Denny Siregar: Kawan, Baca Ini Sebelum Menghakimi Jokowi

Kenapa pemerintahan Jokowi seolah-olah memberi ruang pada seorang Rizieq Shihab. Ada apa sebenarnya. Apa seolah-olah itu kenyataan? Denny Siregar.
Jokowi. (Foto: Tagar/Facebook Presiden Joko Widodo)

Benarkah Jokowi takut dengan ormas? Tulisan saya ini saya persembahkan kepada seorang kawan yang terus-menerus mendesak saya untuk menjawab pertanyaan di kepala dia. Kawan saya itu bingung, kenapa pemerintahan Jokowi seolah-olah memberi ruang kepada seorang Rizieq Shihab, membiarkannya membuat kerumunan besar padahal ini masih masa pandemi.

Saya jawab sekarang. Melihat seseorang, tidak bisa kita hakimi dengan apa yang dia lakukan sekarang. Kita harus melihat dulu rekam jejaknya, apa yang pernah dia lakukan, baru kita bisa mengambil kesimpulan, siapa dia, dan bagaimana karakternya.

Kalau Jokowi takut dengan ormas, HTI tidak akan pernah dibubarkan. HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia adalah ormas yang bukan kaleng-kaleng. Dana mareka besar dari luar negeri, umat mereka sangat militan karena memegang konsep negara khilafah seperti sebuah perjanjian dengan Tuhan.

HTI adalah ormas yang sangat ideologis. Jejak Hizbut Tahrir di seluruh dunia selalu berakhir dengan rencana kudeta berdarah. Mereka tidak bermain-main dalam demo-demo besar, mereka menyusup ke dalam militer dan mempengaruhi para tentara untuk melakukan pemberontakan.

Hizbut Tahrir sangat paham, rencana kudeta tanpa melibatkan tentara bukanlah sebuah kudeta. Karena militer lah yang memegang senjata. Tahun 2013 HTI menguasai GBK dengan jargon-jargon khilafahnya. Dan yang gilanya, deklarasi mereka untuk membentuk negara Islam, bahkan diliput secara langsung oleh TVRI, stasiun televisi milik pemerintah yang punya motto menjalin persatuan dan kesatuan.

Ini menandakan HTI punya jaringan sampai ke pemerintahan, mungkin juga sampai ke Istana Negara. Dan mereka mengklaim anggota Hizbut Tahrir di Indonesia sudah berjumlah 3 juta orang. Kenapa waktu itu SBY tidak berani membubarkan HTI, padahal jelas-jelas ormas ini ingin membubarkan negara Republik Indonesia?

Karena SBY takut tidak lagi mendapat suara dari anggota HTI, maka mereka membiarkan begitu saja melakukan penyebaran ideologinya ke mana-mana. Dan hanya pada masa Jokowi lah, HTI secara ormas dibubarkan. Meski orang-orangnya juga tidak ditangkap, karena tidak ada dasar hukum yang kuat.

Orang-orang HTI kemudian menyebar ke mana-mana, menyusup dalam banyak ormas mulai FPI sampai MUI. Mereka membangun kembali ideologi mereka dengan memakai kendaraan orang lain. Buat HTI, kendaraan boleh tidak ada tapi bukan berarti perjalanan mereka berhenti.

Sepuluh tahun masa pemerintahan SBY, beliau tidak sadar sudah membuat kerusakan di mana-mana karena pembiaran penyebaran ideologi di berbagai elemen mulai kelurahan sampai pendidikan. Dan imbasnya baru kita rasakan sekarang, waktu Jokowi menjadi presiden.

Yang Jokowi lakukan pertama adalah memotong bantuan untuk ormas-ormas. Inilah yang membuat banyak ormas marah, terutama ormas agama yang selama ini selalu mendapat banyak bantuan dari pemerintah untuk hidup mereka. Dan sejak zaman Jokowi memerintah inilah dia terus-menerus didemo massa yang besar, untuk digulingkan karena dinilai mengecewakan.

Kalau Jokowi berani berhadapan denan para mafia elit itu, apakah mungkin dia takut dengan ormas radikal yang hanya segelintir itu?

Dan jangan salah kawan, di dalam ormas-ormas agama itu banyak sekali tokoh politik, juga pengusaha yang selama ini memelihara mereka untuk kepentingan, bahkan juga anggota militer yang tidak sadar mereka dipakai sebagai kendaraan. Dan pada masa pemerintahan Jokowi ini, dia seperti mendapat buah dari benih intoleransi dan radikalisme yang sudah ditanam sejak lama.

Seandainya saja Jokowi mau kompromi dengan mereka, tentu situasi akan terlihat aman dan baik-baik saja, tapi akar negeri ini terus-menerus digerus sampai pohon besar bernama NKRI ini kelak akan tumbang.

Jadi teman, pada sisi mana Anda menghakmi Jokowi takut dengan ormas? Pada periode pertama dia memerintah tahun 2014 saja, Jokowi sudah berhadapan dengan mafia migas dan mafia pangan yang selama ini mendapat keuntungan triliunan rupiah setiap bulan.

Kalau Jokowi berani berhadapan denan para mafia elit itu, apakah mungkin dia takut dengan ormas radikal yang hanya segelintir itu? Jadi premis teman saya yang menganggap Jokowi takut dengan ormas, jelas salah besar. Bangunan logikanya runtuh ketika saya hadapkan dengan fakta dan sejarah apa yang pernah Jokowi lakukan.

