Denny Siregar: Kayak Gak Ada Hal Lain yang Lebih Penting untuk Dipikirkan

Pegiat media sosial Denny Siregar mengunggah sebuah foto SBY beserta segenap keluarga besar Partai Demokrat. Foto menunjukkan wajah murung, menunduk, tidak bergairah.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan kader Partai Demokrat di Pekanbaru, Riau, Sabtu (15/12/2018). Foto ini viral di media sosial. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 15/12/2018) - Keluarga besar Partai Demokrat sedang berduka pasca perusakan baliho selamat datang SBY dan bendera Demokrat di Pekanbaru. Ani Yudhoyono sampai meneteskan air mata, SBY merasa dirinya yang dirobek, diinjak dan dibuang ke selokan.

"Saya perintahkan kepada Sekjen, pemimpin Demokrat Riau dan Pekanbaru agar semua atribut ucapan selamat datang atas kunjungan saya ke Riau dan bendera Demokrat diturunkan, lebih baik kita mengalah dan diturunkan daripada bendera, baliho kita dirobek, diturunkan, diinjak. Sama saja dengan merobek saya, menginjak dan dibuang ke selokan,"ujar Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. 

Baca juga: Ani Yudhoyono Meneteskan Air Mata, SBY Merasa Dirinya yang Dirobek dan Diinjak

Pegiat media sosial Denny Siregar mengunggah sebuah foto SBY beserta segenap keluarga besar Partai Demokrat. Foto menunjukkan wajah-wajah murung, menunduk, tidak bergairah.

"Gara-gara satu baliho rusak, langsung sedih satu partai. Kayak gada hal laen yang lebih penting untuk dipikirkan," komentar Denny Siregar dengan emoticon deraian air mata menyertai unggahan foto tersebut. 

Unggahan Denny Siregar itu viral di media sosial. Dalam satu jam penayangan sudah mendapat hampir 4000 reaksi, lebih dari 1000 komentar, dan dibagikan lebih dari 250 kali dan akan terus bertambah.

Hasto: Tak Ada Keuntungan Merusak Bendera Demokrat

Sementara itu, ada suara-suara tuduhan mengarah pada PDI Perjuangan sehingga partai ini merasa perlu memberikan klarifikasi. 

PDI Perjuangan menyanggah tuduhan kadernya melakukan perusakan baliho dan bendera Partai Demokrat di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru.

"Tuduhan yang disampaikan sama sekali tidak benar karena tidak ada gunanya. Kalau Demokrat turun, larinya itu ke Gerindra. Bukan ke PDI Perjuangan," kata Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Binjai, Sabtu, usai melakukan konsolidasi sebagai bagian dari Safari Kebangsaan III di Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil survei, kata dia, tidak terdapat keterkaitan antara pemilih Partai Demokrat dan PDI Perjuangan. Partai yang memiliki keterkaitan dengan Partai Demokrat dikatakannya adalah Partai Gerindra, Golkar, dan PAN.

Untuk itu, Hasto menyebut tidak terdapat keuntungan untuk PDI Perjuangan apabila merusak atribut Partai Demokrat.

Politikus asal Yogyakarta itu percaya para kader PDI Perjuangan bertanggung jawab dan tidak akan melakukan hal semacam itu.

"Kader-kader PDI Perjuangan saya berani bertanggung jawab punya disiplin. Kami bukan kader yang suka merusak atribut orang lain karena kami punya sikap dan perilaku kader partai," ujarnya mengutip kantor berita Antara.

Menurut dia, tuduhan tersebut terlalu dini untuk disampaikan dan pihaknya meminta aparat kepolisian untuk menegakkan aturan main terkait dengan kemungkinan adanya penyusup yang mengaku sebagai kader partai berlambang banteng itu.

Ketika kantor PDI Perjuangan diserang, kata dia, pihaknya menempuh jalur hukum, bukan bertelenovela karena ingin membangun semangat tidak langsung menyalahkan pihak lain.

"Kami ingin menegaskan bahwa PDI Perjuangan dan Demokrat meskipun kami banyak berbeda, ada kesamaan di dalam komitmen terhadap Pancasila dan NKRI," ucap Hasto.

