senantiasa dikaruniai kesejahteraan dan kemuliaan.

Sementara itu, Ketua II Panitia Dhaup Ageng, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tirtonegoro mengatakan, resepsi dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama dilakukan siang pukul 11.00 WIB, sesi kedua atau yang sering disebut pahargyan digelar esok harinya.

"Panitia membuat 750 undangan untuk resepsi pertama. Acara ini khusus tamu VIP seperti pejabat negara, termasuk presiden dan wakil presiden. Duta besar negara sahabat sertaraja-raja Nusantara juga diundang," jelasnya.

KMT Tirtonegoro mengatakan, resepsi Pahargyan atau hari kedua dengan mengundang 1.500 tamu undangan. Pahargyan ini mengundang tokoh-tokoh masyarakat di Yogayakarta dan sekitar, organisasi kemasyarakatan juga diundang di Pahargyan ini. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.