Terus kenapa kok dengan Rizieq, Jokowi seperti kehilangan wibawa? Oke. Saya coba jawab lagi. Apa sih definisi wibawa itu? Apakah kalau seorang presiden berhadapan dengan pemimpin ormas kecil itu berarti berwibawa? Jelaslah bukan levelnya.

Jokowi tidak mau dijadikan alat panjat sosial oleh Rizieq supaya dirinya menjadi lebih besar. Rizieq biar urusannya gubernur saja, untuk sekaligus memperlihatkan pada masyarakat bagaimana seorang kepala daerah menghadapi situasi di wilayahnya. Kan ini era otonomi daerah, masak sedikit-sedikit kok presiden yang harus turun tangan. Terus gubernur dan wali kota kerjanya apa? 

Kalau Jokowi takut dengan ormas, HTI tidak akan pernah dibubarkan. HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia adalah ormas yang bukan kaleng-kaleng.

Presiden punya urusan yang jauh lebih besar. Bagaimana meningkatkan ekonomi rakyatnya dengan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, bagaimana mengelola kekayaan alam supaya bisa menyejahterakan bangsanya. Urusannya sudah ribuan triliun rupiah, bukan recehan semisal menghadapi Rizieq yang kelihatan besar tapi sebetulnya dia rapuh di dalam. 

Urusan Rizieq bukan urusan Presiden, dan tidak layak untuk diperhatikan. Kalau dia dibahas, nanti malah tambah besar kepala. Dan juga urusan Rizieq hanya ada di Jakarta. Sedangkan Indonesia ini kan luas, bukan hanya Jakarta. Ada 34 provinsi dan 514 kabupaten dan kota yang harus diurus dan sebagian besar dari mereka enggak penting dengan Rizieq. Itulah makanya Jokowi punya niat memindahkan ibu kota ke luar pulau, supaya Jakarta ini jangan dianggap terlalu penting sehingga isu daerah selalu menjadi isu nasional.

Kalaupun pemerintah terlihat lemah menghadapi ormas seperti FPI, sebenarnya tidak bisa juga kita hakimi seperti itu. Tegas bukan berarti kasar. Dan terbukti di banyak negara Timur Tenah dan di Afrika, kekerasan akan melahirkan kekerasan baru. Api ketika ditemukan dengan api lagi, akan membesar dan bisa-bisa membakar negeri.

Jadi yang dilakukan Jokowi lebih baik mengisolasi api itu supaya tetap ada tapi tidak membakar ke mana-mana. Permainan sekarang ini jauh lebih beradab. Urusannya ada di ekonomi, bukan sekadar sibuk melayani demo-demo besar yang memaksakan kehendak di politik. Mau sebesar apa pun Rizieq demo, mau sekuat apa pun dana mereka, tidak akan pernah menjatuhkan presiden dari kursi jabatannya. Kalau mau tarung beneran, buat partai dan silakan perang di 2024. 

Memang urusan Rizieq ini seperti duri dalam daging pemerintah. Dia memanfaatkan banyak elite politik untuk menaikkan suara, meski anehnya elite yang memanfaatkan Rizieq juga enggak pernah menang-menang. Pilpres dua periode masih dimenangkan kelompok moderat dari semua agama. Gerindra sejak 2014 selalu dekat dengan Rizieq, tapi buktinya Prabowo enggak jadi-jadi presiden juga. Sekarang Gerindra lewat Fadli Zon kembali mendekati Rizieq supaya suara Gerinda tetap terjaga.

Bahkan Gerindra buru-buru mengklaim kepulangan Rizieq karena fasilias dari Prabowo yang sudah pernah berjanji untuk memulangkan dia. Begitu pentingnya Rizieq untuk Gerindra, meski dia tidak pernah membuat Gerindra menang dan menjadikan Prabowo sebagai presiden. Jadi kita tahu kan akhirnya kualitas mereka?

Kalau Jokowi mengurus negara, urusan Rizieq cukuplan Gerindra saja. Saya masih percaya Jokowi. Sejak 2014 dia banyak dicaci-maki, dibilang lemah, dituduh boneka partai, sampai dihina pinokio segala. Tapi faktanya dia semakin kuat, dan kebijakannya selalu mengena untuk rakyat.

Jokowi memang bukan petarung MMA seperti yang banyak orang harapkan, untuk bertarung di dalam ring dan main pukul-pukulan. Bukan. Bukan di sana kapasitas Jokowi. Kerisnya di belakang. Bisa saja Jokowi ketawa-ketawa, memeluk lawannya dengan wajah gembira, akhirnya sebulan kemudian musuhnya mati dengan mulut berbusa.

Saya masih percaya dengan Jokowi. Kalau kamu enggak, ya terserah. Bebas-bebas saja. Buktinya sejak menganalisis siapa Jokowi sejak 2014, saya tidak pernah salah. Dia memang pecatur andal yang strateginya sulit dibaca orang.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
PDIP Desak FPI Minta Maaf Viral Doa Jokowi - Megawati Umur Pendek
Politisi PDI Perjuangan (PDIP) Muchamad Nabil Haroen minta FPI minta maaf terkait viral Jokowi dan Megawati didoakan berumur pendek.
Rizieq Berulah Kapolda Dicopot, PA 212 Singgung Kampanye Mantu Jokowi
Wasekjen Persaudaraan Alumni atau PA 212 Novel Bamukmin menanggapi pencopotan Kapolda karena Habib Rizieq Shihab, singgung kampanye mantu Jokowi.
Relawan Jokowi Centre Kritik Gubernur DKI Anies Baswedan
Relawan Jokowi Centre menilai Gubernur Anies Baswedan setengah hati menangani Covid-19.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.