Denny Siregar Lagi Pengin Nyenengin Said Didu

Saya jadi penasaran, kenapa sih Said Didu dulu dipecat Rini Soemarno dari jabatan Komisaris di perusahaan BUMN? Denny Siregar.
Muhammad Said Didu. (Foto: Twitter/@msaid_didu)

Saya kadang suka ketawa lihat mereka yang sibuk menyerang Jokowi sekarang ini. Bukannya apa-apa. Serangan mereka suka enggak ada mutunya. Dulu menyerangnya masalah kancing jas Jokowi. Kancing jas? Please deh. Terus masalah bahasa Inggris Jokowi yang katanya medok, enggak lama istilah mudik dan pulang kampung juga jadi masalah.

Dan sekarang beredar di Twitter, ada keraguan bahwa Jokowi adalah lulusan Universitas Gadjah Mada. Malah pakai sayembara pula, dapat motor besar merek Ducati, yang kalau diteliti gambar Ducatinya saja nyolong dari Google. Ya saya harus maklum sih, makan aja susah pakai sayembara motor Ducati segala.

Dan menariknya, keraguan bahwa Jokowi adalah lulusan UGM diamini juga oleh Muhammad Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian dan Komisaris di BUMN. Said Didu sejak lama memang tidak suka Jokowi dan pemerintahannya. Entah apa yang membuat dia seperti itu. Mungkin karena dia mendadak dicopot dari jabatan Komisaris oleh Menteri BUMN lama, Rini Soemarno. Jadi dia sakit hati enggak sembuh-sembuh.

Bayangkan, seorang Said Didu yang mantan Sekretaris Kementerian BUMN, mantan Komisaris di perusahaan BUMN, lulusan IPB, mempermasalahkan Jokowi lulusan mana? Receh banget, kan? Dan itu dia lakukan dengan sadar, menunjukkan bahwa dia tidak punya kepentingan lain selain ingin menghina Presiden saja.

Dengan gelar berderet-deret dan jabatan yang dulu mentereng, Said Didu bahkan tidak pernah mengkritik dengan cerdas kebijakan Jokowi. Sibuk menyerang personal, tanpa pernah berbicara dengan keilmuan. Bangga lagi. Dan ini jelas membuat jijik sebagian orang, terutama para tokoh yang merasa pernah kenal dengan Said Didu.

Seperti Henry Subiakto, Guru Besar Universitas Airlangga yang merasa terpanggil untuk komentar di Twitter. Dia bilang, "Saya walau kenal baik dia, tapi sudah lama tidak percaya model mantan pejabat yang berjiwa khianat."

Sebagai seorang Guru Besar, Henry Subiakto jelas tidak terima ketika orang yang dulu dianggapnya sebagai pejabat, dengan kasar dan kekanak-kanakan mencoba menghina dengan bertanya benarkah Jokowi lulusan UGM?

Ya iyalah, saya kebayang malunya sang Guru Besar yang mungkin dulu pernah membanggakan Said Didu waktu masih menjabat di Kementerian dan Komisaris, ternyata tidak lebih dari seorang yang remeh-temeh. Saya juga pasti malulah kalau dalam posisi Henry Subiakto, apalagi kalau ada teman seorang tokoh besar juga yang menyindir saya, "Eh, teman lu tuh. Masak cemen begitu?"

Berhasil sih taktiknya, buktinya saya saja bicarakan dia. Tapi enggak apa-apalah, setidaknya saya bisa membahagiakan orang di bulan puasa ini dengan membicarakannya.

Pertanyaannya, kenapa orang yang tidak suka Jokowi, seperti Said Didu misalnya, lebih condong menggunakan narasi menghina daripada kritikan dengan cerdas sesuai kapasitas dirinya? Jawabannya sudah pasti, bahwa mereka, juga si Said Didu, tidak mampu mengkritik Jokowi dengan keilmuannya. Mereka sulit mendapatkan kelemahan dalam menyerang kebijakan Jokowi. Akhirnya menyerang personal karena buat mereka itu sebuah kebanggan. Ya, mampunya cuma segitu, gimana lagi?

Saya jadi penasaran, kenapa sih Said Didu dulu dipecat Rini Soemarno dari jabatan Komisaris di perusahaan BUMN? Karena Said Didu suka koar-koar, kalau dia keluar sendiri dan jabatannya, ingin menjadi manusia merdeka, bebas mengkritik pemerintah, sedangkan ketika menjabat ia seperti dikekang dan tidak bebas bicara. Bahkan dia bilang kerja di BUMN harus siap jadi penjilat.

Selidik punya selidik, anak kucing kupingnya ditindik, ternyata jawabannya adalah karena Said Didu tidak mampu berkoordinasi dengan Kementerian BUMN.

