Saya pernah berada pada posisi ekonomi yang sangat sulit. Kalau sehari tidak bergerak, keluarga enggak makan. Makan pun terbatas sekali, hanya bisa beli telur dan telur setiap hari. Itu baru masalah makan, belum masalah bayar listrik, bayar air, bayar cicilan motor dan lain-lain.
Tabungan? Wah, jangan ditanya. Tiap ke ATM melas lihat layar. Punya saldo Rp 49.500 enggak bisa diambil. Padahal saya butuh 40 ribu rupiah saja, buat makan hari ini.
Karena itulah saya empati sekali pada situasi sekarang ini. Terutama kepada para pekerja harian yang jelas ikat pinggang mereka harus diketatkan lagi.
Beruntunglah Jokowi paham ini. Kenapa? Karena dia juga pernah susah. Masalah dia bukan hanya virus, tapi bagaimana masyarakat kecil tidak terlalu keras kena dampaknya.
Pada titik seperti itu, virus sudah tidak menakutkan lagi. Jangankan virus, kalau perlu debt collector dihadapi sampai mati.
Bayangkan, itu terjadi pada puluhan juta pekerja harian yang bergantung pada kaki mereka sendiri. Puluhan juta orang dalam kesulitan, mereka bisa bergerak membuat kerusuhan. Penjarahan di mana-mana. Mata mereka gelap.
Tidak semua orang bisa disuruh, "tahan lapar!" Apalagi mereka yang punya anak kecil, enggak mampu melihat mata anaknya yang butuh susu, butuh pampers dan segala macam.
Beruntunglah Jokowi paham ini. Kenapa? Karena dia juga pernah susah. Masalah dia bukan hanya virus, tapi bagaimana masyarakat kecil tidak terlalu keras kena dampaknya.
Saya lega ketika mendengar Jokowi melalui OJK merancang solusi dengan memberikan keringanan untuk driver online, supaya kredit kendaraan bermotornya bisa ditunda pembayaran sampai masalah virus ini selesai. OJK melobi bank dan perusahaan leasing, dengan memberikan stimulus kepada mereka.
Begitu juga usaha kecil. Kementerian UMKM langsung bergerak, supaya mereka bisa mendapat keringanan kreditnya. Di tingkat masyarakat yang lebih kecil lagi, Menteri Keuangan siap mengeluarkan dana talangan untuk 89 juta orang.
Apa yang kita pelajari dari sini?
Bahwa Jokowi dan jajarannya bekerja. Mereka berpikir, melihat dari berbagai sisi. Masalah corona ini membuat kapal Indonesia bocor. Kalau fokus di virus saja, lubang ekonomi yang akan menenggelamkan kita.
Sudahilah gerutumu bahwa pemerintah tidak bekerja. Ngomel kok enggak selesai-selesai, seperti sudah berbuat yang terbesar saja.
Berpikirlah yang lebih besar, untuk bangsa ini. Bukan hanya sibuk dengan ketakutanmu pada virus saja.
Kamu cukup duduk diam di rumah, pesan Gofood, itu sudah membantu driver online dan pedagang kecil rumahan supaya rezeki mereka tetap berputar. Kalau perlu, kasih makanannya ke driver-nya.
Langkah kecilmu cukup membantu, daripada sibuk berkoar dan mengeluh.
Ayo, seruput kopinya dulu.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga:
- Denny Siregar: Saatnya Kembali ke Kopi Tiga Ribuan
- Denny Siregar: Karena Saya Tak Mau Negeri Ini Chaos