Kapitra: PDIP Tak Punya Masalah dengan SBY

Hal senada disampaikan Kapitra Ampera politikus PDI Perjuangan. Kapitra membantah pihaknya melakukan pengrusakan atribut Partai Demokrat maupun gambar ketua umumnya Susilo Bambang Yudhoyono di Pekanbaru.

"Apa yang disampaikan SBY kami menolak sangat keras, kami tidak pernah melakukan perbuatan yang disinyalir dilakukan oleh PDIP tentang adanya pencopotan atribut SBY dan Demokrat," kata Kapitra dalam konfrensi persnya di Pekanbaru, Sabtu malam.

Ia menjelaskan, PDIP tidak mempunyai permasalahan dengan SBY karena yang bersangkutan bukan calon legislatif maupun presiden. Pihaknya dalam berpolitik mengedapankan sikap santun dan bermartabat, tidak hanya dalam omongan tapi pada praktik sehari-hari.

Kapitra melihat SBY mengajak orang berpolitik dengan santun tapi apa yang dilakukannya tidak santun. Pasalnya Presiden Joko Widodo jauh-jauh hari sudah punya agenda kenegaraan, tapi di tempat kegiatan orang nomor satu tersebut banyak atribut Partai Demokrat dan SBY.

"Secara etika itu sangat memalukan, secara bijak itu tidak bijak, sebagai orang besar dia harus mampu menata diri untuk berjiwa besar. Dia harus bijak, kalau dia ingin datang ke sini dipercepat atau ditunda supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Namun, kata dia, PDIP tidak mengganggu dan menggubris kegiatan Partai Demokrat tersebut. Harus dipikirkan juga bahwa kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo mendatangkan orang banyak, sama halnya dengan kunjungan SBY.

"Ini potensi terjadinya konflik pada masyarakat yang harmonis. Jadi SBY sebenarnya membawa konflik datang ke Pekanbaru dan menuduh lagi bahwa kita menurunkan atribut dan sebagainya," kata dia.

Dalam kesempatan sama, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah PDIP Provinsi Riau Syafaruddin Poti juga menegaskan tidak ada yang memerintahkan dan berniat untuk merusak atribut partai lain.

"Kami tidak pernah ada satu katapun instruksi. Pelaksana tugas pemasangan atribut sudah kita konfirmasi tidak ada melakukan itu," ujarnya.

Ada yang Tidak Suka Jokowi-SBY Dekat

Sebelumnya, Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni menduga perusakan bendera Demokrat di Pekanbaru, Riau, memiliki motif politik, untuk menjauhkan Jokowi dengan SBY.

"Saya menduga sangat kebetulan Pak Jokowi dan Pak SBY ada dalam satu kota di Pekanbaru. Saya menduga ada pihak tertentu yang tidak suka bila Pak Jokowi dan Pak SBY dekat," ujar Antoni dalam keterangan tertulis kepada wartawan di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan sangat prihatin dengan peristiwa itu. Menurut dugaannya ada pihak tertentu yang merasa kedekatan Jokowi dengan SBY akan mengganggu kepentingan politik mereka.

"Nah dalam hal itu mereka menginginkan ada ketidakpercayaan antara Pak Jokowi dengan Pak SBY, dan kemudian di-'framing', karena mereka berkampanye dalam satu wilayah yang sama, seolah bahwa ini dilakukan kubu Pak Jokowi," ucap Antoni, menduga.

Untuk mengklarifikasi fakta sebenarnya di balik perusakan bendera dan atribut Demokrat, Antoni berharap Bawaslu di Pekanbaru turun tangan menyelidiki pihak-pihak yang mengayuh di air keruh. []

Berita terkait
0
Ons Jabeur vs Elena Rybakina Bikin Sejarah di Final Tunggal Putri Wimbledon 2022
Petenis Tunisia, Ons Jabeur, unggulan ke-3 bertemu petenis Kazakhstan, Elena Rybakina, unggulan ke-17, catat sejarah di final Wimbledon 2022