Dan komentar Said Didu langsung dibalas oleh Rini Soemarno waktu masih menjabat sebagai Menteri BUMN, kalau Said Didu sebagai Komisaris bukannya membela pemegang saham atau pemerintah yang mempekerjakan dia, malah sibuk menyerang.

Lah, gimana enggak dipecat? Gua aja misalnya punya saham besar di sebuah perusahaan, dan menunjuk seseorang sebagai Komisaris di sana, tentu dong pengin si Komisaris itu mewakili gua. Bukan malah menyerang gua.

Ya pasti gua pecat lah. Aneh memang si kanebo kering ini. Pakai acara bilang enggak mau menjilat lagi. Yang suruh menjilat itu siapa? Lu kan gua bayar, ya ikut apa kata gua. Masak pas gua perintah, lu bilang, "Maaf, saya enggak mau menjilat Anda."

Siapa pun pasti pengin melempar bunga ke dia, tapi sekalian dengan potnya.

Tapi Didu enggak paham hal ginian, yang gua sebagai orang awam aja paham banget. Buat dia, membantah atasan yang membayar dia adalah perbuatan seorang pahlawan. Dan dengan bangga pula dia mengklaim dirinya sebagai orang merdeka, sesudah puas cari makan di tempat dulu dia berada. Kalau orang merdeka, nih, Du, seharusnya sejak lama tidak terikat apa pun, bukannya sudah kaya, terus enggak dipakai lagi, baru bilang, "Gua orang merdeka."

Dan baru-baru ini saya dengar Said Didu juga dikirimi surat cinta dari Bareskrim Polri. Surat cinta ini kabarnya lanjutan dari laporan Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi, yang merasa dihina Said Didu.

Said Didu juga menyerang Luhut di YouTube dengan menuduh LBP hanya mikirin uang, uang, dan uang.

Saya paham sih, LBP hanya pengen Said Didu minta maaf. Karena untuk apa juga LBP pengin dia dipenjara. Enggak ada gunanya. Tapi kalau Said Didu enggak mau minta maaf, ya silakan Lebaran di penjara.

Dan kira-kira, menurut Anda, bagaimana reaksi Said Didu? Apakah dia akan minta maaf atau malah menantang? Kemungkinan besar sih dia tetap koar-koar bahwa dia dizalimi pemerintah yang berkuasa. Dan dia menggambarkan dirinya adalah seorang pejuang.

Padahal kalau pemerintah niat menzalimi seorang Didu, enggak pakai surat cinta lewat hukum, hilangkan saja selesai seperti dulu waktu masa orde baru. Tapi di belakang panggung, ia juga akan minta maaf karena ya takut juga, bayangin sudah tua baru masuk penjara.

Buat saya, sebenarnya Said Didu ini sedang mengalamai apa yang dinamakan post power syndrom. Bayangkan, dulu dia pejabat bergaji besar dengan begitu banyak asisten dan dihormati banyak orang.

Sekarang dia sendirian. Di jalan pun orang enggak kenal siapa dia, Dan ini tentu menyakitkan. Sedangkan dia ada di usia yang butuh sebuah pengakuan. Akhirnya serang sana serang sini supaya dibicarakan orang.

Berhasil sih taktiknya, buktinya saya saja bicarakan dia. Tapi enggak apa-apalah, setidaknya saya bisa membahagiakan orang di bulan puasa ini dengan membicarakannya.

Dia pasti senang, "Wah, gua makin terkenal nih." Terus dandan berlama-lama di depan cermin sambil semir rambut terus-terusan. Lalu jalan-jalan keluar, sambil deg-degan apa ada yang ngenalin gua enggak ya?

Eh tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, "Maaf, Bapak. Saya kok familiar sekali ya? Ini pasti...." Dan Said Didu pun senyum-senyum bangga, karena ada yang kenal juga sesudah sekian lamanya dia dicuekin orang. Orang yang menepuk pundaknya pun menebak, "Bapak yang main di Bajaj Bajuri, kan?"

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Ruhut Sitompul Semprot Said Didu: Jangan Kabur!
Politikus Ruhut Sitompul meminta eks Sekretaris BUMN Said Didu jangan kabur memenuhi panggilan polisi.
GMKI: Said Didu dan Faisal Basri Menyesatkan
GMKI mengajak semua elemen bangsa fokus kepada penanganan virus corona di Indonesia. Said Didu dan Faisal Basri dianggap mereka menyesatkan.
Bara JP: Said Didu dan Faisal Basri Harus Pakai Masker
Bara JP meminta Muhammad Said Didu dan Faisal Basri tidak memperkeruh suasana di tengah upaya pemerintah mengatasi penyebaran Covid-19.
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban