Denny Siregar: Keganasan Santoso dan Ali Kalora

Semoga sebentar lagi Ali Kalora bisa dihajar seperti Santoso dengan cara yang hina, pembalasan bagi perbuatannya yang sadis, ganas. Denny Siregar.
Santoso (kiri), Ali Kalora (kanan). (Foto: Tagar/Istimewa)

Pedih rasanya mendengar berita ada eksekusi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang menewaskan 4 orang. Beritanya menyebar ke mana-mana dan membuat banyak orang yang membacanya pun menjadi terluka. Ini bukan kejadian pertama di Sulawesi Tengah. dari media Motinsuwu, sebuah LSM perempuan yang berlokasi di Sulawesi Tengah, dalam periode Januari sampai November 2020 ini, sudah ada 8 korban yang sama yang dieksekusi.

Pertanyaannya, siapa pelakunya? Dari data yang saya dapat, pelakunya adalah kelompok teroris lama bernama Mujahidin Indonesia Timur atau MIT. Dulu pemimpinnya bernama Santoso, dia sudah tewas di tangan Satgas Tinombala yang dibentuk tahun 2016. Satgas Tinombala ini adalah gabungan dari kesatuan TNI dan Polri khusus untuk memburu para teroris pimpinan Santoso itu.

Pola Santoso adalah pola standar yang sama dengan yang dilakukan para pemberontak di Suriah, yaitu penyebaran teror dengan cara membunuh warga sekitar, supaya timbul rasa takut dan tunduk pada perintah mereka. Penting buat Santoso supaya warga takut kepada mereka, karena itu bisa menghindarkan mereka dari informan-informan intelijen yang ingin tahu keberadaan mereka.

Selain itu, dari warga yang ketakutan, kelompok teroris itu bisa mendapatkan makanan gratis supaya mereka bisa bertahan lama di dalam hutan lebat. Sebagai catatan, berdasarkan pengakuan seorang anggota Satgas Tinombala, lokasi persembunyian teroris Santoso dan kawan-kawannya itu ada di dalam hutan yang sangat luas dan lebat, dengan lereng-lereng yang curam dan batu-batu yang tajam.

Sulit sekali untuk Satgas memburu kelompok itu, karena mereka tidak kenal medan di dalam hutan itu. Mereka harus menginap bermalam-malam di dalam hutan, dengan risiko jatuh ke dasar jurang kalau tidak hati-hati. Itulah yang menyebabkan pengejaran Santoso pada waktu itu memakan waktu lumayan lama, karena selain sulit sekali mendapat informasi dari warga sekitar karena mereka tutup mulut rapat-rapat, juga berat dan berbahayanya medan di sana.

Semoga sebentar lagi, Ali Kalora juga bisa dihajar seperti Santoso dengan cara yang hina.

Infografis: Aksi Kejahatan Teroris Ali Kalora19 kasus terorisme yang dilakukan Ali Kalora. (Infografis: Tagar/Regita Setiawan P)

Santoso inii dulunya adalah anggota Jemaah Ansharut Tauhid atau JAT, organisasi teroris yang dibentuk Abu Bakar Ba'asyir. Ketika ada konflik di Poso, Santoso kemudian dikirim ke Sulawesi Tengah dan terlibat dalam konflik itu. Dan sesudah konflik selesai, Santoso bersembunyi di dalam hutan dan meneruskan misi terorismenya. 

Bulan Juli 2016, Satgas Tinombala berhasil mengeksekusi Santoso. Lucunya, gambar Santoso kemudian disebar di media sosial dengan bahasa dia tersenyum karena mati syahid dan mayatnya berbau wangi. Propaganda ini terus digaungkan untuk meningkatkan sentimen agama di wilayah Sulawesi Tengah.

Sesudah Santoso tewas, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur adalah Ali Ahmad atau dikenal dengan nama Ali Kalora. Ali Kalora ini sempat dianggap tidak seganas Santoso, bahkan di bawah kepemimpinannya MIT pun terpecah. Satgas Tinombala berhasil mengurung mereka supaya tetap di dalam hutan, dan nanti mereka akan keluar sendiri kalau kelaparan. Benar saja, kelompok Ali Kalora kemudian keluar dari hutan karena lapar. Mereka munculnya di Sigi, dan langsung meneror warga di sana supaya menyiapkan makanan untuk mereka. Beberapa orang melawan, dan terjadilah eksekusi dan pembakaran rumah-rumah itu.

Jadi benar kata Kapolda Sulawesi Tengah, bahwa kejadian ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama, tapi lebih kepada teror yang dilakukan karena para teroris ini butuh makanan. Korbannya juga acak, tidak spesifik pada sasaran tertentu misalnya agama apa dia. Dan dari pola para teroris di Sulawesi Tengah itu, memang mereka memilih korbannya secara acak, tidak berdasarkan agamanya apa.

Menurut media Wotonsuwu, pada bulan April 2020, para teroris itu juga mengeksekusi dua orang muslim, yaitu Daeng Tapo dan Ajeng. Bulan Agustusnya, mereka mengeksekusi seorang beragama Kristen bernama Agus Balumba. Dan pada bulan September 2020, teroris itu juga mengeksekusi Wayan Astika beragama Hindu.

Memang ini urusannya bukan agama, tapi lebih kepada teror untuk menimbulkan ketakutan kepada penduduk sekitar. Sesudah terjadi peristiwa pembantaian orang di Sigi itu, Satgas Tinombala kembali aktif dan dikirimkan bantuan tambahan personel dari pusat. Kabar terakhir, dua orang teroris tewas ditembak di tempat.

Semoga sebentar lagi, Ali Kalora juga bisa dihajar seperti Santoso dengan cara yang hina. Dan itu adalah pembalasan untuk korban-korban tidak berdosa yang harus kehilangan nyawa karena sadisnya perbuatan mereka. Dan yang paling penting, kejadian ini semoga bisa menjadi momen ketegasan pemerintah untuk mulai memukul kelompok-kelompok radikal dan teroris itu daripada terus memberinya angin segar.

Dimulai dari pernyataan perang kepada mereka oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo terhormat, yang punya kuasa menggerakkan seluruh pasukan di negara ini. Saya seruput kopi. 

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Memburu Teroris Ali Kalora Pembunuh Satu Keluarga di Sigi
Aparat keamanan TNI-Polri yang tergabung dalam Operasi Tinombala terus melakukan pengejaran kelompok teroris MTI Ali Kalora.
Panglima TNI Kirim Pasukan Khusus ke Sulteng Kepung Ali Kalora
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kirim pasukan khusus ke Poso dan Sigi untuk kepung Mujahid Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora.
Infografis: Jejak Kejahatan Ali Kalora MIT, Teroris di Sigi
Nama Ali Kalora disebut sebagai pelaku pembunuhan 4 warga di Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat, 27 November 2020. Lihat daftar kejahatan lainnya.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.