Denny Siregar: Pernikahan Putri Rizieq Shihab

Rizieq Shihab dibiarkan membuat kerumunan pernikahan putrinya. Pada saatnya ia dijemput dengan pasal melanggar protokol kesehatan. Denny Siregar.
Pernikahan putri Rizieq Shihab menciptakan kerumunan di tengah pandemi di Petamburan, Jakarta Pusat, Sabtu, 14 November 2020. (Foto: Tagar/Suara.com)

Beberapa hari ini, sejak kepulangan Rizieq Shihab, Jokowi menjadi sasaran caci-maki. Ketidaktegasan pusat sampai mereka menguasai bandara yang seharusnya menjadi objek vital negara jadi sorotan. Oke, cukup kita bersuara keras. Sekarang saatnya melihat dari sudut pandang berbeda. Sebagai buzzeRp berlisensi, saya mencoba menganalisa apa yang mungkin sedang dilakukan pemerintah Jokowi.

Kesalahan pemerintah adalah tidak mengantisipasi besarnya massa yang dimobilisasi tim Rizieq dari daerah-daerah sekitar. Apalagi ada kemungkinan beberapa aparat membelot yang membuka "pintu belakang", sehingga bandara jadi mudah dikuasai.

Mau melakukan represi jelas tidak mungkin. Kerumunan massa, kalau ditekan bisa memantik api. Bahaya. Apalagi ini bandara internasional. Maka yang dilakukan hanya menjaga massa itu supaya tidak terlalu brutal. Polisi pun tahu bahwa sesudah bandara sudah disiapkan event-event lain yang akan menambah kerumunan. Salah satunya event pernikahan. Bagaimana bisa menyetop kerumunan besar itu?

Lalu bagaimana dengan Rizieq? Ia akan dijemput nanti kalau sudah sepi. Pasal yang dipakai sementara melanggar protokol kesehatan dengan menolak karantina mandiri. Pasal 93, penjara satu tahun lamanya.

Tidak bisa. Jalan satu-satunya, biarkan saja dulu. Fasilitasi kalau perlu, karena massa yang datang sebenarnya adalah korban yang perlu diselamatkan. Karena itu, BNPB membagikan masker sebagai bagian dari protokol kesehatan. Arus lalu lintas diamankan. Isolasi tempat pernikahan, perkecil parameternya, supaya tidak meluas ke mana-mana.

Kesal memang, seolah aparat membiarkan kerumunan. Tapi tidak ada yang lebih baik, hanya itu yang bisa dilakukan sekarang. Apalagi ada yang "sedang menunggu" supaya ada keributan besar. Ada yang ingin menyiram bensin nantinya jika api menyala. Dan pembelot itu ada dalam tubuh pemerintah sendiri.

Malam-malam Jokowi memanggil seluruh kesatuan. Rapatkan barisan. Sumpah setia pada negara harus dilaksanakan. Karena itulah TNI malam-malam mengeluarkan video deklarasi kesatuan. Itu dulu yang penting, supaya rakyat bisa melihat bahwa TNI ada di belakang Presidennya, sebagai simbol negara.

Lalu bagaimana dengan Rizieq? Ia akan dijemput nanti kalau sudah sepi. Pasal yang dipakai sementara melanggar protokol kesehatan dengan menolak karantina mandiri. Pasal 93, penjara satu tahun lamanya.

Itulah kenapa pada waktu ada kumpulan orang yang ingin bela Nikita Mirzani dibubarkan. Bukan karena kejam, justru karena sayang. Jangan sampai kumpulan orang ini nanti kena hukuman dengan pasal yang sama.

Situasi memang rumit. Ini bukan sekadar masalah Rizieq. Dia hanya boneka saja. Tugasnya bikin masalah, bikin kerumunan besar, menunggu dipukul supaya bisa meledakkan kerusuhan. Baru nanti ada tim berbeda yang lebih matang, profesional dan akan siramkan bensin supaya api bisa membakar.

Begitulah kira-kira.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Kabupaten Garut Pilot Project Kementerian ATR/BPN
Kabupaten Garut potensial menjadi pilot project untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang dikembangkan oleh Kementerian ATR/BPN
Kabupaten Garut Pilot Project Kementerian ATR/BPN
Kabupaten Garut potensial menjadi pilot project untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang dikembangkan oleh Kementerian ATR/BPN
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.