Denny Siregar: Di Balik Ngamuknya FPI

Yang ngamuk-ngamuk seperti anggota FPI itu pasti tidak paham makna puasa di bulan Ramadan ini. Makanya sibuk minta dihormati. Denny Siregar.
Anggota FPI memaksa pemilik kedai tuak di Deli Serdang, Sumatera Utara, untuk menutup kedainya pada bulan Ramadan, harus minta maaf tertulis dengan meterai Rp 6.000. Foto ini viral di media sosial. (Foto: Istimewa)

Banyak orang salah mengira di bulan Ramadan ini berpuasa adalah sesuatu yang istimewa. Karena logika berpikir mereka salah, akhirnya salah juga menempatkan diri. Jadinya ketika puasa, mereka minta dihormati. Seperti kasus anggota FPI di Deli Serdang yang ngamuk-ngamuk karena ada warung kopi buka siang hari.

Sebenarnya puasa itu tidak istimewa dan bukan milik umat Islam saja. Agama lain juga punya waktu-waktu berpuasa. Mereka cuma enggak gembar-gembor saja, karena fokus menjalaninya.

Apa sih inti dari puasa itu sebenarnya? Puasa itu adalah sebuah cara manusia untuk mengendalikan diri dari nafsu duniawi. Jadi ketika puasa disebut sebagai "media manusia untuk mengendalikan dirinya sendiri", di sana sebenarnya bukan hanya masalah haus dan lapar, tetapi justru lebih luas. Termasuk bagaimana mengendalikan akal dan hati. Ini yang lebih penting dari sekadar lapar dan haus, yang sebenarnya hanya level terbawah dalam proses pengendalian diri.

Ketika manusia sering berpuasa, secara otomatis ia akan mampu mengendalikan dirinya dari berbagai macam nafsu. Karena mereka yang sering berpuasa, sudah tidak punya keinginan untuk mengotori hatinya dengan segala macam nafsu, mulai iri, dengki sampai rasa sombong. Seperti olahragawan profesional, mereka sudah terlatih untuk itu.

Itu bagi yang sudah biasa berpuasa. Beda kalau yang puasanya hanya setahun sekali, kayak saya.

Lalu apa istimewanya puasa di bulan Ramadan ini? Bulan Ramadan diyakini umat Islam sebagai bulan suci. Sesudah setahun manusia berjalan dengan nafsu duniawinya, Tuhan dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menyediakan sebuah tempat istimewa untuk manusia membersihkan dirinya.

Sederhananya begini. Anggap saja kita selama setahun berjalan jauh, badan kita kotor dan Tuhan menyediakan sebuah tempat untuk kita membersihkan diri. Ada shower-nya dengan air hangat, ada sabunnya, sekalian ada makanannya dan semua kenikmatan di dalamnya, termasuk nikmat dibersihkannya dosa-dosa menusia selama setahun perjalanan di dunia.

Mereka beragama dengan kering, tanpa sedikit pun makna. Seperti kanebo yang lama enggak kena air. Keras, kaku, dan bentuknya sama sekali tidak menarik dilihat mata.

Itulah penggambaran sederhana tentang istimewanya bulan Ramadan. Makanya ketika bulan ini selesai, orang merayakan bersihnya dirinya. Itulah kenapa kita mengenal candaan, "Kosong-kosong ya." Yang bermakna lumpur atau dosa di badan kita bersih semua. Tentu tidak semua manusia bersih mandinya. Ada yang cuma gosok-gosok doang, ada yang cuma sikat gigi doang, dan bersih tidaknya manusia melewati bulan Ramadan ini tergantung dari apa yang diperbuatnya.

"Lalu untuk apa puasa di bulan Ramadan itu?" Puasa adalah sarana atau media untuk membantu manusia membersihkan dirinya di bulan Ramadan ini. Kalau manusia bisa mengendalikan dirinya tentu proses pembersihannya juga akan lebih mudah. Jadi, yang istimewa di bulan Ramadan ini adalah sifat bulannya, bukan puasanya, karena puasa hanyalah sarana untuk membantu manusia.

Inilah yang disebut dengan kenikmatan, yang kalau tidak kita pergunakan yang rugi adalah diri kita sendiri. Sudah disediakan tempat untuk bersih-bersih, tapi tidak digunakan sebaik-baiknya.

Karena itu saya selalu ketawa melihat orang yang puasa di bulan Ramadan, malah minta dihormati. Yang mau dihormati itu apanya? Puasa di bulan Ramadan ini bukan buat orang lain, tetapi justru untuk dira kita sendiri. Orang lain itu punya urusan sendiri. Urusan kita yang menjalankan puasa adalah bagaimana bisa memanfaatkan nikmat di bulan Ramadan ini sebaik-baiknya, untuk kita pribadi, bukan buat orang lain.

Sibuk mengurusi orang lain, malah kita sendiri yang rugi, tidak memanfaatkan nikmat yang dikasih Tuhan saat bulan Ramadan ini.

Jadi pahami dulu, puasa itu bukan sesuatu yang istimewa. Sama sekali tidak ada istimewanya sampai harus minta dihormati segala.

Puasa itu seperti yoga, seperti olahraga, sesuatu yang berguna untuk diri kita sendiri yang sedang dalam proses membersihkan diri.

Nah, yang ngamuk-ngamuk seperti anggota FPI itu, pasti tidak paham makna puasa di bulan Ramadan ini. Makanya dia sibuk minta dihormati orang-orang di sekitarnya. Bagi mereka, puasa di bulan Ramadan itu sekadar menjalankan kewajiban, tanpa paham untuk apa sebenarnya dia puasa.

Mereka beragama dengan kering, tanpa sedikit pun makna. Seperti kanebo yang lama enggak kena air. Keras, kaku, dan bentuknya sama sekali tidak menarik dilihat mata.

Agama bagi mereka sekadar dogma, bukan logika.

Karena itu, saran saya, dalam menghadapi mereka, tidak perlu ikut keras juga. Cukuplah kita kantongi meterai Rp 6.000, supaya semua selesai dengan damai. Habis perkara. Mau ngotot, kita malah jadi selevel sama mereka. Oh ya selain meterai, kalau bisa sediakan juga nasi bungkus. Karena mereka itu kalau lapar, ngamuk. Kalau kenyang otomatis juga enggak bisa berpikir apa-apa.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Nabi Saleh AS, Mukjizat Batu Jadi Unta Betina Hamil
Nabi Saleh AS menunjuk ke arah batu, batu pecah dan keluar seekor unta betina hamil. Tiga hari berikutnya unta itu melahirkan seekor unta jantan.
Nabi Isa AS Masih Hidup, Akan Datang Sebelum Kiamat
Nabi Isa AS hingga kini belum meninggal. Ia utuh dengan jasad dan nyawa. Ia akan datang ke dunia sebelum hari kiamat. Ini kisahnya dari permulaan.
Perjalanan Nabi Idris AS Selama 1.000 Tahun di Dunia
Nabi Idris AS hidup selama 1.000 tahun di dunia. Suatu hari ditemani Malaikat Izrail, ia mengunjungi surga dan neraka. Simak percakapan mereka.
0
Ini Daftar Lengkap Negara Peserta Piala Dunia FIFA 2022 Qatar
Daftar lengkap 32 negara yang akan bermain di putaran final Piala Dunia FIFA 2022 Qatar November - Desember 2022