Delegasi Korea Selatan Bertemu dengan Menlu Jepang

Sebuah delegasi Korea Selatan (Korsel) bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang di Tokyo, 25 April 2022
Delegasi Korea Selatan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Majelis Nasional Korea Selatan, Chung Jin-suk (kiri), dalam pertemuan dengan Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi (dua dari kanan) di Tokyo, Jepang, 25 April 2022 (Foto: voaindonesia.com - Handout/Kementerian Luar Negeri Jepang/AFP)

TAGAR.id, Tokyo, Jepang - Sebuah delegasi Korea Selatan (Korsel) bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang di Tokyo, 25 April 2022. Delegasi yang dikirim oleh Presiden Korsel terpilih, Yoon Suk-yeol, ini diharapkan dapat meletakkan kerangka dasar bagi terciptanya hubungan yang lebih hangat setelah bertahun-tahun tegang.

Jepang dan Korea Selatan merupakan sekutu AS, tetapi hubungan mereka kadang-kadang tegang karena perselisihan historis terkait dengan pemerintahan kolonial Tokyo tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea.

Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara bertetangga terlibat dalam pertikaian perdagangan dan diplomatik yang sengit terkait dengan berbagai isu, termasuk kompensasi untuk para budak seks di Perang Dunia II.

Namun uji coba militer Korea Utara dan peningkatan kapasitas militer regional China, serta kunjungan Presiden AS, Joe Biden, ke Seoul dan Tokyo tahun ini, tampaknya telah menempatkan kerja sama kembali dalam agenda mereka.

Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihiko Isozaki, mengatakan hubungan dengan Korea Selatan "sangat penting" karena "pengembangan nuklir dan misil Korea Utara menjadi semakin aktif".

delegasi korsel foto bersama pejabat jepang di tokyoDelegasi Korea Selatan yang dipimpin oleh Chung Jin-suk (empat dari kiri), Wakil Ketua Majelis Nasional Korea Selatan berfoto bersama Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi (empat dari kanan) dalam pertemuan mereka di kantor Kementerian Luar Negeri di Tokyo, Jepang, 25 April 2022 (Foto: voaindonesia.com - Kementerian Luar Negeri Jepang/AFP)

"Ketika komunitas internasional harus mengambil keputusan penting yang bersejarah, kami percaya bahwa membina hubungan Jepang-Korea Selatan yang sehat sangat penting untuk mewujudkan tatanan internasional berbasis aturan," katanya.

Media-media setempat melaporkan, delegasi Korea Selatan itu terdiri tujuh anggota, termasuk mantan diplomat dan pakar kebijakan. Mereka tiba pada hari Minggu, 24 April 2022, dan diperkirakan akan meninggalkan Tokyo pada hari Kamis, 28 April 2022.

Delegasi tersebut dipimpin oleh Chung Jin-suk, seorang anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat konservatif yang pemimpinnya, Yoon, memenangkan pemilihan presiden bulan lalu, dan menjanjikan kebijakan yang lebih agresif terhadap Korea Utara yang bersenjata nuklir.

"Kedua negara sepakat bahwa hubungan kerja sama mereka harus dijaga dan diperkuat secara erat," kata Chung kepada wartawan setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi dan wakilnya. Namun ia mengatakan sejauh ini tidak ada proposal khusus yang diajukan.

Ada laporan bahwa tim itu akan bertemu Perdana Menteri Fumio Kishida minggu ini, tetapi belum ada konfirmasi. Delegasi itu diyakini membawa surat kepadanya dari Yoon, yang akan menjabat pada 10 Mei 2022.

"Kita perlu melanjutkan hubungan Jepang-Korea Selatan berdasarkan persahabatan yang telah kita bangun sejak normalisasi hubungan diplomatik kita pada tahun 1965," kata Isozaki. "Dan kami memiliki harapan besar untuk kepemimpinan presiden Korea Selatan berikutnya." (ab/uh)/AFP/voaindonesia.com. []

Utusan AS, Jepang dan Korsel Bahas Peluncuran Rudal Korut

Pembicaraan Trilateral Antara Jepang, AS dan Korsel di Tokyo

AS Batalkan Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang

AS, Jepang dan Korea Selatan Bahas Rudal Korea Utara di Hawaii

Berita terkait
Utusan AS, Jepang dan Korsel Bahas Peluncuran Rudal Korut
Perwakilan Khusus Amerika untuk Korea Utara akan melangsungkan pertemuan dengan pejabat-pejabat Jepang dan Korea Selatan akhir pekan ini
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi