Denny Siregar Menggugat Telkomsel

Data itu begitu lengkap, sehingga tidak mungkin data itu didapat dari luar, kecuali orang dalam Telkomsel sendiri yang membocorkan. Denny Siregar.
Ilustrasi - Gedung Telkomsel. (Foto: Istimewa)

Pernah nonton film Enemy of the State? film tahun 1998 dibintangi Will Smith ini bercerita tentang bagaimana seandainya semua kehidupan pribadi kita dipantau sebuah lembaga. Mulai di mana kita tinggal, di mana kita kerja sampai apa yang kita lakukan sehari-hari, mereka tahu. Mereka membongkar data pribadi kita, sehingga tidak ada lagi ruang pribadi dan rahasia untuk kita sembunyikan.

Dalam ruang yang berbeda, situasi saya sekarang mirip film Enemy of the State itu. Tiba-tiba, data pribadi saya dibongkar sebuah akun yang selama ini berbeda pandangan dalam politik. Dia bisa tahu di mana rumah saya, siapa saja nama-nama keluarga saya termasuk di mana anak saya sekolah dan apa akun media sosial mereka.

Ketika dia berhasil membuka kunci ruang pribadi saya, dia lalu menyebarkannya ke publik lewat media sosial. Dan sejak itu hari-hari keluarga saya pun berubah. Media sosial anak-anak saya dibanjiri makian oleh banyak orang yang selama ini membenci saya. Kehidupan pribadi mereka dibongkar dan diintimidasi di media sosial. Ruang pribadi saya pun menjadi terbuka, telanjang di depan publik, tanpa bisa melawan.

Anda bisa bayangkan bagaimana mental keluarga saya dalam menghadapi situasi ini. Mungkin kalau keluarga saya tidak kuat, mereka bisa gila. Dan meskipun mereka kuat, mereka pasti terpengaruh dengan intimidasi itu.

Intimidasi itu belum selesai. Di mana keluarga saya tinggal pun dilacak. Alamat saya dibongkar dan mereka menggunakan Google Maps untuk memotret rumah saya dan mengirimkannya ke anak-anak sambil mengancam kalau mereka akan mendatangi rumah untuk membunuh anak-anak, membakar, bahkan memenggal mereka karena dianggap sudah halal darahnya seperti papanya.

Dan ini akan terus berlangsung selama mereka tahu di mana saya tinggal dan di mana anak-anak sekolah. Sehingga, setiap kali ada perbedaan pendapat, mereka akan kembali menyebarkan data saya ke orang-orang yang membenci supaya terpicu untuk berbuat kekerasan kepada keluarga saya.

Data itu begitu lengkap, sehingga tidak mungkin data itu didapat dari luar, kecuali orang dalam Telkomsel sendiri yang membocorkan.

Baca juga: Mabes Polri Jawab Kebocoran Data Denny Siregar

Bagaimana kalau Anda yang berada pada posisi seperti saya? Nyawa pasangan Anda, anak-anak Anda, sampai orang tua Anda terancam hanya karena ada orang-orang yang tidak suka kepada Anda. Ini bukan main-main, karena berhubungan dengan nyawa orang-orang yang Anda sayangi dan tidak berdosa.

Pertanyaannya, sepintar apa akun yang membongkar data pribadi saya itu? Apakah dia memang hacker yang bisa membobol data dari sebuah perusahaan provider besar seperti Telkomsel itu? Tidak. Dia tidak pintar. Dan dia bukan hacker. Dia hanya punya jaringan orang dalam di provider yang membagi data saya ke dia untuk disebarkan ke publik.

Dan dari data yang diberikan orang dalam itu, akun itu kemudian mencari jejak saya berdasarkan nomor KTP dan Kartu Keluarga yang menjadi syarat waktu kita registrasi kartu supaya kartu tidak hangus. Dan dari sanalah, semua informasi pribadi kita terbongkar habis.

Pertanyaannya lagi, siapakah orang dalam yang dengan seenaknya membagikan data pribadi seseorang kepada orang lain untuk berbuat jahat? Ini pertanyaan sama di benak kita semua, dan harus kita tanyakan bersama kepada provider yang memegang data-data pribadi kita.

Dan di luar itu semua, saya bertanya kepada provider besar yang bernama Telkomsel, tempat saya menitipkan nomor KTP dan Kartu Keluarga saya waktu registrasi nomor.

Telkomsel bukan perusahaan kaleng-kaleng, nilai perusahaannya sebesar lebih dari Rp 100 triliun, dan pemilik Telkomsel adalah 65 persen Telkom dan sisanya atau 35 persen, dipegang oleh perusahaan telekomunikasi Singapura bernama Singtel.

Bahkan, menurut Vice President Corporate Communication Telkomsel Denny Abidin, Telkomsel sudah mendapat sertifikasi ISO 27001 untuk keamanan informasi, yang dalam artian, untuk segi keamanan data pengguna itu seharusnya sudah sangat aman.

Seberapa besarpun kerugian Telkomsel nanti, tidak akan pernah sebanding dengan nyawa anak-anak saya jika kelak mereka mendapat kekerasan akibat bocornya data pribadi saya ke publik.

Baca juga: Gegara Denny Siregar, PSI Desak DPR Sahkan RUU PDP

Nah, kalau begitu, kenapa dengan semua keunggulan itu data saya bisa bocor keluar? Saya berhak curiga data pribadi saya yang diumbar ke publik itu dari Telkomsel, karena di sana lengkap sekali informasi yang diberikan, mulai dari nomor KTP saya, Kartu Keluarga saya, sampai HP apa yang saya pakai, dan kapan saya offline, semua terpaparkan ke publik. Data itu begitu lengkap, sehingga tidak mungkin data itu didapat dari luar, kecuali orang dalam Telkomsel sendiri yang membocorkan.

Itulah kenapa saya harus menggugat Telkomsel, karena ini sangat berbahaya buat saya dan jutaan pengguna lain. Telkomsel harus bicara ke publik apa yang terjadi sesungguhnya, supaya kami semua merasa aman menjadi pelanggan Telkomsel.

Sementara ini jawaban Telkomsel terhadap kasus saya sangat normatif dan cenderung basa-basi. Telkomsel malah seperti mengunggulkan keamanan sistemnya, padahal jelas-jelas saya korban dari kebocoran data mereka. Telkomsel seperti ingin melemparkan tanggung jawab ini kepada akun yang menyebarkan data pribadi saya, supaya bisa menghindar dari tanggung jawab permasalahan di sistem internal mereka.

Saya paham perusahaan besar seperti Telkomsel ini berjalan berdasarkan trust atau kepercayaan masyarakat. Sedikit saja kepercayaan itu goyang, maka saham mereka bisa rontok habis-habisan. Dan para investor bisa lari. Untuk membenahi situasi seperti normal lagi, itu juga butuh waktu yang lama dan dana yang sangat besar.

Tapi yang harus Telkomsel pahami, bahwa seberapa besarpun kerugian Telkomsel nanti, tidak akan pernah sebanding dengan nyawa anak-anak saya jika kelak mereka mendapat kekerasan akibat bocornya data pribadi saya ke publik.

Saya adalah seorang ayah. Dan kewajiban seorang ayah adalah melindungi buah hati mereka, semaksimal yang dia bisa. Dan jika harus bertarung untuk itu, saya akan lakukan. Jika pun saya kalah, setidak-tidaknya saya sudah melawan dengan sebaik-baiknya. Sehormat-hormatnya.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Indonesia Vs Afganistan
Saya geram melihat sekeliling kita sekarang ini banyak dikuasai kelompok-kelompok radikal. Indonesia belajarlah pada Afganistan. Denny Siregar.
Para Pembenci Denny Siregar
Tapi masalahnya memang orang seperti Denny Siregar itu menjadi duri dalam daging bagi orang-orang yang justru senang dengan radikalisme Islam.
Kegelisahan Denny Siregar
Jika di sebuah negara bermunculan bendera-bendera hitam, hati-hati. Itu tanda-tanda kehancuran negara tersebut. Kegelisahan Denny Siregar.